Thursday, August 15, 2013

Pelancongan Rohani Ke Menara Kudus

LETAK masjid ini tidak jauh dari pusat kota. Kira-kira jaraknya 1.5 kilometer dari alun-alun Kudus. Jadi, tidaklah sulit untuk mencarinya. Di penghujung bulan Mac 2013 lalu, saya kebetulan singgah di Kudus. Maka, kesempatan itu saya manfaatkan untuk mengunjungi masjid Menara Kudus. Waktu saya memasuki kota Kudus itu,  siang hari pukul 11.00 pagi (waktu tempatan). Tatkala saya hampir sampai di Masjid Menara Kudus, jalan ke arah Menara Kudus sudah terlihat ramai didatangi pelancong. Matahari agak terik, namun tidak menghalangi para penziarah dari berbagai daerah untuk berkunjung -tentu saja sekaligus menunaikan solat zuhur. Sebilangan bas rombongan dan kenderaan peribadi terlihat berjejeran di tempat yang disediakan khas. Setelah sampai di depan masjid, saya berdiri sejenak seraya mengamati ‘menara Kudus’ yang menjulang tinggi. Sesaat kemudian, saya memasuki masjid. Ada kenangan masa lalu yang masih boleh dirasakan mengingat beberapa bangunan masih dibiarkan seperti bentuk aslinya, dan beberapa bahagian lainnya yang sudah dibaikpulih.

Sejarah  ‘Kota Kudus’
Kudus adalah salah satu kota kecil yang terletak di Jawa Tengah. Luas wilayahnya kurang lebih 425,17 Km2 saja. Tak salah, jika kota Kudus tergolong padat penduduknya. Apalagi, Kudus merupakan kota industeri. Tidak sedikit kilang-kilang rokok yang berdiri di kota ini. Wajar jika kota Kudus pun disebut sebagai ‘kota kretek’. Sejarah kota Kudus tak boleh dilepaskan dari peranan dakwah Sunan Kudus, salah satu wali dari Walisongo [sembilan wali] yang terkenal itu. Bahkan dalam peraturan Daerah atau PERDA No 11 tahun 1990, hari jadi kota Kudus ditetapkan pada tarikh 23 September 1549 M. Sementara dalam catatan sejarah tertulis bahawa Masjid Menara Kudus didirikan pada 956 H atau 1549 M. Catatan tahun pendirian Masjid Menara Kudus ini dapat dilihat dari inskripsi di atas mihrab masjid yang ditulis dalam bahasa Arab.
Sayangnya, tulisan pada inskripsi itu sekarang ini sudah sukar dibaca-kerana banyak huruf yang rosak. Padahal, batu inskripsi itu menurut sejarah dibawa oleh Sunan Kudus dari Jerusalem. Dari cerita batu inskripsi itu ditengarai bahawa penamaan kota Kudus diambil dari nama Al-Quds, sebuah nama lain dari Jerusalem. Hal ini tidak lepas dari perjalanan kisah Sunan Kudus sewaktu pergi ke Timur Tengah. Itulah kisah yang hingga kini ini masih dipercayai kebenarannya. Apalagi, Masjid Menara Kudus dikenal pula bernama “Masjid Al-Aqsa” dan kisah di balik pendiriannya berkaitan erat dengan kota para nabi di Timur Tengah, iaitu Bait Al-Maqdis atau Al-Quds di Jerusalem. Ceritanya, dulu Sunan Kudus - Syeikh Ja’far Shadiq — pergi ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji. Saat itu, tengah merebak wabak penyakit kudis di Tanah Suci. Segala ikhtiar pencegahan telah dilakukan, tapi sayangnya belum ada hasil. Hingga akhirnya, penguasa Makkah waktu itu meminta Syeikh Ja’far Shadiq turun tangan mencegah wabak penyakit tersebut. Dipendekkan cerita, atas izin Allah, Syeikh Ja’far Shadiq berhasil menghentikan merebaknya penyakit kudis itu. Dari situlah, penguasa Makkah bermaksud memberikan hadiah sebagai tanda terima kasih. Tetapi, Sunan Kudus menolak. Sebagai gantinya, Sunan Kudus meminta jika diizinkan berada di Palestin untuk diperbolehkan mengambil sebuah batu dari Bait Al-Maqdis. Penguasa Makkah mengizinkan. Maka, ketika kemudian pulang ke Jawa, Sunan Kudus membawa batu itu dan dijadikan sebagai batu pertama pembangunan masjid yang diberi nama “Masjid Al-Aqsa” – yang didirikan pada 956 H atau 1549 M.
Itulah sekilas sejarah yang dipercayai oleh masyarakat Kudus Jawa Tengah tentang kisah di balik pendirian  Masjid Al-Aqsa yang kini dikenal dengan nama “Masjid Menara Kudus”. Dan di  balik sejarah tahun pendirian masjid itu, kemudian ditetapkan sebagai tahun jadi kota Kudus. Pendirian Masjid Menara Kudus secara jelas memperlihatkan simbol visual peralihan kepercayaan masyarakat (Kudus) dari Hindu-Buddha ke masyarakat Islam. Hal itu boleh dilihat dari bentuk menara masjid yang boleh dikata mirip candi. Juga, beberapa bangunan gerbang (gapura) di sekitar menara. Bahkan, bentuk gapura itu terlihat mirip bangunan kuil di Bali. Jadi, tidak salah jika simbol itu menjadi ilham kepada Sunan Kudus dalam mengapresiasi bentuk-bentuk lambang Hindu-Buddha ke Islam.

Selanjutnya dapatkan Hidayah Ogos 2013 di pasaran...

No comments: