Thursday, March 13, 2014

Peristiwa Nabi Musa Meninggalkan Mesir

SUATU hari, Nabi Musa a.s. keluar dari istana dan menelusuri ibu kota Mesir. Di ibu kota, dia dikejutkan oleh dua orang yang sedang bertengkar. Seorang dari Bani Israil, seorang lagi dari keluarga pemerintah Mesir. Saat melihat Musa, orang dari Bani Israil itu pun meminta pertolongan. Musa berjalan mendekati tempat kejadian. Orang dari keluarga penguasa Mesir mencegah Musa untuk terlibat, “Kau tak ada urusan dalam hal ini, pergilah! Jika tidak, aku boleh memukulmu!” Seketika itu Musa marah, lantas memukul orang tersebut. Orang itu mati. Musa sedar; bahkan merasa bersalah. Dia tidak bermaksud membunuh orang itu, hanya ingin menolong kaumnya. “Ini adalah perbuatan syaitan, sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang menyesatkan lagi nyata (permusuhan-nya)” (QS. Al-Qashash: 15). Musa kemudian memohon ampunan, “Ya, Tuhanku, sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri, kerana itu ampunilah aku.” (QS. Al-Qashash: 16).

***

Setelah itu, Musa dicengkam cemas. Beliau khuatir Firaun tahu. Padahal jika Firaun sampai tahu, ia pasti murka dan berang. Hari berlalu. Musa bertemu lagi orang keturunan Bani Israil tersebut lagi sedang bertengkar. Tatkala melihat kehadiran Musa, orang itu kembali berteriak meminta pertolongan, “Hai Musa, tolonglah aku.” Musa bukan tak mahu menolong, tetapi kematian orang Mesir itu membuat Musa tak mahu menolong lagi orang yang berdosa. Musa marah. Ia membentak orang dari Bani Israil itu “Sesungguhnya kamu benar-benar orang sesat yang nyata (kesesatannya).” (QS. Al-Qashash: 18). Musa kemudian mendekati. Orang dari Bani Israil ketakutan, lalu berkata, “Hai Musa, apakah engkau bermaksud membunuhku sebagaimana engkau kelmarin telah membunuh seorang manusia? Kamu tidak bermaksud melainkan hendak menjadi orang yang berbuat sewenang-wenang di negeri (ini), dan tidaklah kamu hendak menjadi salah seorang dari orang-orang yang mengadakan perdamaian.” (QS. Al-Qashash: 19).
Orang-orang mendengarnya. Mereka tahu Musa orang yang membunuh orang dari golongan Firaun. Musa kemudian lari. Berita itu pun tersebar, dan  sampai ke telinga Firaun dimana ia  segera mengerahkan tentera untuk mencari Musa. Mujurlah, sebelum tentera Firaun menemukan Musa, ada orang yang menolong, dan meminta Musa jalan tebaik meyelamatkan dirinya ialah meninggalkan Mesir, “Pembesar negeri sedang berunding tentang kamu untuk membunuhmu, sebab itu keluarlah (dari kota ini) sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang memberi nasihat kepadamu.” (QS. Al-Qashash: 20).

***

Dengan hati cemas, Musa melangkah, meninggalkan Mesir ketika gelap seraya berdoa, “Ya Tuhanku, selamatkanlah aku dari orang-orang yang zalim itu.” (QS. Al-Qashash: 21). Musa lantas menghadapkan arah ke negeri Madyan, dan meminta perlindungan, “Mudah-mudahan Tuhanku memimpinku ke jalan yang benar.” (QS. al-Qashash: 22)  Musa melewati banyak gurun. Berhari-hari, dia berjalan hingga sampai ke Madyan - pertengahan antara Hijaz (Arab Saudi) dan Mesir yang tidak berada di bawah kekuasaan Firaun, di pantai timur teluk ‘Aqaba. Matahari hampir tenggelam sewaktu Musa tiba. Musa letih. Beliau duduk di sebelah sumber air (telaga) tempat orang mengambil air untuk memberi minum binatang ternak. Kerumunan orang berdesakan berebut air. Musa melihat dua orang wanita yang menunggu kerumunan itu. Tapi, keadaan tak kunjung sepi. Musa mendekati kedua wanita itu, Lana dan Shafura “Apa maksudmu (dengan berbuat begitu)?” (QS. Al-Qashash: 23). “Kami tak mampu bersaing dengan kaum lelaki, dan para pengembala yang lain. Kerana itu, kami menunda memberi minum kambing-kambing kami.”

Selanjutnya dapatkan Hidayah Mac 2014 di pasaran...

No comments: