Thursday, September 17, 2009

Perempuan, Islam dan Kecantikan Semulajadi

CANTIK benar-benar merisaukan kaum perempuan. Sudah banyak waktu, tenaga, wang ringgit bahkan jiwa yang dikorbankan demi sebutan ‘cantik’. Tetapi keyakinan kaum hawa tetap saja goyah mengenai kecantikan diri.

Defenisi Sulit
Cantik adalah bermakna elok, molek, (bagus) sekali (antara bentuk, rupa dan lainnya nampak serasi). Sayangnya maksud dari serasi tidak diperinci secara jelas. Dalam kenyataan pun sulit menyamakan persepsi orang tentang kriteria cantik. Di Eropah abad pertengahan, wanita dipandang cantik bila subur dengan kemampuan melahirkan banyak anak. Abad ke 15 hingga 17, wanita menarik jika punya punggung dan perut besar serta dada montok. Tiba di abad 19, kriteria jelita berpindah ke wajah bundar serta tubuh berisi. Tiba-tiba tahun 1965, muncul model Inggeris bernama Twiggy yang mempamerkan tubuh kerempeng. (lihat http:tentang-pernikahan.com). Anehnya dunia langsung mabuk kepayang dengan tubuh luar biasa kurus itu. Hingga sekarang, mulai dari “supermodel” hingga wanita kebanyakan dirasuki kriteria cantik bahawa yang paling langsing sekaligus paling kurus. Bayangkan model Ana Carolina Reston yang tinggi badannya 1.72 m, sedangkan beratnya cuma 30 kg. Jangan hairan penampilannya bak tiang telefon berbalut kulit. Demi menggapai cantik ala super kurus ini, para wanita juga berani menghadang maut. Model asal Brazil, Ana Carolina tersebut cuma memakan epal dan tomato. Dia memang berhasil menguruskan badan, tapi mengalami infeksi yang berat. Akibatnya tahun 2006 pada usia 21 tahun dia meninggal dunia. (lihat www.modelsblog.info) Sebelumnya Luisel Ramos juga mati di usia 22 tahun. Penyebabnya, top model asal Uruguay ini melakukan diet mengerikan, selama tiga bulan hanya makan daun selada dan minum diet coke. Enam bulan setelah kematian Luisel, giliran adiknya bernama Eliana Ramos juga mati di usia lebih muda, 18 tahun. Lagi-lagi penyebabnya projek pengurusan badan yang keterlaluan. (lihat www.anorexia-nervosa.suite101.com) Kendati risikonya berat, cantik dengan tubuh “super kurus” tetap jadi ikutan. Ukuran pakaian yang mereka dambarkan adalah XXS atau dikenal dengan sebutan ukuran zero. Kriteria cantik begini dirancang oleh dunia industeri. Pereka ternama memang galak mempamerkan pakaian berkelas yang dirancang untuk tubuh kurus. Ini cara penjajahan manusia dalam kriteria cantik. Sebaliknya, kurus menjadi musibah bagi perempuan Mauritania. Di sana justeru wanita gemuk yang dianggap meraih makna tertinggi kecantikan. Tidak menghairankan bila gadis-gadis kecil Mauritania dipaksa makan dalam jumlah banyak. Tentunya menu yang berlemak seperti susu unta, lemak daging dan sebagainya. (lihat www.punyaoz.brutefoz.com). Pemerintah Mauritania melarang keras tradisi makan paksa itu. Bukannya berkurang, masalah baru datang lagi. Kini pil-pil penggemuk badan dijual bebas secara “halal” mahupun “tidak halal”. Akibatnya, perempuan Mauritania menjadi korban penggunaan ubat kimiawi dengan risiko penyakit bahkan kematian. Mey Mint, umpamanya. Gadis ini sejak umur 4 tahun dipaksa minum susu unta 14 gelen sehari. Pada umur 10 tahun, dia tak sanggup lagi berlari akibat kegemukan. Mey Mint mengeluh, “Ibu bermaksud telah membuat saya nampak cantik. Padahal ia telah membuat saya sakit.” Masalahnya gara-gara berat berlebihan, dia menderita diabetes dan sakit jantung. (lihat www.msnbc.msn.com). Lain lagi suku Padaung di Thailand yang tak ambil pusing gemuk atau kurus. Bagi mereka, wanita cantik jika memiliki leher panjang. Sungguh besar pengorbanan memenuhi syarat itu. Gadis-gadis cilik suku Padaung telah menderita sejak usia 5 – 6 tahun. Seluruh bahagian leher mereka dijejali gelang-gelang besar. Akibatnya, leher mereka pun jadi tegang terus-menerus, (lihat www.chiangdao.com) Kalau pun sudah agak merenggang, langsung ditambah gelang baru hingga gadis itu berleher ala Zirafah. Di China, dulunya, perempuan dianggap cantik berdasarkan ukuran kaki. Semakin kecil kakinya, wanita itu makin dikagumi masyarakatnya. Ukuran cantik ini kembali menyeksa perempuan, dimana anak-anak cilik dipasangkan sepatuk keramik. Kakinya pun tetap kecil meski tubuhnya sudah tumbuh besar. Tatkala telah dewasa, perempuan itu berjalan terpincang-pincang. Kita menyebutnya cacat, tapi orang disana mengatakanya cantik.

Ikuti seterusnya dalam Hidayah Oktober...

No comments: