Tuesday, October 16, 2012

Cinta Allah Dalam Pandangan Sufi

”Ya Allah, aku memohon agar Engkau kurniakan cinta kepadaMu, dan agar aku dapat mencintai orang-orang yang mencintaiMu.” ”Tuhanku, Engkaulah yang kutuju dan redhoMu yang kuharapkan, beri daku kecintaan dan makrifat kepadaMu.” “Nafas Ar-Rahman menjadikan semesta ini ada, guna memancarkan cinta dan apa-apa yang dilihat oleh Pencinta dalam DiriNya. Melalui penyaksian Yang Lahir, Dia mengenal DiriNya sendiri,” demikian tulis Syeikh Al-Akbar dalam Futuhat Al-Makiyyah. Sifat Tuhan kepada alam, adalah mencintai, sebab “Aku rindu untuk dikenal, maka Aku ciptakan semesta.” Cinta bagi hampir semua Sufi, adalah dasar dari penciptaan. Juga dikatakan oleh beliau bahawa Islam sepenuhnya adalah agama cinta, sebagaimana juga Rasul Muhammad adalah yang dikasihi Allah—habibillah. Cinta, kata Jalaluddin Rumi, adalah penyembuh bagi kebanggaan dan kesombongan, dan seluruh kekurangan diri. Dan hanya mereka yang berjubah cinta sajalah yang sepenuhnya tidak mementingkan diri. Hanya mereka yang mencintai sepenuh hati sajalah yang mampu meniadakan diri (fana) di dalam Diri Sang Kekasih (Allah).
Cinta kepada Allah (mahabbah) bukan cinta dalam pengertian keduniawian, yang masih melibatkan ego dan keinginan untuk diri sendiri. Cinta Sufi adalah dalam rangka merespons hadis “Aku rindu untuk dikenal,” yakni seorang pencinta harus mengenal Allah sebagaimana Dia mengenal DiriNya sebagai Perbendaharaan Tersembunyi yang menyimpan segala Keindahan (jamal), Keagungan (jalal) dan Kesempurnaan (kamal).
Tetapi, kerana hanya Allah yang mengenal Allah, maka satu-satunya cara bagi Sufi adalah “bersatu” dengan Allah, mem-fana-kan sifat-sifat buruk dan bahkan kediriannya dan mengenakan sifat-sifatNya dalam ke-baqa-an, lalu menyaksikan bahawa segala sesuatu hanyalah Allah saja. Dengan cara inilah Sufi dapat “meminjam” perspektif Allah dalam memandang DiriNya sendiri. Jadinya, tanpa cinta, Perbendaharaan Tersembunyi akan selamanya tersembunyi. Tanpa cinta, tiada alam semesta. Tanpa cinta, tidak ada “persatuan” dengan Allah. Tetapi apakah sesungguhnya cinta (mahabbah) itu? Cinta menurut Sufi adalah salah satu maqam dalam perjalanan spiritual. Tetapi definisi yang pasti untuk soal ini amat sulit, jika tidak boleh dikatakan mustahil. Ibnu Al-Arabi dengan jelas mengatakan bahawa cinta tidak dapat didefinisikan:
Di kalangan orang-orang arif dan yang membicarakannya, cinta adalah sesuatu hal yang tidak dapat didefinisikan. Cinta diketahui oleh orang-orang yang mengalaminya...

Selanjutnya dapatkan Hidayah Oktober 2012 di pasaran...

No comments: