Thursday, February 6, 2014

Jadikan Hidupmu Indah!

SUATU hari, guru saya bercerita tentang dongeng anak-anak, judulnya “The Milkmaid and Her Chickens.” Alkisah, ada seorang gadis yang bekerja di ladang menternak lembu. Setiap hari ia bekerja keras agar lembu-lembu milik majikannya menjadi gemuk dan sihat hingga ia boleh memerah susu lembu yang banyak. Suatu hari ia berhasil memerah susu lembu, dimasukkannya ke dalam timba. Dibawanya timba itu di atas kepalanya, kemudian ia pun berjalan menuju pasar. Di perjalanan, gadis pemerah susu itu asyik melamun (beranan-angan). Ia akan menjual susu lembunya dan dibelikan beberapa ekor anak ayam. Kemudian anak-anak ayam itu akan tumbuh besar dan menghasilkan telur. Telur-telur itu akan menetas lagi menjadi anak-anak ayam, sehingga ia pun punya ladang peliharaan ayam yang besar. Ia akan punya banyak wang dari hasil peternakannya. Dan wang itu akan ia gunakan untuk membeli gaun-gaun yang indah. Dengan memakai gaun indah, maka banyak pemuda mengelilinginya, berebut untuk meminangnya. Hmm..., tunggu dulu, pemuda mana yang akan ia pilih?  “Huh, tak ada yang sebanding denganku,” katanya dengan bangga.
Gadis itu membayangkan dirinya sedang mengibaskan tangan kepada para pemuda yang meminangnya. Begitu larutnya ia akan lamunan angan-angan itu sehingga tanpa disedari ia sedang mengibaskan tangan yang memegang bekas susu. Dan apa yang terjadi? Ya. Bekas susu yang dijunjungnya di atas kepala pun jatuh ke tanah. Semua susu lembunya tumpah. Kini ia hanya mampu menggigit jari kerana impiannya sirna sudah... Tak akan boleh menjual susu untuk dibelikan anak ayam, tak akan ada ladang ayam, tak akan ada wang untuk dibelikan gaun indah, dan tak akan ada pemuda-pemuda tampan mengelilinginya untuk melamarnya.
Sahabat, ada banyak iktibar dari cerita ini. Tentu anda punya versi sendiri. Kisah Mat Jenin memanjat pokok kelapa pun menarik juga. Baiklah, “Tak guna menangisi susu lembu yang telah tumpah.” Atau, “Jangan mengira ayam sebelum menetas telurnya.” Saya pun punya versi sendiri: “Jangan melamunkan hal yang belum tentu terjadi, nikmati saja keindahan yang ada di sekitarmu.” Sudah dua bulan ini saya menetap di negeri orang, jauh dari keluarga dan orang-orang tercinta. Demi menjalankan kewajipan menuntut ilmu sampai akhir hayat. Tentu banyak cabarannya. Di antaranya, cuaca menjelang musim dingin yang sering tak bersahabat. Hujan angin disertai taufan boleh datang bila-bila masa saja, siap mematahkan payung saya, bahkan melemparkan tubuh saya. Di sini juga sangat jauh dari masjid, tidak pernah terdengar lantunan suara azan yang menyejukkan. Tak ada yang mengingatkan waktunya solat, bahkan arah kiblat pun dikira-kira saja berdasarkan arah matahari terbit dan terbenam. Dari sekian ribu penghuni kampus tempat saya belajar, saya satu-satunya dari Indonesia, dan mungkin satu-satunya yang memakai jilbab. Banyak alasan untuk mengeluh, tapi tidak saya lakukan kerana saya sangat bahagia. Saya boleh melihat keindahan seribu kali lebih banyak daripada kesulitan yang saya hadapi. Boleh belajar di negeri orang saja sudah merupakan satu ‘berkah’ tersendiri.

Selanjutnya dapatkan Hidayah Februari 2014 di pasaran...

No comments: