Thursday, March 13, 2014

Masjid Singarajan: Kesan Syiar Islam Pangeran

Sebagai wilayah yang dulu berada dalam kekuasaan Kerajaan Islam, Banten menyimpan banyak masjid kuno dan bersejarah. Tonggak-tonggak dakwah dipasang di titik-titik tertentu di setiap sudut wilayah. Tonggak-tonggak itu tak lain adalah bangunan masjid, yang menjadi pusat dakwah sang da’i. Masjid-masjid itulah yang menjadi saksi utama perjuangan mereka. Masjid-masjid kuno yang ada di Banten hampir semuanya dibangun pada abad ke-16 sampai abad ke-19. Dikatakan kuno dan memiliki nilai sejarah kerana masjid yang ada di Banten hampir semuanya dibangun oleh orang-orang dari Kesultanan Banten.
Salah satunya adalah Masjid Singarajan, yang terletak di Jl. Raya Pontang Kp. Singarajan Rt. 02 Desa Singarajan Kecamatan Pontang Kabupaten Serang, Banten. Lokasi masjid ini sekitar 26 km dari pusat kota dan pemerintahan Provinsi Banten, ke arah utara wilayah Banten. Dalam perjalanan menuju masjid tersebut, mata kita akan terpesona dengan hamparan pesawahan Desa Singarajan yang luas. Desa Singarajan merupakan lokasi yang berdekatan dengan pesawahan dan pertambakan ikan.

Tahun 1809

Masjid ini dikenali juga dengan sebutan Masjid Pangeran Aria Singaraja. Sebutan nama ini tentu mengarah pada nama pengasasnya, yakni salah seorang keturunan sultan Banten yang bergelar Pangeran Aria Singaraja. Ia hidup pada waktu-waktu terakhir pemerintahan Kesultanan Banten, iaitu zaman pemerintahan Sultan Muhammad Rafiudin (1809-1813 M). Pangeran Aria Singaraja masih memiliki hubungan kekerabatan dengan Pangeran Sunyararas di Tanara (Kecamatan Tirtayasa) yang juga mendirikan masjid di sana dengan arkitektur yang hampir mirip dengan Masjid Aria Singaraja. Dikatakan, kedua pangeran ini bertugas memimpin daerah-daerah di pesisir timur Banten. Sesuai dengan gelar Pangeran Aria Singaraja, maka kampung tempat masjid ini didirikan kemudian diberi nama Kampung Singarajan yang berasal dari kata ‘Singaraja-an’ Terdapat beberapa tulisan mengenai sejarah Masjid Singarajan yang berada di bahagian bangunan masjid. Dalam tulisan tersebut terungkap bahawa Masjid Singarajan didirikan sebagai bentuk syiar agama Islam yang memang saat itu tengah berkembang. Masjid tersebut merupakan simbol kedigdayaan keturunan Kesultanan Banten di tanahnya sendiri. Namun, sayangnya, dalam prasasti itu tidak dijelaskan mengenai keutuhan bentuk masjid tersebut, tetapi menurut salah salah seorang tokoh masyarakat sekitar, Muhamad Toha, bentuk Masjid Singarajan tidak mengalami perubahan semenjak pertama dibangun. Hanya beberapa pelengkap masjid saja yang mengalami perubahan. “Hanya mimbar Masjid Singarajan saja yang secara fizik telah mengalami perubahan total sejak tahun 1983, iaitu dari semulanya terbuat dari bahan kayu diubah menjadi tembok kekal, tetapi unsur-unsur tertentu tetap sama,” ujarnya. Pangeran Aria Singaraja pun ikut berperanan dalam penyebaran agama Islam yang akhirnya mampu menarik warga sekitar untuk mendatangi dan memakmurkan masjid sebagaimana fungsinya. “Kerana faktor berbaurnya Pangeran Aria Singaraja dalam dakwah persekitaran, maka masjid ini makin diakui keberadaannya,” katanya. Data mengenai bila masjid ini dibangun dan sejarah hidup Pangeran Aria Singaraja yang membangunnya masih sulit didapatkan, sebab masyarakat setempat hanya mengetahui sedikit saja maklumatnya mengenai siapa Pangeran Aria Singaraja tersebut. Selebihnya mereka tidak tahu-menahu tentang sejarah pembangunannya.
Namun, jika dilihat dari periode tahun pemerintahan Sultan Rafiudin, iaitu pada tahun 1809, pada tahun inilah kemudian dijadikan pendapat majoriti para peneliti di Banten sebagai tahun berdirinya Masjid Singarajan.
Dalam buku dokumentasi Cagar Budaya dan Purbakalaan yang diterbitkan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten (2008) dan Pejabat Wilayah Kementerian Agama Provinsi Banten (disusun oleh Drs. H. Khaeruddin) disebutkan bahawa masjid ini memang diperkirakan dibena pada tahun 1809.

Selanjutnya dapatkan Hidayah Mac 2014 di pasaran...

No comments: