PAGI itu baru saja lepas subuh, pintu rumah Ahmad, 45, diketuk orang seraya mengucapkan salam. Ahmad yang baru tadinya balik dari masjid langsung membalas salam dan membukakan pintu. Dia mendapati tetamunya itu berdiri dengan muka sedih; ada mendung duka menggelayut di wajahnya. Ahmad dikenali di Kampung Durian itu merupakan seorang pengurus jenazah, segera mempersilakan masuk tetamunya itu. “Maaflah bang. Saya sedang kesusahan. Ayah saya meninggal. Kami minta tolong abang uruskan jenazah ayah saya itu,” ujar tetamu itu.
Ahmad menenangkan perasaan tetamunya. Dari bibirnya terucap ‘Inna lillahi wa inna ilahai raji’un.’ “Baiklah, saya segera datang...” Ahmad langsung setuju dan pergi menuju rumah si mati. Dia berjalan kaki saja, rumah Allahyarham tidak jauh dari rumah Ahmad. Tapi, betapa terkejutnya Ahmad ketika sampai di situ, ia tercium bau busuk yang membuat perutnya terasa mual. Namun, dia berusaha menahannya, dia mendekati jenazah yang terbujur kaku, lalu membuka kain yang menutupi wajah Allahyarham. Saat membuka kain penutup, dia melihat wajah jenazah yang seperti punya masalah besar di kala hidupnya dan belum terselesaikan. Ahmad selanjutnya meminta kain kafan yang dibeli pihak keluarga untuk membalut jenazah sesuai mengikut peraturan. Di rumah si mati, sudah ada dua orang yang pernah mengikuti kursus jenazah yang dibimbingnya dulu. Dua orang itulah yang membantu Ahmad menguruskan jenazah.
Kotoran dan Cacing Keluar dari Mulut Allahyarham
Setelah bermusyawarat dengan keluarga si mati, Ahmad membahagi tugas dengan kedua orang pembantunya itu. Saat proses pemandian jenazah itu, Ahmad mengangkat badan mayat dengan kedudukan kepala lebih tinggi, perut ditekan pelan-pelan untuk mengeluarkan najis yang tersisa. Tapi di luar dugaan, najis itu terkeluar dari mulut si mati. Padahal, sewajarnya najis itu sudah keluar melalui dubur. Kotoran najis itu keluar dua kali dengan dua kali tekan. Namun, saat ditekan untuk ketiga kalinya dan diharapkan menjadi tekanan (urutan) terakhir, kejadian serupa kembali terjadi. Bahkan yang lebih parah, kotoran itu lebih busuk diiringi ulat-ulat yang masih hidup. Padahal, si mati baru saja meninggal dipercayai akibat serangan jantung. Mengapa isi perut dan bau itu seperti telah lama membusuk? Beberapa orang anak-anak Allahyarham panik. Dua orang yang membantu pun kehairanan dan panik. Ahmad kemudian berpesan kepada dua orang yang membantunya, “Inilah ujian Allah yang ditimpakan kepada kita sebagai pelajaran dan peringatan.” Setelah melihat apa yang terjadi, Ahmad meminta beberapa anak Allahyarham berkumpul. Ketika semuanya sudah ada, Ahmad memperingatkan, “Sebenarnya yang berkewajiban merawat jenazah adalah ahli warisnya, sedangkan kami ini hanyalah membantu sekadarnya. Jadi, membersihkan jenazah dan menguruskannya bukan menjadi tanggungjawab kami sepenuhnya.” Proses memandikan jenazah belum selesai. Di hadapan semua anaknya, jenazah pun ditiarapkan agar segala keanehan yang memalukan itu segera berakhir. Tapi, hal lain tak diduga kembali terjadi. Waktu jenazah itu ditiarapkan, tiba-tiba cacing-cacing dan ulat-ulat keluar dari mulut jenazah. Binatang-binatang jijik itu seolah-olah sudah lama bersarang dalam tubuh si mati. Suasana ini membuat anak-anak Allahyarham panik. Kerana itu, proses memandikan segera dipercepatkan.
Kain Kafan Tidak Menutup
Selesai proses mandi, jenazah dibungkus dengan kain kafan. Tapi, peristiwa aneh di luar dugaan kembali terjadi. Setelah dililitkan di tubuh jenazah, ternyata kain kafan yang telah diukur itu tak boleh menutupi badan mayat. Ahli waris cemas seraya mengurut dada. Jika kain kafan ditarik ke hujung kepala, kaki pula nampak. Demikian sebaliknya. Kain kafan seperti tak mahu membalut badan si mati. Dengan kerendahan hati, Ahmad lalu bertanya, “Apa tadi ada kekeliruan dalam memotong kain kafan?” Orang yang memotong kain kafan pun menggeleng, pertanda tak ada kekeliruan ketika memotong kain. Akhirnya, kain kafan lain ditambahkan agar sebahagian badan mayat tak terdedah, hingga kafan itu nampak sambung menyambung. Selesai proses mengkafani, Ahmad memanjatkan doa dengar suara yang perlahan: “Ya Allah, janganlah Engkau hinakan jenazah yang satu ini, cukuplah hal ini sebagai peringatan bagi hambaMu yang satu ini.”
Selanjutnya dapatkan Hidayah Februari di pasaran...
Sunday, February 7, 2010
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment