SUATU hari, Rasulullah s.a.w. masuk ke dalam rumahnya. Baginda melihat Aisyah, isteri tercinta, tengah duduk berehat. “Assalamualaikum..” ucap Nabi s.a.w. memberi salam. Aisyah pun menjawab salam dan ingin bangkit dari duduknya, sebagai bentuk penghormatannya untuk menyambut si suami tercinta. Tetapi Nabi s.a.w. berkata sambil tersenyum: “Duduklah pada tempatmu! Tidak usah berdiri, wahai Ummul Mukminin...” Aisyah pun tak jadi bangkit dari tempat duduknya. Ia kembali duduk di tempatnya semula. Rasulullah kemudian menghampiri wanita salihah itu. Rasulullah duduk di sampingnya dan meletakkan kepalanya di pangkuannya seraya terlentang. Kala itu, muka Rasulullah terlihat lelah. Aisyah mencuba mengusap wajah manusia mulia itu dengan penuh kasih sayang. Dia merasa hiba melihat suaminya nampak letih dan kepenatan. Dalam sebuah keterangan hadis diceritakan bahawa Rasulullah memiliki kebiasaan bila berada dalam keletihan, Baginda akan berbaring dan merebahkan kepalanya di pangkuan Aisyah. Pada saat seperti itu, Aisyah biasanya mencabuti uban yang ada pada janggut Rasulullah yang terlihat lebat dan sudah memutih. Aisyah bergumam dalam hati, “Sesungguhnya dia (Rasulullah) akan keluar dari dunia ini sebelum aku, dan tinggalah umat yang tanpa Nabi.” Tak terasa dia terbawa emosi diri sendiri. Dia menangis sehingga air matanya mengalir di pipi dan menitisi wajah Rasulullah. Titisan air mata itu membuat Rasulullah terbangun dari tidurnya. Rasulullah pun bersabda, “Apa yang membuatmu menangis, wahai Ummul Mukminin?” “Aku sedih dan menangisimu, ya Rasulullah.” “Kenapa?” “Engkau mungkin akan mendahuluiku meninggalkan dunia ini,” kata Aisyah. “Kenapa kamu harus menangisinya, wahai Ummul Mukminin?” “Umatmu akan kehilangan Nabi sepertimu. Mereka akan hidup tanpa seorang Nabi.” Rasulullah hanya terdiam. Lalu, Baginda mengutarakan sebuah pertanyaan. “Keadaan apa yang paling menyusahkan bagi orang yang sudah meninggal dunia?” “Aku tak tahu, ya Rasulullah. Ceritakanlah kepadaku?” “Jawablah! Engkau yang dulu harus menjawabnya.” “Tidak ada keadaan yang paling menyusahkan atas diri mayat dari pada saat keluar dari rumahnya, anak-anak berduka di belakangnya, dan mereka berkata: ‘Aduh anak-anakku!”
Rasul menyela, “Itu memang pedih. Tapi, ada lagi yang lebih pedih dari itu?” “Tidak ada keadaan yang lebih berat atas diri mayat dari pada saat dia dimasukkan ke dalam liang lahat dan dikuburkan di bawah tanah. Para kerabat, anak dan kekasihnya meninggalkannya pulang. Mereka menyerahkan mayat tersebut kepada Allah beserta segala amal perbuatannya. Setelah itu, datanglah malaikat Munkar dan Nakir ke dalam kuburnya. Itulah yang paling pedih.” Rasulullah bertanya lagi, “Apa yang lebih berat dari engkau katakan itu, wahai Ummul Mukminin?”
“Allah dan rasul-rasulNya yang lebih tahu.”
Soal Kematian
Rasulullah bersabda, “Hai Aisyah, sesungguhnya saat yang paling berat (menyedihkan) bagi jenazah adalah saat masuknya orang yang memandikan jenazah ke dalam rumahnya untuk memandikannya. Mereka mengeluarkan cincin pemuda itu dari jari-jarinya, melepas pakaian pengantin dari badannya dan melepaskan serban para syeikh dan fuqaha (ahli fiqih) dari kepalanya untuk memandikannya. Ketika itu, rohnya memanggil (berseru) saat melihat jasadnya telanjang dengan suara yang dapat didengar oleh seluruh makhluk kecuali jin dan manusia.” Jenazah itu akan berkata, “Hai orang yang memandikan! Demi Allah, aku memohon kepadamu agar engkau menanggalkan pakaianku dengan perlahan-lahan, kerana sesungguhnya saat ini aku sedang istirahat dari sakitnya pencabutan Malaikat Maut.” Dan, kata Rasul, ketika air dituangkan kepadanya dia menjerit dan berseru lagi, “Hai orang yang memandikan! Demi Allah, jangan engkau tuangkan air panas, jangan pula dengan air dingin, sesungguhnya jasadku telah terbakar sebab dicabutnya nyawaku.” Dan ketika dimandikan, lanjut Rasulullah, dia akan berseru dengan keras, “Demi Allah, hai orang yang memandikan, janganlah engkau pegang diriku terlalu kuat, padahal sesungguhnya jasadku terluka akibat keluarnya nyawa dari jasadku.” Ketika selesai memandikan dan diletakkan pada kain kafan dan diikat di bawah kakinya, roh itu berseru, “Demi Allah, hai orang yang memandikan, janganlah engkau ikat erat-erat kain kafan di atas kepalaku agar terlihat wajah keluargaku, anak-anakku dan kerabat-kerabatku, kerana saat ini adalah yang terakhir aku melihat mereka, hari itu aku akan berpisah dengan mereka dan aku tidak boleh melihat mereka lagi sampai Hari Kiamat.” Ketika mayat akan dikeluarkan dari rumah...
Ikuti selanjutnya di dalam Hidayah November 2009...
Monday, November 9, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment