Tuesday, December 11, 2012

Islam Angkat Darjat Wanita Hingga Ke Syurga

I. Wanita Sebelum Islam Dalam Pandangan Masyarakat Arab Jahiliyyah
Keadaan wanita dalam pandangan bangsa Arab sebelum Islam sangatlah hina dan rendah. Bahkan terlalu rendah dan hinanya, wanita pada masa itu diletakkan pada darjat yang tidak selayaknya bagi manusia. Semua hak mereka dihapus, termasuk hak mengemukakan pendapat yang berhubungan dengan kepentingan hidup mereka sekalipun. Mereka tidak boleh menerima harta warisan, kerana dalam tradisi mereka, orang yang berhak mendapatkan harta warisan hanyalah mereka yang sanggup berperang dan mampu melindungi anak-anaknya. Wanita tidak mempunyai hak untuk menolak atau sekadar memberi saran dalam urusan pernikahannya. Segala urusannya diserahkan kepada walinya, bahkan seorang anak laki-laki berhak melarang bekas isteri ayahnya untuk menikah lagi, kecuali jika sang janda memberikan semua harta yang diterima dari suaminya kepada anak laki-lakinya itu. Seorang anak laki-laki juga berhak berkata: “Akulah yang mewarisi bekas isteri ayahku sebagaimana aku mewarisi harta warisan lainnya dari ayahku.” Ertinya, anak laki-laki tersebut berhak menikahi bekas isteri ayahnya tanpa mahar atau menikahkannya dengan laki-laki lain dengan syarat maharnya diserahkan kepada anak laki-laki tersebut. Dalam sebuah riwayat dari Ibnu Abbas disebutkan: “Jika seorang laki-laki ditinggal mati ayah kandung atau ayah mertuanya, dialah yang lebih berhak atas isteri mereka. Dia berhak menjadikannya sebagai isteri (tanpa mahar) atau menahannya (melarang nikah dengan laki-laki lain), kecuali setelah menebus dirinya dengan mahar (yang didapat dari suaminya) atau menahannya sampai wanita itu mati, lalu anak laki-laki itulah yang berhak atas semua harta bendanya. Di samping itu, seorang laki-laki Arab pada masa jahiliyyah bila diberitahu isterinya telah melahirkan anak perempuan, seketika itu merah padamlah wajahnya kerana menahan marah, sedih dan malu seakan sebuah malapetaka besar telah menimpanya. Allah s.w.t. berfirman yang ertinya: “Dan apabila seseorang dari mereka diberi khabar dengan (kelahiran) anak perempuan, menjadi merah padamlah mukanya dan dia sangat menahan (marah, sedih dan malu). Ia lalu menyembunyikan diri dari orang banyak lantaran buruknya berita yang disampaikan kepadanya. (Tiada pilihan lain baginya selain) tetap memeliharanya dengan menanggung kehinaan atau menguburkannya hidup-hidup. Ketahuilah, betapa buruknya keputusan yang mereka ambil itu.” (QS. An-Nahl: 58-59) Itulah tradisi masyarakat Arab jahiliyyah yang sangat sadis iaitu mengubur anak perempuan hidup-hidup. Perilaku ini pantas disebut sebagai puncak kekerasan hati, kasarnya perangai dan puncak kekejaman. Mereka mempunyai alasan dan motivasi yang berbeda-beda dalam soal penguburan anak perempuan hidup-hidup. Ada yang melakukannya lantaran ingin menjaga kehormatan dan khuatir bila sampai tertimpa aib, kerana mereka adalah kaum yang gemar berperang dan melakukan penyerangan. Jika mereka tetap memelihara anak perempuan, hal itu sangat memungkinkan nantinya anak perempuan mereka akan menjadi tawanan musuh. Jika hal itu sampai terjadi, bererti ayahnya telah tertimpa aib yang sangat memalukan. Ada juga yang melakukan penguburan anak perempuan hidup-hidup kerana kesulitan mencari rezeki atau kerana miskin. Kabilah lain ada juga yang melakukannya bukan kerana alasan cemburu atau takut tertimpa aib, melainkan hanya kerana anaknya cacat, seperti warna kulitnya hitam, pincang, lumpuh atau sebab yang lain. Adat tersebut baru hilang setelah Islam datang, kerana Islam memang mengharamkan dan mengecam perbuatan tersebut.

Selanjutnya dapatkan Hidayah Disember 2012 di pasaran...

No comments: