Monday, January 9, 2012

Menunggu Waktu Untuk Bertudung?

SELALU saja ada warna yang berbeda dari pengalaman para muslimah yang hendak memutuskan untuk bertudung. Ada yang secara tak sengaja tapi lambat laun merasa nyaman, selesa, tulus timbul dari kesedaran yang sudah datang, atau kerana terbawa kebiasaan sejak dari sekolah yang kebetulan sekolahnya sekolah Islam, ingin dipuji agar terlihat anggun, atau merasa aman kerana kurang dari godaan mata kaum lelaki yang mata keranjang.
Namun berbagai ragam alasan tersebut, meski begitu, menjadi pijakan awal yang baik untuk memutuskan berjilbab. Apa sebabnya? Muslimah manapun sesungguhnya menyedari bahawa bertudung merupakan perintah agama yang harus dilaksanakan tak peduli dia mahu atau tidak, sudah siap ataukah belum. Perintah bertudung dalam al-Quran tidaklah dikatakan seorang muslimah solatnya sudah harus sempurna dulu atau tidak tertinggal, harus rajin puasa, berperilaku santun, tidak berbohong dan lain sebagainya. Sebab itulah jika timbul adanya konon kefahaman yang kuat bahawa memantapkan niat dulu baru kemudian bertudung sangat tidak relevan. Bertudung tidak menunggu apakah sikap dia harus baik dulu atau belum, atau solat sudah lengkap dulu atau belum, atau sudah naik haji dulu atau belum. Bertudung adalah identity setiap wanita muslimah. Sebab itu, secara otomatik saat seorang muslimah memasuki usia baligh, maka tudung harus dikenakannya. Walau perilakunya masih belum tulus sekalipun. Perintah bertudung disebutkan dalam al-Quran murni diperuntukkan kepada setiap perempuan muslimah untuk menjulurkan hujung tudungnya sampai ke dada. Kewajipan yang datang bertalian erat dengan wajibnya kaum muslimah menutup auratnya kecuali yang biasa nampak, yang dalam hal ini adalah telapak tangan dan wajah. Menilik dari perintah tersebut, maka berjilbab tidak mesti menunggu kesiapan hati secara sempurna, mantapnya iman di dada, merasa akhlak dan perilakunya sudah lebih islamik dari waktu ke waktu. Sama sekali tidak! Namun memang, untuk melaksanakan niat yang lurus, perlu asas yang kuat. Segala tindakan yang keluar kerana keterpaksaan seringkali melahirkan tidak serius dan sia-sia. Orang yang bertudung kerana terpaksa, dikhuatirkan akan bertindak tidak sesuai dengan tudung yang berada di kepalanya. Perilakunya masih jauh dari identitinya sebagai muslimah yang semestinya. Alih-alih inilah yang memunculkan kesan tidak baik akibat salah faham mengenai pemakaian tudung. Bertudung tapi masih suka hidup bebas, masih suka bertmaksiat, mengekal dosa-dosa kecil, lebih baik tidak bertudung dulu. Untuk memulai sesuatu yang baik, memang bukan pekerjaan mudah. Apalagi bila hal itu akan memberi kesan pada cara kehidupan seseorang. Misalnya, jika semulanya seorang remaja perempuan bergelendangan dengan bebas di kompleks beli belah, berteman dengan lawan jenis tanpa merasa segan silu, maka dengan bertudung mereka khuatir ruang geraknya akan terbatas. Belum lagi adanya “stereotypes” tentang tudung yang kolot, kuno, tidak bergaul, terbelakang dan terbatas ruang geraknya. Untuk itu, tak salah bila memutuskan untuk bertudung memang perlu perenungan yang cukup matang. Bertudung benar-benar memerlukan tekad yang kuat sehingga berani menerima kesan akibat yang akan timbul. Tetapi untuk menjentik kesedaran dan keberanian bertudung janganlah sampai berlarut-larut apalagi sampai menunggu waktu yang lama. Seseorang yang ingin mencapai sesuatu biasanya menyiapkan strategi dan target tertentu. Maka kesiapan bertudung pun sesungguhnya boleh diaturkan. Ianya harus memiliki target dan strategi khusus agar niat bertudung tidak hanya menggantung di hatinya saja. Caranya? Buka terus wawasan tentang pentingnya seorang muslimah bertudung (menutup aurat), manfaat bertudung, dan fahaman keislaman yang baik, baik melalui buku, majalah, media keislaman di dunia maya. Atau bertukar fikiran dengan teman-teman yang pengalaman senada, mendatangi diskusi dan kajian mengenai keislaman yang baik, atau meminta arahan para ustaz/ustazah yang memahami betul bagaimana cara memulai memakai tudung. Namun yang paling penting adalah meminta sokongan keluarga dan teman. Sebab mereka boleh dikatakan adalah unsur terdekat yang mengerti kemahuan dan keperluan kita. Tapi bila ternyata dari mereka akan tergendala memakai tudung, juga tidak perlu berkecil hati. Sebaliknya, semangat untuk bertudung harus semakin mengental. Boleh jadi, kefahaman dan kekhuatiran mereka tentang tudung masih sangat dangkal dan cetek. Adalah kewajipan kita untuk meluruskannya semaksima mungkin. Budaya bertudung kian berkembang. Saat ini fesyen bertudung semakin berkembang pesat bahkan menemukan titik puncaknya. Bertudung tidak seperti awal kemunculannya yang hanya satu warna dan dipakai dengan gaya tertentu saja. Bertudung boleh tampil dengan ragam rupa yang dapat mengikuti keinginan pemakainya. Pendeknya, bertudung tak kalah gayanya dengan orang-orang yang tidak bertudung sekalipun. Dalam berbagai kesempatan, bertudung boleh dipelbagaikan sedemikian rupa.

Selanjutnya dapatkan Hidayah Januari 2012 di pasaran...

No comments: