Wednesday, March 13, 2013

Bahagiakah Miliki Rumah Bagaikan Istana?

DIA lelaki kampung. Pemuda yang masih suka takjub dan gelabah membaca dunia kota: menafsir rumah-rumah mewah. Padahal, ini bukan kali pertama dia menjejakkan di Ibu kota, bukan sesuatu yang asing. Tapi, tetap saja, dia kerap terpesona sekaligus bertanya setiap menyusuri rumah-rumah megah di komplek-komplek perumahan elit. Tempat tinggalnya memang titik yang jauh berbanding kota yang akrab dengan jalan-jalan yang jem dan banjir ini. Tapi, dia punya rasa ingin tahu. Dan ia bertanya (barangkali lebih tepat menggugat): “Mengapa orang membangun rumah semewah ini? Macam istana pula?” tanyanya, suatu kali, saat membonceng motosikal saya, saat kami melewati satu taman perumahan elit.
“Pemiliknya orang kaya dan biasanya perlu rumah seperti ini. Boleh jadi demi status, boleh jadi juga untuk pelaburan. Wallahualam.”
“Pasti mahal!?”
“Pastinya...”
“Berapa kira-kira anggarannya?”
“Pasaran semasa sekitar tiga sampai 5 milyar...(satu juta tujuh ratus lima puluh ribu)”
“Itu wang semua..!?”
“Ya iyalah...”
“Hahaha...”
“Hahaha...”
Ia tertawa. Saya tertawa. Lalu, sejurus kemudian ia berkomentar lagi. “Rumahnya kelihatan sunyi sepi saja? Terus setiap kita lihat paling ada satu-dua orang. Itu pun wajahnya – maaf ya.., macam saya juga. Tidak mirip orang-orang yang  di tv tu....” ujarnya. Dan saya tersenyum mendengar selorohnya. “Itu barangkali pembantunya, yang menunggu rumahnya. Biasanya begitu. Si majikan sibuk bekerja, yang tinggal ya... para pembantu.” “Wah, sayang ya, yang menikmati “istana”-nya para pembantu, bukan majikannya..”
“Yah begitulah...” Dia diam. Saya diam. Agaknya, dia masih mengamati rumah-rumah komplek di jalan-jalan yang kami susuri itu. Saya menelisik batin atas komentarnya. Sungguh, pertanyaannya juga pertanyaan saya. Barangali juga pertanyaan anda,  gugatan anda. Terlebih saya kerap mendapati rumah besar bukan jaminan kebahagian besar; dimana suami isteri menjadi pasangan suami isteri tauladan, dimana anak-anak tumbuh dengan sihat dan bahagia, dimana jiwa-jiwa yang bahagia bersuaka dan bertumbuh di dalamnya. Banyak jiwa-jiwa yang rapuh di dalamnya; peribadi-peribadi yang terbiasa dengan limpahan harta benda, yang  merasa asing atas diri sendiri, atas keluarga sendiri. Meski, itu bukan jaminan.

Selanjutnya dapatkan Hidayah Mac 2013 di pasaran...

No comments: