DULU, pada zaman Nabi Musa a.s., hidup seorang yang kaya dan dikenal baik. Tetapi, kekayaan yang dimiliki itu, rupanya, mengundang petaka. Sebab, seorang pemuda diam-diam mahu merampas harta kekayaannya. Maka, pada suatu malam yang lengang, orang itu pun dibunuhnya. Sementara itu, untuk menghilangkan jejak pembunuhan, jenazah orang itu akhirnya dibawa pergi dari rumah, kemudian diletakkan di hadapan pintu rumah salah seorang dari kaum Bani Israil. Esok paginya, ketika orang-orang keluar dari rumah, mereka pun terkejut kerana menemukan mayat yang tergeletak di depan pintu rumah tersebut. Tubuh yang sudah tidak bernyawa itu, bahkan masih meninggalkan darah segar. Seketika itu, orang-orang pun gempar. Perkampungan di mana mayat itu ditemukan jadi kecoh. Apalagi, setelah tersiar sebuah khabar bahawa pemilik rumah dan orang-orang di sekitarnya itu tak lain adalah pembunuhnya. Tak perlu basa-basi lagi, penduduk kampung itu pun mengangkat senjata tidak saja untuk menepis tudingan itu, tetapi melawan untuk mempertahankan harga diri mereka. Tak hairan, jika kemudian terjadi saling serang menyerang dan bahkan perkelahian. Hingga akhirnya, keadaan dapat diredakan setelah muncul salah seorang yang bijak yang berkata dengan penuh kearifan, “Mengapa kalian saling membunuh? Padahal, ada Rasul Allah di tengah-tengah kalian.”
Perintah Menyembelih Sapi
Akhirnya, mereka menemui Nabi Musa dan menceritakan kejadian itu dengan maksud ingin mengetahui siapa pembunuhnya. Nabi Musa, sebagaimana diperintahkan Allah, kemudian meminta mereka untuk menyembelih seekor lembu betina. Tetapi, jawapan mereka sungguh keras kepala. “Apakah kamu hendak menjadikan kami buah ejekan?” Padahal, permintaan Nabi Musa itu tidak main-main dan tidak maksud bergurau. Tetapi, kaum Bani Israil benar-benar menganggap Nabi Musa bergurau dengan perintah tersebut. Akhirnya, Nabi Musa pun menjawab, “Aku berlindung kepada Allah agar tidak menjadi salah seorang dari orang-orang yang jahil”. (QS. Al-Baqarah [2]: 67) Peliknya, mereka tidak langsung mencari lembu betina yang diminta itu, melainkan lebih memilih mempersulit diri sendiri. Dengan keras kepala, mereka kembali bertanya, “Lembu betina apakah itu?”
“Lembu betina yang tidak tua dan tidak muda; pertengahan antara itu.” Lagi-lagi, mereka bertanya, “Apa warnanya?” “Lembu betina yang kuning, yang kuning tua warnanya, lagi menyenangkan orang-orang yang memandangnya.” Penjelasan Nabi Musa itu, ternyata masih dirasa belum memadai hingga mereka bertanya lagi, “Bagaimana hakikat lembu betina itu, kerana sesungguhnya lembu itu (masih) samar bagi kami dan sesungguhnya kami, insyaAllah, akan mendapat petunjuk (untuk memperoleh lembu itu).” “Lembu betina yang belum pernah dipakai untuk membajak tanah dan tidak pula untuk mengairi tanaman, tidak bercacat, tidak ada belangnya.”
Setelah itu, mereka baru tak bertanya lagi dan berkata, “Sekarang barulah kamu menerangkan hakikat lembu betina yang sebenarnya”. (lihat QS. Al-Baqarah [2]: 68-71) Dalam fikiran mereka, kini penjelasan tentang ciri-ciri lembu betina yang diminta oleh Nabi Musa itu dianggap jelas. Padahal, kalau dari awal mereka itu tak keras kepala, tidak banyak tanya dan langsung mencari lembu yang diminta oleh Nabi Musa, mereka sebenarnya tidak menemui kesulitan. Tetapi, kerana mereka itu memang keras kepala bahkan banyak tanya, akhirnya justeru menyulitkan diri mereka sendiri. Kini, mereka harus mencari lembu betina dengan ciri-ciri bahawa lembu itu tidak tua dan tidak muda, pertengahan antara itu, berwarna kuning tua lagi menyenangkan orang-orang yang memandangnya, belum pernah dipakai untuk membajak tanah dan tidak pula untuk mengairi tanaman, tidak bercacat, dan tidak ada belangnya. Tentu, lembu betina dengan ciri-ciri seperti itu merupakan lembu yang tak mudah untuk dicari atau bahkan tak mudah untuk ditemukan. Selama berhari-hari, mereka pun mencari sapi dengan tanda-tanda yang diminta oleh Nabi Musa itu. Ketika suatu hari mereka menemukan “lembu betina yang berkilau-kilau” warnanya dan menyenangkan orang yang memandangnya, tetapi sayangnya lembu betina itu tidak berwarna kuning. Lain hari, mereka menemukan lembu kuning tua yang berkilau, tapi lagi-lagi mereka harus menelan kekecewaan sebab lembu betina itu ada cacatnya. Pada kesempatan lain, mereka kembali menemukan lembu betina yang bagus dan mendekati apa yang dimaksudkan, tetapi sayang seribu sayang, lembu itu terlalu muda. Selalu ada ciri-ciri yang tak boleh terpenuhi. Ironisnya, kesulitan itu menghadang mereka akibat ulah mereka sendiri yang menyulitkan mereka menemukan lembu betina yang tidak biasa itu. Kerana mereka kesulitan mencari lembu betina dengan ciri-ciri itu, mereka pun hampir tidak melaksanakan perintah Nabi Musa itu. Hingga akhirnya, lembu betina yang diminta Nabi Musa itu pun dapat ditemukan, tetapi ternyata tidak mudah untuk mendapatkannya. Sebab, pemilik lembu betina yang memiliki ciri-ciri itu berniat tidak menjual lembu tersebut.
Selanjutnya dapatkan Hidayah Disember 2011 di pasaran...
Tuesday, December 13, 2011
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment