Friday, January 11, 2013

Teori 'Bing Bang' Dan Kebenaran Al-Quran

ILMUAN Barat dipeningkan atau dipusingkan tentang asal alam semesta ini. Ada yang berteori, alam berasal dari ketiadaan dan ada pula yang mengatakan berasal dari material yang sudah ada. Ada yang berkata juga alam semesta itu kekal, tapi tidak sedikit yang bilang tidak kekal. Namun, dari semua teori yang ada soal alam semesta, ilmuan abad ini akhirnya sepakat soal satu teori yang bernama ‘Big Bang’. Teori ini mengatakan bahawa alam semesta pada awalnya satu, yakni berasal dari satu titik. Titik ini kemudian hancur dan mengembang hingga akhirnya berubah menjadi bumi, matahari, langit dan sebagainya. Teori Big Bang ini hampir disepakati oleh banyak ilmuan dan meruntuhkan teori alam semesta sebelumnya. Salah satu yang sepakat bernama Dr. Russel Cannon. Menurutnya, sejak lama kita ketahui bahawa teori terbaik bagi [asal usul] alam semesta adalah ‘Big Bang’ — bahawa alam semesta terbentuk melalui suatu ledakan raksasa pada satu ruang teramat kecil, dan sejak itu mengembang secara terus-menerus. Bahkan, Dennis Sciama, yang selama bertahun-tahun bersama Fred Hoyle mempertahankan teori steady-state, yang berlawanan dengan fakta penciptaan alam semesta, menjelaskan posisi akhir yang telah mereka capai setelah semua bukti bagi teori ‘Big Bang’ terungkap. Sciama menyatakan bahawa ia mempertahankan teori steady-state bukan kerana ia menganggapnya benar, melainkan kerana ia berharap bahawa inilah yang benar. Sciama selanjutnya mengatakan bahawa ketika bukti mulai bertambah, ia harus mengakui bahawa permainan telah usai dan teori steady-state harus ditolak. Profesor George Abel dari universiti California juga menerima kemenangan akhir Big Bang dan menyatakan bahawa bukti yang kini ada menunjukkan bahawa alam semesta bermula jutaan tahun silam melalui peristiwa ‘Big Bang’. Ia mengakui bahawa ia tak memiliki pilihan kecuali menerima teori ‘Big Bang’. Dengan kemenangan Big Bang, mitos ‘materi kekal’ yang menjadi dasar berpijak faham materialis terhempaskan ke dalam tumpukan sampah sejarah. Lalu keberadaan apakah sebelum Big Bang; dan kekuatan apa yang memunculkan alam semesta sehingga menjadi ‘ada’ dengan ledakan raksasa ini saat alam tersebut ‘tidak ada’? Meminjam istilah Arthur Eddington, pertanyaan ini jelas mengarah pada fakta yang ‘secara filosofis menjijikkan’ bagi kaum materialis, yakni keberadaan Yang Maha Pencipta. Hal ini bererti Big Bang tak hanya membuktikan bahawa alam semesta diciptakan dari ketiadaan, tetapi ia juga diciptakan secara sangat terencana, sistematis dan teratur. Big Bang terjadi melalui ledakan suatu titik yang berisi semua material dan energi alam semesta serta penyebarannya ke segenap penjuru ruang angkasa dengan kecepatan yang sangat tinggi. Dari materi dan energi ini, munculah suatu keseimbangan luar biasa yang melingkupi berbagai galaksi, bintang, matahari, bulan, dan benda angkasa lainnya. Hukum alam pun terbentuk yang kemudian disebut ‘hukum fisikal’, yang seragam di seluruh penjuru alam semesta, dan tidak berubah. Hukum fisikal yang muncul bersamaan dengan ‘Big Bang’ tak berubah sama sekali selama lebih dari 15 bilion tahun. Selain itu, hukum ini didasarkan atas perhitungan yang sangat teliti sehingga penyimpangan satu milimeter saja dari angka yang ada sekarang akan berakibat pada kehancuran seluruh bangunan dan tatanan alam semesta. Semua ini menunjukkan bahawa suatu tatanan sempurna muncul setelah Big Bang. Atas dasar itu, fisikawan terkenal, Profesor Stephen Hawking mengatakan dalam bukunya A Brief History of Time, bahawa alam semesta dibangun berdasarkan perhitungan dan keseimbangan yang lebih bertepatan dari yang dapat kita bayangkan. Dengan merujuk pada kecepatan mengembangnya alam semesta, Hawking berkata: “Jika kecepatan pengembangan ini dalam satu detik setelah Big Bang berkurang meski hanya sebesar angka satu per-seratus ribu juta, alam semesta ini akan telah runtuh sebelum pernah mencapai ukurannya yang sekarang.”

Selanjutnya dapatkan Hidayah Januari 2013 di pasaran...

No comments: