Friday, January 11, 2013

Mengenali Karamah Para Wali Allah

KARAMAH adalah sesuatu yang keluar dari adat kebiasaan, tidak diiringi dengan pengakuan kenabian, dan juga bukan muqaddimah kenabian. Di mana Allah munculkan pada diri seorang hamba yang memiliki kebaikan, selalu mengikuti ajaran Nabi, berakidah serta beramal secara benar, baik orang tersebut mengetahui aaupun tidak. (Lawa-mi’ Al-Anwar Al-Bahiyyah, 2/392) Tujuan adanya karamah adalah sebagai bantuan, dukungan, dan pertolongan kepada hamba tersebut, atau untuk mengukuhkannya dalam keimanan.
Dalam perkara apa Karamah? Karamah boleh terjadi dalam urusan agama atau duniawi, Ibnu Taimiyyah mengatakan: Di antara prinsip Ahlus Sunnah adalah mempercayai adanya Karamah para wali dan hal-hal luar biasa yang Allah munculkan pada mereka berupa beraneka ragam ilmu, Mukasyafah/ kemampuan memandang, dan berbagai kemampuan serta pengaruh lainnya. (Al-Aqidah Al-Wasithiyyah syarah Al-Harras, hal 119) Contoh dalam hal ilmu dan pengetahuan seperti kemampuan seorang ulama yang memperlihatkan apa yang ada dalam kandungan isterinya bahawa bayinya tersebut adalah wanita. Sedangkan contoh Mukasyafah/ kemampuan memandang seperti kemampuan Umar bin Khathab r.a. yang boleh melihat pasukan perangnya yang dikirim ke Iraq dan saat itu terdesak oleh musuh. Kemudian Umar mengatakan: “Wahai pasukan, ke gunung, ke gunung!” Dan pasukan itu pun mendengar ucapan Umar kemudian ke gunung maka akhirnya selamat. Sementara contoh kemampuan dan pengaruh, iaitu yang terjadi pada Maryam. Di mana hanya dengan menggoyang batang pohon kurma, buah kurma pun berjatuhan. Padahal secara akal dan kewajaran, tidak mungkin kerana kuatnya pohon dan lemahnya wanita yang tengah hamil tua. Juga ada di antara anak buah Nabi Sulaiman a.s. yang dapat memindahkan sebuah singgahsana ratu dalam waktu kurang dari sekejap mata. Menurut Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dalam Syarah Aqidah Al-Wasithiyyah karya Syaikh Ibn Utsaimin hal. 207, tidak semua wali memiliki karamah dan terkadang, wali yang tidak memiliki karamah itu beroleh lebih mulia dibandingkan yang memilikinya. “Tidak setiap wali itu harus memiliki karamah. Bahkan, wali Allah yang tidak memiliki karamah boleh jadi lebih utama daripada yang memilikinya. Oleh kerana itu, karamah yang terjadi di kalangan para Tabi’in itu lebih banyak daripada kalangan para sahabat, pada hal para sahabat lebih tinggi darjatnya daripada para Tabi’in,” ujar Ibnu Taimiyah seperti ditulis dalam Majmu’ Fatawa 11/283.

Selanjutnya dapatkan Hidayah Januari 2013 di pasaran...

No comments: