Thursday, March 13, 2014

Duka Seorang Jemaah Haji Gunakan Arak

SUNGGUH kebahagiaan yang sukar digambarkan apabila seseorang menerima undangan Allah untuk mengunjungi RumahNya di Tanah Suci. Pasti gembira dan bahagia sekali. Inilah yang terjadi dengan Abdullah. Dia seorang lelaki berakhlak baik dan tidak memiliki masalah dalam hablum minannas. InsyaAllah juga, tidak dalam hablum minallah. Abdullah tidak ada bedanya dengan hamba-hamba Allah lain yang sangat berkeinginan menerima undangan Si milik dan Pengatur alam semesta ini. Jika Abdul Manan pada tahun lepas menerima undangan Allah, maka sebelum Abdul Manan memenuhi undangan itu, dia menyatakan akan berdoa di tempat-tempat mustajab untuk para kerabat dan handai taulan, agar tahun depan dipanggil sebagai tetamu Allah Azza wa Jalla. Banyak jemaah yang mengamini ucapan Abdul Manan saat dirinya diminta memberi sambutan ucapan ringkas selepas solat Jumaat. Tak terkecuali didoakan termasuk Abdullah.
Oleh sebab itu, Abdullah pun mempersiapkan diri jauh-jauh hari. Bahkan, seusai Abdul Manan mendoakan kerabat dan handai taulan, dia pun mulai bersiap sedia. Mengumpulkan data-data perjalanan haji, mencari buku-buku panduan haji, buku manasik haji dan juga menjalin kedekatan dengan para pembimbing haji untuk mendapatkan nasihat dan bimbingan ibadah haji yang harus dilakukan secara benar. Tentunya, Abdullah juga tak akan melupakan masalah dana hajinya. Diringkaskan kisah, doa yang dipanjatkan kerabatnya, Abdul Manan, dimakbulkan Allah s.w.t. Abdullah gembira sekali saat namanya tercatat sebagai calon jemaah haji di tahun ini. Seluruh rangkaian persiapan pun dilakukan. Abdullah benar-benar ingin siap sedia lahir dan batin. Dan ketika hari itu sudah semakin dekat, dia pun tak lupa berdoa agar pejalanan hajinya tak mengalami rintangan dan bakal memperolehi haji mabrur.

LUKA BERNANAH DAN BERBAU
Manusia hanya mampu berkeinginan, dan Tuhan yang menentukan. Demikian pula dengan Abdullah pun. Sebuah ujian menimpa ibadah haji Abdullah. Suatu hari, seraut duri merintangi perjalanannya dan dia terluka. Abdullah meradang kerana lukanya tak sembuh-sembuh. “Ya Allah, mengapa hal ini harus terjadi? Mengapa tiba-tiba kaki ini terluka dan lukanya semakin membesar, bernanah dan berbau? Apa salah hamba, Ya Allah?” Tangis penyesalan dan bayang-bayang kesalahan masa lalu saling tumpang tindih. Perasaan ingin beribadah seperti jemaah lain semakin menambah kesedihan di hati Abdullah. Yang semakin menambah kesedihannya adalah luka bernanah di kaki dan berbau busuk itu telah membuat ruangan yang seharusnya diisi bersama jemaah lain, menjadi begitu senyap. Abdullah sering kali sendirian berada di ruangan itu. Abdullah maklum. Jemaah haji yang satu bilik dengannya pasti tidak kuasa mencium bau busuk yang berasal dari luka bernanah di kakinya. “Astagfirullah! Bau apa ini? Mengapa ruangan ini jadi berbau busuk?” ucap seorang jemaah perlahan. Ucapannya ditujukan kepada jemaah di sebelahnya. “Iya. Saya juga tidak tahan menciumnya. Lebih baik kita berada di luar bilik saja,” sahut rakan jemaah lainnya. Begitulah. Satu persatu penghuni bilik yang juga ditempati Abdullah keluar, mereka memilih beribadah sunnah di luar bilik, seperti solat sunnah di masjid terdekat atau ibadah-ibadah sunnah lainnya. Abdullah merasa sangat iri hati pada rakan-rakan jemaah itu. Dia menyalahkan dirinya dan selalu bermunajat kepada Allah, agar dirinya diberi jalan keluar, diberi petunjuk untuk dapat mengatasi cubaan ini.

TANGIS ISTIGHFAR
Tak perlu ragu dengan keadilan yang disandang Yang Maha Adil. Tak perlu disangsikan kasih sayang yang dimiliki Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Tanah suci, tempat para manusia memenuhi undangan Ilahi, adalah bumi dimana ketulusan doa selalu didengar dan terijabah. Suatu waktu, Ustaz Abdul Razak berkunjung ke ruangan di mana Abdullah bertempat. Kedatangan ustaz sebenarnya hanya ingin bersilaturahim, sekaligus ingin mengetahui kemana saja Abdullah. Dirinya tak pernah terlihat berada bersama rombongan jemaah lainnya. Ketika Ustaz Abdul Razak memasuki ruangan. Dia sungguh merasakan sesuatu yang lain dari ruangan itu. Di samping tiada jemaah lain kecuali Abdullah, ruangan itu sangat tidak sedap. Bau busuk dan hamis. Ustaz memberi salam dan mendekati Abdullah. “Mohon maaf, saya baru sempat datang ke ruangan ini, itu pun kerana tidak melihat keberadaan tuan di antara jemaah lain. Ada apa sebenarnya?”
Abdullah menangis sambil memperlihatkan kakinya yang luka besar, bernanah dan sangat bau.
“Oo... rupanya bau itu berasal dari kaki tuan. Apa sebabnya terjadi?” tanya Ustaz Abdul Razak.
“Saya tidak mengerti Ustaz,” Abdullah tertunduk, seolah menyembunyikan air mata yang terus mengalir. “Kaki ini tiba-tiba luka dan lukanya semakin membesar, bernanah dan sangat berbau,” tambah Abdullah.
Ustaz Abdul razak mengelus bahu Abdullah. “Bersabarlah, ini adalah bahagian dari ujian untuk tuan,” nasihat Ustaz Abdul Razak yang lebih muda dari usia Abdullah.

Selanjutnya dapatkan Hidayah Mac 2014 di pasaran...

No comments: