Monday, April 9, 2012

Mencontohi Nabi s.a.w., Menteladani Para Pendoa

INGATLAH, Rasulullah s.a.w. pernah berdoa dengan doa yang terkenal ini bermaksud: “Ya Allah, Quraisy telah datang dengan segala kesombongannya. Mereka berupaya mendustakan rasulMu. Ya Allah, datangkanlah pertolonganMu sebagaimana telah Kau janjikan. Ya Allah, andai kata pasukanku ini binasa, tak ada lagi ibadah kepadaMu.” Itulah salah satu doa Nabi Muhammad s.a.w. yang terakam dalam peristiwa perang Badar yang bersejarah itu. Tentu ini hanyalah satu dari ribuan teladan baginda mengenai doa. Nabi Muhammad, panutan kita itu, adalah pendoa yang sangat baik, ikhlas dan demikian kukuh dan berkomitmen.
Saat Badar Nabi s.a.w. begitu khusyuk berdoa hingga baginda hanyut dalam penyerahan diri pada Allah. Doalah yang menguatkan baginda sekalipun pasukan musuh demikian besar dan doa juga yang membarakan semangat baginda untuk tak gentar. Semangat yang bersumber dari doa itulah yang juga diterapkan kepada pasukan muslim hingga kemenangan dapat diraih. Kata-kata Nabi s.a.w. menyalakan iman pasukan muslim. Tak ada lagi ragu-ragu yang menghalangi mereka bertempur dalam Perang Badar itu. Inilah jalan yang telah dimaktubkan. Jalan iman dalam jihad berperang. Bukan kerana kuasa dan harta mereka harus menghunus pedang. Kalimah Allah yang mesti tegak itulah yang menjadi alasan. Ayat Allah pun tak lama turun menguatkan tugas suci tersebut. “Wahai Nabi! Bangkitkanlah semangat orang-orang beriman itu dalam menghadapi perang ini. Bila kamu berjumlah dua puluh orang yang sabar, nescaya mereka itu dapat  mengalahkan dua ratus orang. Bila kamu berjumlah seratus orang, nescaya kamu dapat mengalahkan seribu orang kafir, sebab mereka adalah orang-orang yang tak mengerti. Sekarang Tuhan meringankan kamu kerana Dia mengetahui bahawa pada kamu masih ada kelemahan. Maka, jika kamu berjumlah seratus orang yang sabar, akan dapat mengalahkan dua ratus orang, dan jika kamu seribu orang akan dapat mengalahkan dua ribu orang dengan izin Allah. Dan Allah bersama orang-orang yang sabar.” (QS AL-Anfal: 65-66).
Dan sebagaimana kita tahu Badar adalah tonggak yang menguatkan Islam sampai sekarang. Perang hebat itu adalah bukti doa merupakan sumber kemenangan Nabi s.a.w. yang terus berlanjutan ke medan-medan tempur lainnya, seperti Khandaq, Tabuk hingga Fathul Makkah.

DOA ADALAH CINTA
Mughirah bin Syu’bah, seorang sahabat Nabi, pernah menceritakan bagaimana Nabi s.a.w. menunaikan solat sampai tumitnya bengkak-bengkak kerana begitu seringnya baginda rukuk dan sujud. Nabi s.a.w. pernah ditanya mengenai  hal itu. “Mengapa engkau memberatkan dirimu dengan banyak beribadah, sedang Allah telah mengampunimu atas segala kesalahanmu di masa lalu dan di masa yang akan datang?” Nabi s.a.w. menjawab, “Bukankah aku harus menjadi hamba yang bersyukur?” Riwayat dalam kitab sahih Bukhari itu juga dikisahkan Abu Hurairah dan Abu Salamah. Abdullah bin Syankhir suatu hari pernah bertamu ke rumah Nabi. Ketika itu Nabi sedang solat. Terdengar kemudian oleh Abdullah isakan tangis Nabi yang tengah berdoa. “Isakan itu keluar dari dadanya menyerupai gemuruh air mendidih di dalam cerek,” tutur Abdullah. Apa ertinya itu semua? Itulah cinta. Nabi s.a.w. berdoa setiap malam, setiap saat, bermunajat kepada Rabb, Rahman, tak hanya sebagai jalan agar ia berdekat-dekatan tapi juga sebagai perwujudan cinta suci baginda kepada Tuhan. Itulah mengapa baginda tetap berdoa meminta ampun sebanyak 70 dan 100 kali sehari padahal baginda sudah dijamin diampuni dan maksum (orang yang terjaga (terpelihara) dari dosa) Itulah percikan-percikan cinta yang menjadi api dalam jiwa mulianya. Nabi s.a.w. pernah berkata, “Buah hatiku adalah bersandar dan berzikir kepadaNya. Kesedihanku adalah bagi kebaikan umatku, sementara kerinduanku hanyalah untuk Allah, Tuhan Yang Mahatinggi.”

DOA SUMBER BAHAGIA DAN PENGHILANG KECEMASAN
Masih ingat peristiwa hijrah? Peristiwa ini boleh kita petik pula sebagai teladan doa dari Nabi s.a.w. Saat baginda sudah siap untuk berangkat dan pembaringannya (katilnya) diisi Ali bin Abi Thalib, baginda mendapatkan ancaman bahaya sebab pasukan Quraisy mengejar. Nabi yang saat itu hijrah bersama Abu Bakar kemudian bersembunyi di Gua Tsur. Di dalam gua, kumandang doa dari mulut suci Nabi tak henti terdengar. Abu Bakar merapatkan dirinya. Ia amat takut dan sedih orang-orang Quraisy yang zalim itu akan menemukan persembunyian dirinya dan Nabi. Tak terbayang, bagaimana perasaannya jika Nabi s.a.w. sampai tertangkap dan dibunuh? Di luar, terdengar suara seorang pasukan Quraisy bertanya pada seorang pengembala. “Apakah kamu melihat ada beberapa orang naik unta melintas kemari,” ujarnya. Si gembala seperti berfikir-fikir. “Di atas sana ada gua. Mungkin mereka ada di sana. Tapi selama di sini saya tidak melihat ada orang menuju kesana,” jawab pengembala. Suara itu ditangkap telinga Abu Bakar. Tubuhnya segera berpeluh. Dia makin merapatkan tubuhnya. Menggigil takut. Ditatapnya Nabi s.a.w. yang berada di sampingnya. Hatinya semakin sedih. “Jangan kau bersedih Abu Bakar. Allah bersama kita. Jika kau mengira hanya kita berdua di dalam goa ini, kau salah. Allah yang Maha Agung adalah yang ketiga,” ujar Nabi s.a.w. menenangkan. Demikian ketenangan hadir di dada Nabi s.a.w. sebab doa telah ia panjatkan. Kesedarannya penuh bahawa Allah bersama diri dan sahabat terkasihnya itu. Abu Bakar yang sudah gementar dan demikian takut juga akhirnya menjadi tenang. Tak ada memang satu hal pun di dunia yang boleh membuat cemas seorang pendoa sejati sebab apapun boleh diadukan kepada Rabb. Dia pemilik segala hal, penguasa langit dan bumi, serta zat yang sangat penyantun.

REFLEKSI DOA NABI UNTUK KITA
Tentu penjelasan di atas hanya singkat adanya. Makna doa sejatinya luas dalam kehidupan Nabi s.a.w. Selain sumber kemenangan, wujud cinta dan sumber bahagia dan ketenangan, doa juga adalah jalan keselamatan, tangga pengantar menuju ketinggian, sesuatu yang dituntut oleh orang-orang yang berpengetahuan, kenderaan orang-orang salih, dan tempat berlindung bagi kaum yang terzalimi. Melalui doa nikmat diturunkan dan melaluinya pula murka dihindarkan. Alangkah besar keperluan para hamba Allah akan doa, seorang muslim tidak akan pernah dapat lepas dari keperluan akan doa dalam setiap situasi dan kondisinya. Doa adalah ubat yang paling mujarab, ia ibarat musuh bagi penyakit, ia sentiasa melawan, menghilangkan atau meringankan. Begitulah kedudukan doa yang mesti disedari setiap muslim. Jika Nabi s.a.w. saja berdoa, kenapa kita tidak? Kita dalam kefanaan dan kelalaian yang entah apa ini selalu perlu berdoa guna memohon rahmat dan meminta ampunanNya.

Keutamaan-Keutamaan Doa
Doa memiliki keutamaan dan faedah yang tak terhitung, kedudukannya sebagai satu bentuk ibadah cukup menjadi bukti keutamaanya, bahkan ia adalah ibadah itu sendiri, sebagaimana yang sabdakan Rasulullah s.a.w., “Doa adalah ibadah.” (HR: Termizi, disahihkan Al-Albani). Meninggalkan doa adalah bentuk menyombongkan diri dari menyembah Allah s.w.t., sebagaimana Allah s.w.t. berfirman: “Berdoalah kepadaKu, nescaya akan kuperkenankan bagimu, sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembahKu(berdoa kepadaKu) akan masuk neraka jahanam dalam keadaan hina dina.” (QS: Al-Mukmin: 60). Doa menunjukan rasa tawakal kepada Allah s.w.t., kerana pendoa adalah orang yang perlu pertolongan Allah. Dengan berdoa dia menyerahkan urusan hanya kepadanya bukan kepada yang lainNya. Kita mewakilkan urusan kita kepada al-Wakil, Allah s.w.t. Dalam doa dan tawakal kita menggantungkan diri kepadaNya. Inilah prinsip sejati seorang mukmin yang memulangkan semua urusan kepada Allah s.w.t. “Kepada Allah-lah kami bertawakal! Wahai Tuhan kami janganlah Engkau jadikan kami sasaran fitnah bagi kaum yang zalim.” (QS. Yunus: 85) “Mengapa kami tidak akan bertawakkal kepada Allah padahal Dia telah menunjukkan jalan kepada kami, dan kami sungguh-sungguh akan bersabar terhadap gangguan-gangguan yang kamu lakukan kepada kami. dan Hanya kepada Allah saja orang-orang yang bertawakkal itu, berserah diri”. (QS. Ibrahim: 12). Doa juga merupakan senjata yang kuat yang digunakan seorang muslim dalam mencari kebaikan dan menolak kemudharatan, Rasulullah s.a.w. bersabda:
“Barang siapa diantara kalian telah dibukakan baginya pintu doa, pasti dibukakan pula baginya pintu rahmat, dan tidaklah Allah s.w.t. diminta sesuatu yang Dia berikan lebih Dia senangi dari pada diminta kekuatan, sesungguhnya doa itu bermanfaat baik terhadap apa yang terjadi mahupun belum terjadi, maka hendaklah kalian berdoa.” (HR: Termizi, dihasankan oleh Al-Albani). Doa adalah senjata yang digunakan para nabi dalam menghadapi situasi-situasi sulit.

Selanjutnya dapatkan Hidayah April 2012 di pasaran...

No comments: