Tuesday, December 7, 2010

Belajar Dari Seekor Cicak: Cerdik Mencari Rezeki

Allah s.w.t. berfirman: “Tidak seekor binatang melata pun di muka bumi ini yang luput dari rezeki Allah.” (Hud: 6) Pada umumnya, cicak berwarna abu-abu, tapi ada pula yang berwarna coklat kehitam-hitaman. Biasanya berukuran sekitar 10 sentimeter. Penamaan ‘cicak’ sepertinya diambil dari bunyi suara yang keluar darinya, “cak, cak, cak”. Di lingkungan rumah kita, setidaknya ada sekitar tiga jenis cicak yang sering ditemui, yakni pertama, cHYPERLINK “http://id.wikipedia.org/wiki/Cecak_tembok”icak tembok yang kerap ditemui di tembok-tembok rumah dan sela-sela atap; kedua, cHYPERLINK “http://id.wikipedia.org/wiki/Cecak_kayu”icak kayu yang bertubuh lebih kurus, dan ia lebih suka tinggal di pohon-pohon di halaman rumah, atau di bahagian rumah yang berkayu seperti di atap; ketiga, cHYPERLINK “http://id.wikipedia.org/wiki/Cecak_gula”icak gula yang bertubuh lebih kecil, dengan kepala membulat dan warna kulit seakan-akan serupa daging. Cicak ini kerap ditemui di sekitar dapur, bilik mandi dan almari tem[pat simpan makanan, mencari butir-butir nasi atau gula yang menjadi kesukaannya. Sering pula ditemukan tenggelam di cawan atau gelas-gelas kopi. Cicak memang terkenal sebagai pemanjat yang ulung; mampu memanjat dinding tegak lurus, bahkan merayap pada atap dengan kedudukan belakang ke bawah. Berdasarkan amatan dan penelitian ilmiah, kemampuan tersebut dimiliki cicak kerana keempat kakinya yang memiliki bulu-bulu halus yang mampu melekat pada permukaan apapun. Selain bertumpu pada kekuatan empat kakinya, ekor cicak pun memiliki peranan penting dalam menjaga keseimbangan. Dalam keadaan saat terpeleset, hujung ekor akan mendorong permukaan sehingga kepala dan bahagian atas tubuh cicak tidak akan menjauh dari permukaan dinding. Dalam keadaan normal, ekor ini akan menempel pada permukaan sehingga memberi cicak waktu sekitar 1/4 saat untuk melepas pegangan pada permukaan dan melangkah ke depan. Namun, bila semua usaha sudah gagal dan cicak harus terjatuh, maka ekor ini akan berfungsi sebagai penyeimbang sehingga keadaan jatuhnya cicak itu selalu dengan keempat kakinya terlebih dulu menyentuh tanah.
Itulah sekilas gambaran mengenai selok-belok dan keunggulan cicak. Ia juga termasuk binatang yang cukup akrab dengan keseharian kita. Bagaimana tidak, ia dapat dipastikan berada di dinding rumah kita, terutama saat menjelang petang. Cicak yang merayap di dinding ternyata memiliki kemampuan yang hebat, iaitu memangsa nyamuk atau juga kelekatu. Kenapa hebat? Kerana si cicak tidak memiliki sayap untuk terbang, sementara nyamuk atau lalat adalah binatang bersayap. Kelas cicak dengan nyamuk dan kelekatu berbeda; yang satu merayap, yang lain terbang. Di banding dengan kendaraan yang dapat terbang seperti kapal terbang lebih mahal berbanding yang hanya merayap seperti kereta atau motorsikal, bukan? Tapi rupanya perbedaan kelas itu tidak menjamin yang merayap tidak dapat menaklukkan yang bersayap. Buktinya, cicak yang merayap dapat menawan nyamuk yang bersayap. Itulah bukti keagungan Tuhan! Dia tidak hanya menciptakan, tapi juga membekali makhluknya dengan citarasa, naluri, kemampuan, dan potensi. Selain nyamuk, cicak juga punya kebiasaan memangsa haiwan lain, iaitu kelekatu. Anda ingat bukan ketika ada kelekatu yang mengerubungi cahaya, maka di situ pula cicak akan ‘menunggu’. Cicak tidak mengejar-ngejar kelekatu. Lagi-lagi, ada perbedaan kelas yang luar biasa antara cicak dan kelekatu; cicak hanya merayap, sementara kelekatu sama seperti nyamuk yang bersayap dan boleh terbang. Sejenak kita bayangkan, apa jadinya jika si cicak mesti mengejar-ngejar dengan mengikuti si nyamuk atau kelekatu, alih-alih mendapatkan mangsa malah si cicak malah akan terjatuh. Tapi, cicak tahu dan sedar diri; kerana dia tidak memiliki kemampuan seperti nyamuk dan kelekatu, maka ia menerapkan “strategi”, iaitu dengan kecekapan dan kemahiran atau berupaya dengan cara merayap perlahan. Setelah mengukur jarak yang tepat, si cicak pun mencakup nyamuk. Begitu pun saat cicak mengintai kelekatu. Cicak tidak ikut-ikutan terbang, tapi dengan mendatangi cahaya yang menjadi lokasi kegemaran yang biasa didatangi kelekatu. Ketika kelekatu mendatangi tempat terang, maka di situlah cicak mendapatkan mangsanya. Begitulah ‘kreativiti’ seekor cicak. Pelajaran yang dapat kita ambil dari gaya seekor cicak mendapatkan mangsa adalah, pertama: keterbatasan bukanlah penghalang untuk mendapatkan rezeki. Itu terbukti dengan ketidakmampuan cicak untuk terbang, tapi ia tetap memiliki inisiatif untuk mendayagunakan kecekapan dan kemahirannya untuk menunggu atau dengan merayap perlahan, begitu mangsa hadir, ia pun tak menyia-nyiakannya. Dari contoh dan iktibar itu, bagi kawan-kawan yang merasa memiliki sejumlah kekurangan, baik yang bersifat fisikal (merasa kurang tinggi, terlalu kurus atau gemuk, kurang cantik atau tampan, atau kekurangan yang lain) mahupun yang kekurangan ilmu pengetahuan (seperti merasa kurang pandai atau tidak berpengalaman) tetaplah percaya diri. Jika pun itu sebuah keterbatasan, masih ada keunggulan lain yang anda miliki, baik yang sudah anda sedari atau yang belum. Cicak saja dapat mencakup binatang yang boleh terbang, mengapa sebagai manusia yang punya akal kita tidak dapat meraih yang kita inginkan! Pelajaran kedua: sabar dalam berikhtiar. Cuba lihat bagaimana kesabaran cicak. Sabarnya bukan tanpa ikhtiar; ia tetap berupaya. Kesabaran cicak seolah-olah dilandasi oleh kesedaran dan sikap dirinya terhadap keadaan yang tidak dapat ia tolak. Kesabaran dalam ikhtiar cicak itu dapat diteladani oleh seorang pencari kerja. Seorang pelamar pekerjaan yang baik itu adalah tidak berhenti mencari begitu tidak mendapatkan peluang di sebuah perusahaan atau syarikat. Tapi, letak kesabarannya adalah pada kegigihan yang tidak putus dan selalu membesarkan harapan. Jika ia tidak sabar, ia akan mudah putus asa; ketika satu perusahaan menolaknya, ia akan langsung meratapi keadaan dirinya: “Ah, memang aku yang bodoh, tidak ada keterampilan, tidak memiliki pengalaman, tidak ada ini dan itu.” Tunggu dulu... Jangan mencaci diri sendiri! Cuba sekali lagi lihat ke dalam diri anda. Mungkin ada potensi diri yang belum dapat anda baca dan anda temukan. Atau sebenarnya anda tahu potensi diri itu tapi belum anda gunakan secara baik, sehingga potensi itu belum matang. Maka, tugas yang mendesak adalah terus gali potensi diri, jangan pernah bosan apalagi berhenti di tengah jalan. Lanjutkan ikhtiarmu, baik dengan terus mencari peluang atau dengan menggali kemampuan.
Pelajaran ketiga, mencuba siasat jalan tengah. Lihatlah, sang cicak yang tidak lantas menyerah dan berdiam diri. Dia mendekati cahaya untuk dapat memangsa kelekatu. Dengan begitu, ia dapat menaklukkan kelekatu yang secara pandangan kasar lebih hebat dari dirinya itu.

Selanjutnya dapatkan Hidayah Disember 2010 di pasaran...

No comments: