Thursday, March 13, 2014

Tragedi Menimpa Anak Derhaka

Tengah malam, suasana perkampungan Jambon sudah senyap. Hampir semua warga lelap dalam tidurnya. Semua terbuai dalam mimpi. Kalau pun ada tanda kehidupan yang mendatangi setiap malam, paling suara alam; cengkerik yang mengerik di balik rerumputan dan suara belalang di pepohonan. Di satu sudut kampung, terlihat beberapa pengawal kampung di pos ronda yang sedang asyik berbincang. Kopi panas menemani masing-masing penjaga di sampingnya. Mereka memang bertugas menjaga keamanan kampung secara bergiliran. Ada yang bertugas di pos, ada pula yang berkeliling kampung memastikan keamanan persekitaran. Tiba-tiba saja, dari kejauhan, tampak bayangan bergerak perlahan. Salah seorang petugas ronda melihatnya. Namun ia belum dapat memastikan siapa gerangan yang datang itu. Semakin mendekat, makin tampaklah bahawa sosok dari kejauhan tadi adalah Joni. Pemuda itu melangkah gontai. Jalannya hoyong hayang. Beberapa kali ia terjatuh dan segera bangun. Mereka yang ada di pos ronda sudah menduga apa yang terjadi dengan Joni. Pastilah ia sedang mabuk teruk, usai pesta minuman keras bersama teman-temannya. Mereka membiarkan saja, sudah biasa melihat pemuda tersebut pulang larut malam dalam keadaan mabuk-mabuk begitu. Jika diingatkan malah khuatir Joni membuat suasana kampung gempar di tengah malam. Mereka faham bahawa orang yang satu ini akan mengamuk bila diusik. Terlebih sifat buruknya itu muncul bila ia dalam keadaan mabuk begitu. Dulu, Joni seringkali diingatkan, namun bukannya berterima kasih, ia malah menunjukkan penentangannya. Sehingga mereka menganggap percuma saja. Yang terpenting, ia tak membuat kekecohan di kampung. Itu sudah cukup. Sampai di rumah, Joni mengetuk kuat pintunya. Sementara penghuni rumah begitu nyenyak dalam tidurnya. Belum ada yang membuka pintu, membuat lelaki tersebut marah-marah. “Buka pintulah! Cepat-cepat!” teriaknya. Tentu saja, teriakan keras itu mengejutkan Aminah (Ibu Joni, 53 tahun). Begitu pintu dibuka, Joni langsung menerobos masuk. Tanpa basa-basi, tanpa menegur ibunya. Ibunya diam saja, hanya geleng-geleng kepala saja melihat tingkah anaknya yang biadab sedemikian rupa. “Jo, apa kamu tak punya adab ke... Ibu sudah membukakan pintu. Bukannya disapa dengan ramah tapi malah menunjukkan sikap kurang ajar,” kata Titi (kakak Joni), yang ikut terbangun tadi. “Ah peduli apa aku.” “Apa tidak takut berdosa kamu?” “Aku tidak takut,” jawab Joni tajam sambil membanting pintu bilik tidurnya. Si ibu menyaksikan keangkuhan anaknya. Ia hanya mampu mengelus dada sambil berucap istighfar bberapa kali.

Selanjutnya dapatkan Hidayah Mac 2014 di pasaran...

No comments: