Friday, January 11, 2013

Kisah Dakwah Nabi Ibrahim a.s.

MUSIM kemarau telah berlalu, dan musim bunga yang ditunggu-tunggu itu akhirnya tiba. Sungai-sungai penuh dengan air yang mengalir jernih dan bening. Bunga-bunga pun bermekaran. Tanaman dan pohon di segenap dataran tanah Babylon tampak mulai menghijau. Orang-orang Babylon dilingkupi setangkup kebahagiaan. Sebab dengan kedatangan musim bunga itu, mereka dapat merayakan hari raya - yang datang setahun sekali itu. Dengan wajah riang dan senang, penduduk Babylon pun berduyun-duyun ke luar kota untuk mengikuti sambutan perayaan hari raya. Tapi, di saat orang-orang mengikuti perayaan hari raya itu, Nabi Ibrahim a.s. justeru memilih tak pergi ke luar kota. Beliau memilih tinggal di kota. Ada yang menggumpal di dalam hati orang-orang Babylon, hingga mereka pun tidak kuasa untuk tidak bertanya, “Wahai Ibrahim, kenapa engkau tidak ikut pergi bersama kami?” “Aku sakit,” jawab Nabi Ibrahim, pendek.
Orang-orang itu pun berlalu, meninggalkan Nabi Ibrahim dalam kesendirian. Sebenarnya, Nabi Ibrahim tidak sedang sakit. Alasan “sakit” itu diutarakan lantaran Nabi Ibrahim benar-benar merasa sedih ketika melihat mereka semua menyembah patung. Padahal Nabi Ibrahim diperintah Allah untuk meluruskan kesesatan mereka, mengajak ke jalan yang benar. Maka, tatkala orang-orang Babylon itu keluar kota untuk merayakan hari raya dengan senang, Nabi Ibrahim diam-diam merancangkan sesuatu. Orang-orang sudahpun meninggalkan kota. Saat itulah, Nabi Ibrahim merasa bahawa waktu itu sebagai waktu yang tepat untuk pergi ke kuil seraya membawa kapak. Tak ada yang tahu rencana kepergian Nabi Ibrahim itu, sebab keadaan kota sepi akibat ditinggalkan oleh penduduknya. Maka, ketika Nabi Ibrahim menginjakkan kaki di kuil itu, tidak ada siapa pun yang dijumpai kecuali berhala-berhala yang berdiri dan tidak bergerak. Dengan tegasnya bertindak, Nabi Ibrahim pun menghancurkan berhala-berhala itu satu persatu. Tapi ketika hendak menghancurkan berhala yang paling besar, beliau berhenti berbuat yang sama sebagaimana yang dilakukan pada patung-patung yang lain. Akhirnya, Nabi Ibrahim pun membiarkan patung besar itu tetap berdiri kukuh, lalu menggantungkan kapak di bahu berhala itu. Selanjutnya, Nabi Ibrahim pergi dari kuil dengan tenang.
Perayaan hari raya yang disambut dengan meriah di luar kota itu, akhirnya usai. Orang-orang Babylon pun kembali ke kota. Pada saat itulah, mereka pergi ke kuil untuk memberikan sesembahan pada berhala-berhala yang mereka anggap sebagai “tuhan”. Tapi, betapa  terkejutnya mereka, saat melihat kuil dipenuhi puing-puing berhala. Berhala-berhala yang mereka anggap tuhan itu hancur berkeping-keping. Lebih mengejutkan lagi, mereka justeru melihat berhala yang besar masih berdiri dengan kukuh dan di bahu berhala besar itu tersemat sebatang kapak. Keriuhan terjadi, dan mereka saling bertanya satu sama lain, “Siapakah yang telah menghancurkan tuhan-tuhan kita?” Salah seorang di antara mereka akhirnya angkat suara, “Aku selalu mendengar seorang pemuda bernama Ibrahim selalu merendahkan tuhan-tuhan kita. Ia bahkan mengatakan tuhan-tuhan kita tidak berguna. Aku kira, dialah yang telah menghancurkan tuhan-tuhan kita.”
Akhirnya, Raja Namrud memerintahkan beberapa pengawal untuk memanggil, bahkan berniat mengadili Nabi Ibrahim di kuil itu juga.

Selanjutnya dapatkan Hidayah Januari 2013 di pasaran...

No comments: