Tuesday, March 8, 2011

Ibu Dan Anak Tertidur Ketika Sa'i

KISAH tentang ibadah haji adalah sebuah gambaran tentang keagungan dan kesucian. Keagungan kerana di sana kita melihat bagaimana agungnya Masjidil Haram dan kebesaran Kaabah, kiblat yang selama ini kita berhadap saat solat wajib atau sunat. Sedangkan kesuciannya kerana Tanah Haram adalah wilayah yang sangat mencabar keimanan seseorang. Apa yang terlintas dalam fikiran dan benak kita, baik positif mahupun negatif, kerapkali langsung berwujud menjadi kenyataan. Bahkan, perbuatan kita saat sebelum berangkat ibadah haji, akan menjelma menjadi nyata di Tanah Haram. Maka, banyak orang yang sangat berhati-hati saat melaksanakan ibadah haji. Namun, ada saja orang yang lalai ketika sudah sampai di sana. Boleh jadi, hal ini terkait dengan perbuatan dia sebelumnya saat masih di tanah air, ataukah dia memiliki fikiran buruk atau tidak baik saat di sana.
Kisah berikut ini memang agak unik. Bagaimana tidak, dua orang perempuan (ibu dan anak) boleh sampai tertidur saat melakukan ibadah sa’i. Padahal, kita tahu sendiri, bahawa ibadah sa’i merupakan ibadah yang dilakukan dengan berlari-lari kecil atau berjalan cepat, tapi kenapa masih sempat tertidur. Begini kisah lengkapnya! Kita sebut saja namanya Jamroh dan Saodah (keduanya nama samaran). Mereka adalah pasangan ibu dan anak yang tinggal di Bogor, Jawa Barat. Mereka berangkat ibadah haji belum lama, yakni tahun 2009. Mereka boleh berangkat menunaikan ibadah haji kerana hasil menjual tanah. Nenek ini memang terkenal memiliki tanah-tanah yang sangat luas, dikatakan beribu-ribu hektar, sehingga anak cucunya boleh hidup dengan menjual tanah ini. Setelah menjual tanah, Jamroh pun mengajak anaknya untuk berangkat tunai ibadah haji. Mereka mendaftar tahun 2008 dan baru dapat berangkat tahun 2009. Sebuah penantian yang tidak panjang sebenarnya. Maka, keadaan ini pun disambut positif oleh keluarga Jamroh dan anaknya, Saodah. Sampai waktunya, seminggu sebelum berangkat, Jamroh mengadakan walimah al-safar, iaitu mengadakan pengajian selama seminggu penuh. Setelah itu, mereka pun berangkat. Keluarga besarnya mengiringi kepergian mereka. Di usianya yang sudah berpangkal enam (65 tahun), Jamroh akhirnya dapat berangkat juga ke Tanah Suci, itu pun kerana desakan sanak keluarganya. Selama ini, jika dia menjual tanah selalu dipakai untuk kehidupan sehari-hari, tak pernah digunakan untuk kepentingan ibadah. Selama melaksanakan ibadah haji, segala tuntutan berhaji itu berhasil dia tunaikan. Namun, hal aneh kemudian terjadi saat mereka melakukan ibadah sa’i. Ketika mereka melewati Bathnul Waadi, iaitu kawasan yang terletak di antara Bukit Shafa dan Marwah (saat ini ditandai dengan lampu neon berwarna hijau), tiba-tiba mereka terlalu mengantuk lalu tertidur tanpa disedari . Sementara orang lalu lalang di depan mereka seperti membiarkan mereka kerana memiliki kesibukan masing-masing. Mereka baru sedar setelah petugas keamanan di sana membangunkan mereka dan menghantarkan mereka pulang ke hotel penginapan. Mereka seperti ‘mamai’ saat dibangunkan. “Apa yang sebenarnya terjadi dengan kami?” tanya salah seorang dari mereka. Merasa ibadah sa’inya tak dapat disempurnakan, mereka pun kemudian mengulanginya kembali dan akhirnya berhasil. Itu pun mereka lakukan setelah mereka bertaubat sebelumnya kepada Allah atas apa yang mereka perbuat selama ini. Apa yang dialami oleh ibu dan anak tersebut benar-benar sebuah peristiwa yang agak ganjil. Bagaimana tidak? Ketika sa’i, sebenarnya mereka akan melakukan perjalanan yang cepat. Bagaimana mengantukpun, jika keadaan kita dalam keadaan berlari atau berjalan cepat, apalagi di kanan kiri kita ada lautan manusia, maka rasa mengantuk itu pasti dapat diatasi, apalagi sampai tertidur. Tapi, rupanya, mereka tak tahan menghalang rasa mengantuk sehingga tanpa disedari mereka pun tertidur saat sa’i tersebut.
Hal-hal ganjil seperti itu sebenarnya tidak perlu kita risaukan kerana memang begitulah yang terjadi di Masjidil Haram. Hal-hal yang sifatnya diluar kebiasaan terkadang boleh terjadi, seperti ada jemaah haji yang tidak dapat melihat Kaabah, bahkan sampai berkali-kali padahal Kaabah sudah di depan matanya. Ada pula jemaah haji yang terantuk alang pintu padahal tubuhnya pendek dibandingkan tinggi pintu itu sendiri. Bahkan ada jemaah haji yang seliparnya hilang saat solat di Masjidil Haram hanya kerana punya fikiran remeh untuk menyembunyikan kasut sahabatnya dan sebagainya. Yang jelas, peristiwa ganjil di Masjidil Haram selalu terkait dengan fikiran buruk kita saat ibadah haji atau perbuatan kita sebelumnya saat masih di tanah air. Lalu, apa yang Jamroh dan Saodah perbuat sebenarnya sehingga saat sa’i keduanya boleh tertidur?

Selanjutnya dapatkan Hidayah Mac 2011 di pasaran...

No comments: