Tuesday, April 10, 2012

Paus Dalam Kisah Nabi Yunus a.s.

AL-QURAN memang tidak diturunkan Allah kepada binatang. Tapi, sejumlah kisah binatang yang ada di sekitar kehidupan para Nabi terdahulu, nyatanya, mendapatkan tempat yang istimewa kerana peranan yang “dikaitkan” beberapa binatang yang hidup di sekitar para Nabi. Tidak berlebihan, kalau sejumlah binatang itu kemudian (ikut) dikisahkan dalam al-Quran berkaitan sumbangan yang diberikan dalam dakwah para Nabi atau sekadar pernah hidup pada masa nabi-nabi terdahulu. Tak terkecuali ikan paus yang menjadi penolong Nabi Yunus a.s. 

Dilanda Marah
Nabi Yunus diutus Allah s.w.t. untuk berdakwah kepada kaumnya di Nainawiy (Ninive). Ninive adalah satu daerah di antara daerah-daerah yang menghubungkan ibu negeri Asyur. Dalam tafsir Al-Azhar, Hamka menyebut bangsa Nanive adalah bangsa purba yang hidup di sekitar Mausil, di pinggir laut. Tapi, setelah bertahun-tahun berdakwah, ia tidak menuai hasil. Tak seorang pun dari kaumnya yang mahu mengikuti ajakan Nabi Yunus. Keadaan itu membuatnya gundah. Sementara itu, ia merasa apa yang diperintahkan Allah kepadanya sudah mencapai batas waktu. Akhirnya, ia pun memilih pergi. Allah melukiskan hal itu di dalam al-Quran, “Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahawa Kami tidak akan mempersempit (menyulitkannnya) maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap; ‘Bahawa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Anbiya`: 87). Dalam keadaan marah itu, Yunus berjalan ke tepi laut. Di sana, ia melihat kapal hendak berlayar. Ia pun ikut berlayar. Allah berfirman dalam al-Quran, “Seketika ia lari kepada kapal yang penuh muatan” (QS. Ash-Shaffaat: 140). Sama sekali ia tidak berfikir jika kapal dalam keadaan sarat. Bahkan, kapal itu tak terlalu besar dan boleh terbalik jika ada ombak besar. Tak lama kemudian, kapal berlayar. Tapi di tengah laut, angin kencang menerpa kapal dan ombak menampar-nampar kapal. Ombak itu bergulung-gulung, mengamuk dan hampir menenggelamkan kapal. Para penumpang cemas, “Sesungguhnya di antara kita ada orang yang mempunyai dosa.”  Kegentingan itu membuat nakhoda bertindak. Sebab, kapal harus selamat sampai tujuan, dan tidak ada pilihan lain kecuali isi kapal harus dikurangi. Tetapi, dia bingung; siapa yang akan dikeluarkan dari kapal?

Kalah dalam Undian
Dalam kebimbangan itu diputuskan untuk dilakukan undian; “Barang siapa kalah dalam undian, ia akan dilempar”. Al-Quran menerangkan keadaan itu sebagai berikut, “Maka dia pun berundi, lalu dia terhitung orang yang kalah.” (QS. Ash-Shaffaat: 141)  Nabi Yunus ternyata tidak beruntung. Ia kalah dalam undian. Tapi, semua orang tahu, ia dikenal sebagai orang salih. Maka, penumpang pun tak percaya. Boleh jadi, undi yang diterima Yunus hanya kebetulan. Maka, dilakukan undian lagi. Anehnya, ia kembali kalah. Orang masih tak percaya; diadakan undian lagi ketiga kalinya. Anehnya, lagi-lagi, Yunus kalah. Tak ada pilihan lagi, ia pun menceburkan diri ke laut. Tak jauh dari kapal yang terumbang-ambing itu, ikan paus besar berkeliaran di atas permukaan laut. Tubuhnya besar dan menggelepar di samudera luas. Ekornya berkecipak bahkan menimbulkan suara bagai petir. Suaranya keras hingga terdengar sampai jauh. Sesekali, paus itu mengeluarkan semburan air ke udara, serupa air terjun akibat kepak ekornya yang membelah lautan. Lalu semburan yang diembuskan ikan itu turun ke bawah. Ombak besar seperti tak mampu menggoyahkan tubuhnya. Ia menggelegar di tengah laut, bagai penguasa lautan. Tapi, Allah berkehendak lain. Saat Yunus menceburkan diri ke laut itulah Allah mengutus paus itu menyambut Yunus dengan mengangakan mulut. Yunus tak ditelan, melainkan langsung dimasukkan ke perutnya, seluruh badannya utuh jatuh ke perut ikan. Al-Quran mengisahkan perihal itu sebagai berikut, “Maka ia ditelan ikan, sedang dia adalah orang yang disesali.” (QS. Ash-Shaffaat: 142).

Mengingat Allah
Setelah ikan itu menelan Yunus, Allah memberi ilham supaya tidak menyakiti Yunus. Sebaliknya, Yunus hanya diam dalam perut ikan. Semula, ia mengira sudah mati. Tetapi, ketika ia menggerakkan tubuhnya dan ternyata boleh bergerak, ia tahu jika dirinya masih hidup. Ia tahu, ia diselamatkan Allah. Sebab ia termasuk orang yang selalu bertasbih. Yunus menyungkur, bersujud kepada Allah, “Ya Tuhanku, aku telah mendirikan masjid untukMu yang belum pernah ada seorang pun menyembahMu di dalamnya.” Beberapa hari ia beriman dalam perut ikan dan tak lupa beriktikaf menyucikan Allah serta beribadah kepadaNya. Juga, dia berdoa kepada Allah sambil mengakui ketuhananNya, lantaran berbuat zalim. Doa Yunus didengar Allah. Juga, Allah menerima taubat Yunus, bahkan mengilhamkan ikan itu agar melemparkan Yunus ke daratan. Seandainya  tidak, Yunus boleh bernasib tragis “Maka kalau bukanlah dia sesungguhnya seorang di antara orang yang bertasbih. Nescaya akan berlarut-larut dia dalam perut ikan itu sampai hari manusia akan dibangkitkan (QS. Ash-Shaffaat: 143-144). Berapa lama sebenarnya Nabi Yunus dalam perut ikan? Al-Quran tak menjelaskan detailnya, sama seperti berapa tahun lamanya Yunus berdakwah sampai harus kecewa setelah tak seorangpun kaumnya ada yang menjadi pengikut. Juga, tidak ada pula sebuah hadis yang menjelaskan akan hal itu. Yunus akhirnya keluar dari perut ikan setelah dilemparkan ke daerah tandus. Al-Quran menjelaskan, “Maka Kami lemparkan ia ke daerah yang tandus sedang dia dalam keadaan sakit-sakit. (QS. Ash-Shaffaat: 145). Semua itu, tentunya, setelah Allah memberi satu pertolongan. Allah menumbuhkan di atasnya pohon yang rindang dari jenis pohon labu yang menaunginya dari panas atau terik matahari. “Dan Kami tumbuhkan untuk dia sebatang pohon dari jenis labu. Dan Kami utus dia kepada seratus ribu orang atau lebih.”  (QS Ash-Shaffaat: 146-147). Demikianlah keadaan Yunus beberapa ketika lamanya, hingga dia pulih kembali, dan tenang jiwanya. Setelah itu, Allah memerintahkan Yunus kembali kepada kaumnya yang ditinggalkannya.

Selanjutnya dapatkan Hidayah April 2012 di pasaran...

No comments: