PETANG itu, di samping pintu gerbang sebuah sekolah Islam terpampang sebuah sepanduk memetik sebuah hadis. Bunyinya adalah “Dua macam calon penghuni neraka yang belum aku lihat (sekarang) (salah satu) di antaranya adalah wanita yang memakai pakaian tetapi telanjang (berpakaian mini, ketat) yang berlenggang-lenggok dalam berjalan serta memakai sanggul yang tebal di rambutnya (wig). Mereka tidak akan masuk syurga dan tidak akan mencium harumnya syurga, padahal harumnya itu tercium dari jarak sekian-sekian.” (HR. Muslim). Penulis merasa ada yang aneh saat melihat sepanduk itu. Bukan soal kenyataan yang memetik hadis tersebut melainkan munculnya sepanduk yang mengejutkan dan ‘bernada marah’ itu. Pasalnya sebelumnya, di dinding itu tidak ada sepanduk yang isinya menyindir habis perilaku kita yang bebas lepas dalam berpakaian.
Hadis itu seperti sebuah tamparan keras bagi kita yang seenaknya saja dalam mengenakan pakaian. Ternyata cara berpakaian boleh menjauhkan kita dari aroma syurga bila kita tidak menjaganya betul-betul. Dugaan penulis, kemunculan sepanduk ini didasarkan oleh sebab kebanyakan ibu-ibu muda yang mengenakan pakaian ‘super ketat’, mini, bahkan telus pandang yang menghantarkan anak-anak di sekolah agama ini. Jauh sebelumnya, memang ada di beberapa sudut dinding terdapat anjuran berpakaian muslim yang tertulis di sebuah kertas berukuran A4. Tapi rupanya entah tidak terlihat atau memang tidak terlalu mengusik, maka seruan tersebut tidak diindahkan. Sekali pun anjuran sudah ada sejak lama di lingkungan sekolah tersebut, nyatanya belum mampu mengetuk pintu hati yang ada di tempat itu untuk menyesuaikan pakaiannya. Lantaran tak berpengaruh, sepertinya pihak sekolah merasa perlu mengetuknya lebih keras dengan pengumuman yang jauh lebih besar sekaligus mengetuk rasa. Hasilnya di hari berikutnya, spanduk besar itu memang mampu ‘menyedarkan’ yang biasa datang ke tempat itu untuk memperbaharui cara berpakaian mereka. Mendadak selepas itu semuanya benar-benar tampak nampak Islamnya; bertudung panjang, baju atasnya mahupun bawahannya pun menutup. Sayangnya perubahan itu hanya sebentar cuma. Seperti hanya basa-basi belaka, mungkin kerana datangnya bukan dari hati. Sebab setelah setengah bulan berlalu, banyak yang kembali ke ‘perangai’ semula. Kembali pakaian muslim yang sekerat-sekerat. Pakai tudung yang sekadar melilit kepala saja. Baju tanpa lengan (sebab mahu tunjuk ketiak seksi) dan seluar ketat yang justeru membentuk lekak-lekuk tubuh itu kembali dikenakan. Sama lagaknya meniru cara berpakaian selebriti yang lebih mementingkan penampilan tanpa peduli hukum hakam agama.
Selanjutnya dapatkan Hidayah Mac 2012 di pasaran...
Tuesday, March 13, 2012
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment