Thursday, March 13, 2014

Putera Mahkota Dan Darwis

Malam sedang menyelimuti kota, tapi di dalam istana Putera mahkota Tujuh Kerajaan justeru terang benderang; lilin-lilin dengan wangi mawar dan kesturi menerangi persekitaran. Tampak, para pelayan menyiapkan jamuan minum untuk putera mahkota. Seseorang sedang mengurutnya untuk mengembalikan kebugaran dan kesegaran tubuhnya setelah seharian tidur. Putera Mahkota itu memang dikenal sebagai bintang di pesta-pesta malam, tapi redup di siang hari lantaran sepanjang siang digunakan untuk tidur. Untuk itu, seorang menteri diperintahkan untuk mengurus kerajaan di siang hari. Putera mahkota beranjak dari tempatnya dan berkata, “Aneh, aku tidak pernah melihat taman ini di siang hari, bagaimana bentuknya saat terkena sinar matahari.” “Tanpa Tuanku, siang hari taman itu tampak gersang,” jawab si pelayan dengan nada membodek. Putera mahkota menghabiskan segelas minuman, kemudian melihat sekeliling. Tak berapa lama, panglima menghadapnya.“Tamu-tamu kita sudah lapar. Cepat sajikan makan malam!” perintah putera mahkota pada para pelayan. Pelayan bergerak cepat seperti anak panah dan menghilang di balik pintu. Makanan mulai dihidangkan. Lapan orang laki-laki membawa empat talam besar terbuat dari perak. Di setiap piring ada empat daging kambing bakar masak berempah yang lazat, diletakkan di atas gundukan nasi dengan rempah-rempah dan bumbu lainnya. Sambil menunjuk hidangan, putera mahkota berkata, “Jangan penuhi perut kalian dengan makanan ini, kerana yang datang nanti jauh lebih enak.”

Tamu Tak Diundang

Pesta pun berlangsung. Muzik dimainkan. Putera mahkota ceria menikmati pesta. Namun saat putera mahkota hendak menyantap sepotong daging kambing, mendadak muncul seekor anjing menggonggong yang tak diketahui dari mana datangnya. Tangan putera mahkota yang sedang memegang daging pun tertahan.
“Hah... anjing di istana? Dari mana dia datang?” Seketika para hadirin yang sedang asyik makan ikut tertahan. Saat itulah, dengan tangkas, haiwan itu melompat, menyambar potongan daging di tangan putera mahkota dan langsung menelannya sebelum mendarat di lantai. Setelah itu ia mengibas-ngibaskan ekor dan menggoyang-goyangkan badannya. Peliknya putera mahkota tak marah, sebaliknya tertawa. Malahan kali ini, ia mengiris sepotong daging dengan ukuran agak besar, lalu melemparkan ke udara. Anjing itu menyambarnya dan menelannya. Namun tiba-tiba saja haiwan itu menoleh ke belakang. Semua mata ikut tertuju pada apa yang dilihat anjing. Ternyata dari kegelapan taman, ada sesosok bayangan yang semula tak seorang pun tahu sebelum bayangan itu mendekat tersorot cahaya lampu. Sosok itu adalah seorang darwis (sufi pengembara) yang mengenakan pakaian berbahan bulu domba kasar. Tangannya memegang tongkat panjang seperti penggembala. Darwis itu menghampiri anjingnya dan berkata, “Kenapa engkau mengikuti aroma kambing panggang ini dan kulihat engkau makan dari tangan selain tanganku? Apakah kau ingin mencari tuan yang baru?” Tawa putera mahkota meledak. Anjing itu berhenti mengibaskan ekornya, lalu duduk di dekat kaki tuannya, seolah menyesali perbuatannya tadi. Kemudian darwis berpaling ke arah para tamu, “Maafkan kami, tuan-tuan. Anjing ini sangat kelaparan.” Panglima mengeluarkan pedang dan melangkah ke arah darwis, “Bagaimana kamu boleh masuk ke istana ini? Dan bagaimana kamu dapat melewati pos penjagaan?” Anjing itu mengeram mendengus tanda bahaya dan segera menghadang hunusan pedang sambil memperlihatkan taring-taringnya. Putera mahkota mengangkat tangan seraya berkata, “Jangan menakuti tamu darwis kita! Dia dan anjingnya adalah tamu kita malam ini.” “Siapa gerangan pemilik istana ini?” tanya darwis itu. “Pemilik istana ini adalah gembong para perompak yang sering menghadang kafilah-kafilah dan merampas harta mereka. Akulah pemilik istana itu. Apakah kamu akan memegang rahsia ini atau menyebarkannya?” jawab putera mahkota. “Tidak adakah pekerjaan lain yang Tuan lakukan selain merompak?” tanyanya. Sambil menahan tawa puteras mahkota itu menjawab, “Sekarang kau sudah tahu rahsia kami. Kau harus bergabung bersama kami atau kami akan membunuhmu. Duduklah, dan makanlah bersama kami.”

Selanjutnya dapatkan Hidayah Mac 2014 di pasaran...

No comments: