Tuesday, October 16, 2012

Kisah Jenazah Yang Diperebutkan

HAMPIR satu bulan ini, Yuanita merasakan kelegaan di dadanya. Betapa tidak? Selama bertahun-tahun hidup dalam kesamaran, dalam batin yang mengembara mencari arah kebenaran yang sebenar-benarnya, dia akhirnya menemukan jawapan. Secara zahir, Yuanita bahagia hidup di tengah-tengah keluarga yang sangat menyayanginya, namun secara batin, dia tak dapat menerima ajaran mahupun arahan yang berlaku dalam keluarga besarnya. Yuanita gelisah hidup dengan ajaran agama yang tidak diyakini kebenarannya. Yuanita selalu mempertanyakan kebenaran Tuhan dalam agamanya. Benarkah ia adalah Tuhan yang sebenar-benarnya, yang memberikan kehidupan dan penghidupannya di alam dunia? Keresahan seperti itu, satu bulan terakhir ini tak lagi menekan hidupnya. Dada Yuanita sudah terasa lapang, sebab Islam telah memberinya kelapangan dalam segala hal. Islam itu “rahmat bagi seluruh alam”, begitu menurut Yuanita. Seterusnya, bertahun-tahun Yuanita hidup dalam keimanan dan akidah yang terjaga, meskipun dia tetap berada di tengah keluarga dengan agama yang berbeda. Dan selama bertahun itu pula Yuanita mampu menyembunyikan identitinya sebagai muslimah, semua itu dilakukannya semata menjaga keharmonian dirinya dengan anggota keluarga yang lain. Namun, waktu terus berjalan, dan manusia harus siap saat dipanggil kehadiratNya. Begitu pula dengan Yuanita. Rupanya, batas kehidupan yang ditentukan Allah untuk Yuanita telah sampai. Episod kehidupan Yuanita berakhir bahagia.

PENGHORMATAN TERAKHIR
Bagi sebuah keluarga yang ditinggal mati anaknya, dukacita yang mendalam adalah satu hal yang tak terelakkan. Mereka merasa kehilangan dan pastinya akan melepas kepergiaan anggota keluarga itu dengan penghormatan terakhir yang terbaik. Mereka melakukan acara yang disusun dengan terperinci, menurut budaya agama kepercayaan mereka. Tak ubahnya Yuanita. Kedua ibu bapa dan saudara-saudaranya telah melakukan persiapan untuk persemadiannya. Lokasi pusaranya sudah ditentukan. Peti mati indah berukir disiapkan menjadi singgahsana terakhir dan Yuanita menjadi penghuni di dalamnya dengan hiasan bagai puteri yang hendak bertemu putera pengantinnya. Seorang perempuan muda (Farah) nampak termangu menyaksikan kemeriahan yang terjadi di rumah Yuanita. Farah nyaris tak percaya dengan apa yang dilihatnya. “Bukankah Yuanita itu muslimah? Mengapa proses pengkebumiannya dilakukan dengan cara seperti itu?”  Tiba-tiba Farah ingat, pada suatu waktu dia  pernah melihat piagam yang diterbitkan oleh sebuah Yayasan Muslim. Farah masih ingat nama dan alamat yayasan yang sebagai perantara masuknya hidayah Allah ke dalam dada Yuanita, sebuah cahaya Islam yang telah memberikan ketenangan dalam hidupnya. Mengingat itu semua, Farah tak membuang waktu. Dia segera mungkin mendatangi yayasan yang telah menerbitkan piagam pengesahan sebagai muslimah untuk Yuanita.

Selanjutnya dapatkan Hidayah Oktober 2012 di pasaran...

No comments: