Tuesday, April 10, 2012

Isteri Derhaka Bertaubat

“TOLONG! Tolong! Ya Allah, jangan Engkau masukkan aku ke dalam api. Aku mohon ampun, ya Allah!” teriak Marini (bukan nama sebenarnya, 33 tahun) saat berada di tengah kobaran api yang menggila menjilat bangunan itu. Marini terjebak. Pasrah. Hari itu seakan menjadi hari penghakiman dirinya. Tak ada tempat untuk lari menyelamatkan dirinya. Semua tempat sudah terkepung oleh kobaran api yang mengganas.
Sementara tak jauh dari tempat itu, banyak wanita yang mengenakan tudung justeru membiarkan Marini terjerembab ke dalam kobaran api. Mereka tidak berusaha menolongnya. Tatapan mata mereka malah begitu membenci melihat Marini. Marini terus meronta-ronta, ketakutan. Dia memohon penuh kepada Allah, supaya tidak terpanggang oleh api yang sebentar lagi akan menghanguskan tubuhnya. Kedua kakinya menendang apa saja sambil menjerit-jerit minta tolong tiada henti. Beruntunglah di saat tinggal beberapa sentimeter lidah api menyulut tubuhnya, Marini tersedar. Oh, ternyata bukan terjadi di alam nyata. Di sepertiga malam itu, nafas Marini termengah-mengah seolah mahu putus tangkai jantungnya. Peluh dingin mengucur, membasahi sekujur tubuhnya. Sejenak  dia edarkan pandangan ke sekeliling ruangan itu. Tiada yang terbakar sedikit pun. Kulitnya tak ada yang melepuh secuil pun. Marini tersedar, peristiwa itu hanyalah mimpi belaka. Meskipun demikian, rona ketakutan begitu ketara di wajahnya. Dia tak dapat menyembunyikan kepanikannya. Keadaan mimpinya itu seolah-olah bagaikan satu reality baginya.
Udara di bilik itu sebenarnya cukup dingin. Memang dingin pun. Ditambah dengan sistem alat penghawa dinginnya. Tapi dia terasa sangat menyesakkan dadanya. Wanita muda ini merasa terseksa sekali dengan mimpi tadi. Mimpi yang sangat buruk. Mencekam dan akan mencelakakan dirinya. Semua seolah kejadian nyata padanya. Segera selimut yang membungkus tubuhnya disibakkan. Dengan cara itu, panas yang dirasakannya lekas menghilang. Dia pandangi tubuhnya masih bermandikan renik-renik peluh. Baju tidur yang dikenakannya terasa bagai berlumur pasir panas dari gurun sahara. Dia pun buru-buru menyeka tubuhnya yang masih basah dengan peluh itu. Semestinya, setelah kejadian itu, Marini tidak dapat lagi melelapkan matanya lagi. Si suami yang ada di sampingnya masih terlelap dalam tidurnya. Lelaki itu sama sekali tak terusik oleh ketakutan yang dirasakan oleh isterinya. Saat itu, jam dinding menunjukkan angka 3.10 pagi. Mimpi yang menakutkan tadi sangat membekas di benaknya. Dalam hati, ia berkata, “Mungkinkah ini teguran dari Allah s.w.t.?” Banyak pertanyaan berkecamuk di dalam otaknya. Marini berjuang menangkap pesan-pesan mimpi itu. Cukup lama Marini berusaha menenangkan diri. Sejurus kemudian, dia bangkit dan langsung menuju bilik mandi. Setelah mengambil air wuduk, dia mengerjakan beberapa rakaat solat Tahajud di sisa waktu akhir malam itu. Usai bertahajud, tanpa dipaksa-paksa, dia terisak-isak. Marini tak mampu membendungnya.  Air matanya terus-menerus membasahi pipinya.
“Astaghfirullah al-adzim... astaghfirullah al-adzim... astaghfirullah al-adzim...” Berulang kali, kalimat istighfar itu terucap perlahan dari bibir Marini. “Maafkan hambaMu ini, ya Allah. Hamba telah jauh dariMu. Hamba telah salah langkah.” Sesekali tangannya menengadah, sesekali kepalanya menunduk pasrah. Bersimpuh memohon pengampunan kepada Ilahi Rabbi. Tubuhnya berguncang, menyesali semua perbuatan buruknya di masa lalu. 

Menyeleweng
Dengan air mata berlinang, Marini masih mengingat semua lembaran hitamnya. Semua terbayang di sepanjang perjalanan hidupnya. Lembaran-lembaran itu masih terakam di ingatannya. Dilihatnya si suami masih lelap di pembaringannya. Ada rasa bersalah demikian besar terhadap suaminya itu. Dia merasa mengkhianati suaminya padahal suaminya begitu baik, berpengertian dan bertanggungjawab. “Rasanya air mata yang tumpah ini tak bakal dapat menghapus tumpukan dosa-dosa yang pernah kulakukan. Maafkan aku, wahai suamiku,” batin Marini berbisik. Matanya terus berkaca-kaca mengingat petualangannya. Dari satu lelaki ke lelaki lain dia pernah hinggap. Entahlah berapa banyak dia menjalin hubungan dengan lelaki. Mulai yang masih bujang hingga yang sudah berkeluarga. Memang tak dinafikan, wajah Marini cantik apalagi tingkahnya agak genit sehingga banyak lelaki tergoda dan terperangkap untuk mendekatinya. Selama berhubungan dengan beberapa lelaki, Marini memang masih sanggup menjaga kesuciannya. Tetapi, dia tak sanggup mengelak pandangan sinis para tetangganya. Mereka memandangnya sebagai perempuan penggoda kerana seringnya berganti pasangan lelaki. Bahkan ada sebahagian yang memfitnahnya sudah mempunyai anak di luar nikah. Tentu saja ibunda tercintanya resah mendengarnya. Kerana itu, sebagai orangtua, dia meminta Marini segera berkahwin saja. Marini yang memang kala itu menjalin hubungan serius bersama Agung (buka nama sebenar), akhirnya berkahwin di awal tahun 2001. Sayang, hidayah belum juga membukakan hatinya. Tabiatnya ternyata belum berubah.

Selanjutnya dapatkan Hidayah April 2012 di pasaran...

No comments: