SIAPAKAH si fasik? Dan Allah pun menjawab, “[Ialah] orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya dan membuat kerosakan di muka bumi, mereka Itulah orang-orang yang rugi.” (Al-Baqarah: 27) Ayat ini merupakan kelanjutan dari satu ayat sebelumnya. Pada akhir ayat ke-26 Allah menyindir tentang ciri-ciri kecenderongan orang fasik. Di situ disebutkan bahawa Allah akan menyesatkan orang-orang yang tergolong fasik. Setidaknya, pada ayat ini dipaparkan tiga sifat orang yang tergolong fasik. Ketiga sifat ini merupakan watak dasar yang mereka miliki. Pertama, orang fasik adalah orang yang sentiasa melanggar perjanjian Allah. Yang dimaksudkan perjanjian di sini adalah aturan Allah yang tertuang dalam al-Quran mahupun Hadis Nabi. Orang fasik itu yang semula menjalankan ajaran agama dengan patuh dan taat, kemudian ia melanggar perjanjian tersebut semahunya sendiri. Iaitu, perjanjian untuk taat dan patuh terhadap aturan-aturan Allah s.w.t. Bila kita membuka Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dikarang oleh S. Wojowasito, maka kata fasik diertikan sebagai sifat dan tindakan yang tidak sungguh-sungguh dalam menjalankan agamanya. Orang fasik dapat dimaksudkan sebagai orang yang tidak bersungguh-sungguh dalam menjalankan agamanya, dan bila ia beragama Islam maka keislamannya hanyalah simbol belaka. Dalam kitab Min Ma’anil Qur’an yang dikarang oleh Abdur Rahim Faudah, istilah pengertian fasik menurut al-Quran adalah bentuk penyimpangan dari kebenaran dan bentuk penyelewengan dari jalan yang lurus dan setiap pembangkangan (penderhakaan) terhadap peraturan-peraturan serta perintah Allah. Jadi, dapat disimpulkan kalau fasik adalah keluar dari jalan yang benar. Sehingga, bila ada orang mengaku Islam tetapi tidak percaya dengan adanya seksa kubur, maka dapat digolongkan sebagai orang yang fasik. Atau, tidak percaya dengan syurga dan neraka, juga dapat digolongkan sebagai orang fasik. Mencemoh orang-orang yang suka berzikir kepada Allah, mengejek keutamaan solat tahajjud atau meremehkan segala hal-hal yang berkaitan dengan amal salih dan kebaikan maka dapat digolongkan sebagai orang yang fasik.
Juga, dapat digolongkan sebagai orang-orang yang fasik adalah mereka-mereka yang walaupun muslim tetapi tidak mempercayai Nabi dan Rasul Allah serta kitab-kitab mereka, seperti yang difirmankanNya dalam Ali Imran: 81. “Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil perjanjian dari pada nabi: “Sungguh, apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa kitab dan hikmah, kemudian datang kepadamu seorang rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, nescaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya.” Percaya kepada Allah, tetapi tidak percaya kalau Nabi Muhammad s.a.w. sebagai Rasul juga termasuk sifat fasik. Misalnya, dengan tidak melaksanakan sunah yang biasa Nabi Muhammad kerjakan semasa hidupnya, termasuk di dalamnya melecehkan (merendah-rendahkan) hadis-hadis Nabi. Tidak percaya dengan Israk Mikraj juga dapat digolongkan sebagai orang fasik dan akan menjadi orang yang merugi baik dalam kehidupan di dunia dan juga di akhirat. Kedua, salah satu sifat orang fasik yang digambarkan dalam ayat di atas adalah memutuskan apa yang diperintahkan Allah untuk menyambungnya. Seperti hubungan kasih sayang (silah al-arhaam) dan hubungan kekeluargaan (al-qarabat). Al-arham bererti keluarga dekat, dan Islam sangat menganjurkan untuk memelihara hubungan baik terhadap sanak saudara, dan orang-orang memutuskan silaturahim sangat dicela oleh Islam, seperti di dalam firmanNya, “Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan [mempergunakan] namaNya kamu saling meminta satu sama lain, dan takutlah dari memutuskan silaturahim” (an-Nisa’: 1) Al-qarabat bererti hubungan silaturahim yang terbentuk atas dasar kekelurgaan. Allah berfirman dalam sebuah hadis Qudsi, “Aku adalah Allah, Aku adalah Zat yang Maha Pengasih. Aku ciptakan ‘rahim’. Aku ambilkan kata itu dari namaku. Siapa yang membina hubungan dengan sanak famili (silaturahim) aku akan menyambungkan ia dengan namaku. Dan siapa yang memutuskannya, Aku juga akan memutuskan hubungan dengannya.” Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam al-Quran, “Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara. Kerana itu, damaikanlah antara kedua saudaramu” (al-Hujurat: 10)
Seterusnya dapatkan Hidayah keluaran Disember 2009...
Sunday, December 6, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment