Monday, January 9, 2012

Penyembah Berhala Yang Menemukan Kebenaran

SALAH satu keistimewaan al-Quran tatkala dibaca adalah mampu menggetarkan hati orang yang mendengarnya. Tidak saja boleh membuat orang tersentuh mendengarnya melainkan juga mampu meluluhkan jiwa seseorang hingga berserah diri kepadaNya. Orang yang tadinya angkuh dan congkak, dalam sekejap boleh saja bersimpuh atas kehendak Allah s.w.t. Kisah di bawah ini pernah dialami Abdul Wahid bin Zaid beserta teman-temannya ketika mereka terdampar di sebuah pulau. Mereka berkenalan dengan seorang penyembah berhala. Berikut kisah lengkapnya.

Luluh Hatinya Setelah Mendengar Lantunan Ayat Al-Quran
Suatu hari, Abdul Wahid menaiki sebuah perahu bersama rombongan. Tapi di tengah laut, tiba-tiba berhembuslah angin puting beliung. Langit yang semulanya cerah, berubah hitam. Suasana menjadi tidak terkendali. Keadaan ini menyebabkan mereka sulit mengendalikan arah perahu kemana akan diarahkan. Tanpa mereka sedari, perahu yang mereka tumpangi terus terbawa arus, membawa mereka ke sebuah pulau yang sangat asing. Ya, mereka terdampar di pulau tersebut. Baru kali ini mereka menjejak daratan pulau itu. Di tempat yang baru dikenali ini, mereka menelusuri inci demi inci wilayahnya, barangkali ada orang yang boleh dijumpai. Setelah beberapa saat, langkah kaki Abdul Wahid terhenti. Di depannya, ada seorang pemuda yang tampaknya sedang melakukan sebuah istiadat penyembahan. Kerana hairan dengan apa yang disaksikan, Abdul Wahid pun memberanikan diri bertanya, “Wahai Fulan! Siapakah yang sedang kamu sembah-sembah itu?” Pemuda itu menoleh sejenak lantas menunjuk pada sebuah berhala. “Teman kami, ada juga yang biasa membuat benda seperti ini (berhala). Akan tetapi, benda ini bukanlah Tuhan yang layak disembah,” tegas Abdul Wahid. “Lalu, siapa yang kalian sembah?” tanya lelaki penyembah berhala itu. “Allah s.w.t.” Lalu ia kembali bertanya, “Siapakah Allah itu?” “Zat dimana ‘ArasyNya ada di langit, kekuasaanNya ada di bumi dan keputusanNya berlaku bagi yang masih hidup serta yang telah mati.” “Bagaimana kalian dapat mengenalNya?” tanyanya lagi. “Tuhan kami telah mengutus seorang utusan yang mulia dan beliaulah yang menjelaskan semua itu.” “Lalu apa yang dilakukan oleh utusan itu?” “Beliau telah menyampaikan risalahNya dan kemudian beliau pun wafat.” “Apakah beliau tidak meninggalkan sebuah bukti kepada kalian?” tanya lelaki itu, semakin ingin tahu. “Ya, beliau meninggalkan kitab Allah.” Lalu dia berkata, “Bolehkah kalian perlihatkan kepadaku kitab Allah itu! Aku yakin, kitab Allah itu indah sekali.” Salah seorang kemudian mengambil sebuah mushaf. Dan mushaf itu diperlihatkan kepada lelaki penyembah berhala tersebut. Sesaat lelaki itu terdiam, dia tampak kagum melihat mushaf yang ditunjukkan kepadanya. “Aku tidak pernah mengetahui kitab ini sebelumnya,” kata lelaki tersebut setelah melihat-lihat beberapa lama. Saat dia masih mengagumi mushaf tersebut, mereka membacakan sebuah surat al-Quran. Ketika surat itu mulai dibacakan, lelaki itu tak kuasa menahan air matanya. Kalbunya bergetar. Terharu bercampur rasa kagum yang luar biasa. Bahkan hingga ayat terahir dari surat yang dibacakan, isak tangisnya belum juga mereda. “Sudah selayaknya si Pemilik Kalam ini tidak diderhakai,” komentar si penyembah berhala tersebut. Kerana kekuatan kandungan kalam Ilahi yang dibacanya dan dibacakan oleh rombongan tersebut, ada desakan sangat dahsyat dalam kalbunya. Kepercayaan dirinya yang telah lama dipegangnya mulai goyah. Setelah mendapatkan pencerahan melalui dialog kecil diiringi dengan bukti kitab Allah yang diperlihatkan oleh para tetamunya, berhala tempat dia menggantungkan tujuan menjadi tak bermakna lagi. Setelah direnungi secara mendalam, benda tersebut memang tak boleh berbuat apa-apa. Hanya sekadar hasil pahatan manusia yang diagung-agungkan. Dan kepercayaan yang selama ini diikutinya juga hanya berdasarkan dari kepercayaan warisan nenek moyang. Akhirnya, setelah berhasil menguasai pergolakan dalam dirinya, lelaki penyembah berhala itu mantap memutuskan untuk masuk Islam. Kepercayaan lamanya pun ditanggalkan sepenuhnya. Sambil dituntun, kalimat syahadat pun diucapkan.
Betapa bahagianya Abdul Wahid dan teman-temannya. Di kala sedang gelisah kerana terdampar di sebuah pulau asing, mereka justeru berhasil mengajak seseorang yang tadinya menyembah berhala ke jalan yang benar.
Tidak cukup di situ, Abdul Wahid juga mengajarkan hukum-hukum Islam serta sebabagian surat-surat al-Quran. Ini dilakukan untuk semakin memperteguh keimanan lelaki bekas penyembah berhala tersebut.

Selanjutnya dapatkan hidayah Januari 2012 di pasaran...

No comments: