Friday, July 20, 2012

Hud-Hud Nabi Sulaiman

HARI itu, Hud-hud pergi ke arah selatan, ke perbukitan Yaman. Ia terbang mengepakkan sayap dan tubuhnya seperti mengambang di udara. Dari angkasa, ia melihat hamparan tanah yang luas, padang pasir yang seperti butir-butir emas dan laut yang serupa lembaran kain biru. Hud-hud sebenarnya terbang mencari sumber air. Setelah terbang jauh, ia menemukan sumber air yang tampak belum pernah dijamah di padang pasir yang tidak berpenghuni. Ia terbang hingga rendah, dengan niat mendekati sumber air itu. Tapi, waktu ia terbang merendah itu, ia memasuki sempadan negeri Saba‘ dan ia pun terkejut, terpesona. Sebab, ia melihat bangunan istana yang megah dan kehidupan orang-orang Saba‘ yang belum pernah ia lihat. Ia lalu hinggap di sebuah pohon. Dari atas pohon itu, ia menoleh ke segala arah. Ia melihat kehidupan. Tapi, semua itu tak membuatnya hairan, kecuali saat ia melihat orang-orang  Saba‘ bersujud pada matahari. Lama ia mengamati negeri itu dan tercengang. Ia bertambah gelisah. Apalagi, tak jauh dari istana itu, ia melihat kuil dan melihat orang-orang Saba‘ menyembah matahari. Ia kemudian terbang ke istana. Ia melihat lingkaran raksasa dari emas yang dihiasi mutiara. Lingkaran itu memantulkan seberkas sinar mentari hingga menyilaukan mata hud-hud. Tapi, ia tak buta. Ia masih dapat melihat dengan jelas ketika seorang ratu berjalan dengan pakaian yang panjang, menutupi kedua tumitnya bahkan saat ratu berjalan seperti menyapu lantai. Dalam hati, hud-hud dapat meneka bahawa ia itu seorang ratu yang penuh wibawa, nyaris sempurna, tetapi hud-hud melihat sang ratu dan orang-orang Saba‘ dalam kesesatan lantaran menyembah matahari. Rasa bergejolak yang membawa hud-hud ingin tahu tentang negeri Saba‘ membuat ia tinggal di negeri tersebut selama 3 hari. Padahal, ia sedang mendapat tugas dari Nabi Sulaiman. Dan di negeri Saba‘ itu, ia terlena. Hingga pada hari ketiga ia baru ingat pada Nabi Sulaiman. Maka, ia pun terburu-buru pulang. Tapi, ia sudah terlambat. Sebab, sebelum ia sampai di istana, Nabi Sulaiman yang dikenal boleh berbicara dengan binatang itu telah memeriksa kawanan burung dan menemukan hud-hud tak ada. “Mengapa aku tidak melihat hud-hud? Apakah dia termasuk yang tidak hadir? Sungguh, aku benar-benar akan mengazabnya dengan azab yang keras atau benar-benar menyembelihnya kecuali jika ia datang kepadaku dengan alasan yang jelas.” (QS. An-Naml [27]: 20-21) Maka, saat hud-hud datang, sekawanan burung langsung mengerumuni hud-hud dengan wajah cemas lantaran diliputi ketakutan akan nasib hud-hud yang akan mendapatkan hukuman Nabi Sulaiman. “Dari mana engkau?” tanya sekawanan burung. Hud-hud seperti menangkap firasat yang tidak baik. Tapi sambil menenangkan diri, ia bertanya, “Apa yang terjadi? Kenapa kalian semua diliputi kecemasan?” “Nabi Sulaiman telah melakukan penyiasatan. Mulanya ia memeriksa pasukan jin, lantas binatang-binatang buas, lalu dia datang kemari.” Hud-hud bertanya kepada burung merpati. “Apa yang terjadi?” Merpati menjawab, “Raja sulaiman telah datang. Dan dia memeriksa burung-burung, dan kerana tidak melihatmu, Nabi Sulaiman pun hendak menjatuhkan hukuman kepadamu.” Seketika itu tubuh hud-hud gementar. Tapi ia berusaha tenang. “Benarkah Nabi Sulaiman telah mengatakan semua ancaman itu?”
“Ia telah mengatakan seperti yang kami sampaikan, tidak lebih dan tidak kurang,” ujar merpati.
“Apa jawabmu?” “Aku ingin mengatakan engkau sibuk dalam satu tugas, tapi paruhku kaku dan tertahan hingga aku tak mampu melanjutkan kata-kataku...” “Jangan takut! Aku memang dalam sebuah tugas.”
Tapi, hud-hud tetap tak boleh tenang. Apalagi, dia tidak tahu bagaimana anggapan Nabi Sulaiman ketika nanti mendengar ceritanya. Boleh jadi, Nabi Sulaiman tak mempercayainya; menganggap hud-hud bohong. Akhirnya dengan kepala yang masih diliputi debu bekas perjalanan jauh, hud-hud pergi ke istana Nabi Sulaiman. Ia terbang dengan perasaan tidak menentu. Diliputi takut, dan cemas.

Selanjutny dapatkan Hidayah Julai 2012 di pasaran...

No comments: