Wednesday, March 13, 2013

Derita Belakang Berlubang Menjelang Ajal

KITA boleh sebut saja namanya Sudrajat, 35. Lelaki ini berwajah tampan, berbadan tegap, dan gagah. Dia sudah beristeri dan dikurniai tiga orang anak. Keluarganya hidup sederhana di sebuah kampung di Jawa Barat. Sudrajat melakukan berbagai pekerjaan untuk menyara keluarganya. Berganti-ganti. Sekejap buat itu, sekejap lagi buat ini. Sebab terkadang satu-satu pekerjaan tak menghasilkan pendapatan yang memuaskannya. Suatu ketika, dia mesti meninggalkan kampungnya; pergi ke kota Bandung. Dia mendapat peluang berjualan sebagai peniaga kecil menjual makanan seperti kacang goreng, kacang rebus dan lain-lainnya. Usahanya itu agak berjaya. Namun dia sudah mendapat ujian yang menggoda nafsunya: dia tergoda dengan seorang perempuan yang kemudian membuatnya terlanjur. Sudrajat pun bersekedudukan dengan perempuan itu. Wang hasil jualannya yang tak seberapa pun akhirnya habis kerana skandal itu. Rumahtangganya pun mulai goyah gara-gara perlakuan curangnya itu. Isteri Sudarjat mengetahui hal itu dan kemudian hanya mampu menangis meratap nasib malangnya. Tapi konflik itu perlahan-lahan hilang dan Sudrajat kembali ke kampung halamannya. Dia diterima semula oleh isterinya. Sudrajat lalu mendapat peluang baru: program transmigrasi (penghijrahan). Kerajaan menawarkan program dalam menjayakan transmigrasi kepada penduduk di kampung tempat tinggal Sudrajat ke Kalimantan. Program tersebut semacam projek Felda di Malaysia pada tahun-tahun 60an dulu. Mulanya dia termenung lama sebelum memutuskan mengambil kesempatan itu. “Mungkin inilah jalan untuk aku mengubah nasib,” bisiknyanya. Isterinya menurut saja saat Sudrajat meminta persetujuan. Walaupun anak-anak mereka masih kecil, Sudrajat mengambil risiko. “Ini namanya perjuangan!” ujarnya dalam hati. Maka berangkatlah ia dan keluarganya ke bumi Kalimantan. Sudrajat rupanya serius dengan misinya. Dia bekerja keras mengolah tanah yang disediakan pemerintah untuknya sebanyak 2 hektar. Dia menggarap tanah itu menjadi ladang. Dia menanam kelapa, pisang dan beberapa tanaman lain. Dia bahu-membahu bersama isterinya, walau hidup serba kekurangan. Baginya tanah itu adalah tanah harapannya. Dia akan memanfaatkan semaksima mungkin.
Untuk menambah penghasilannya, Sudrajat juga menternak lembu sebanyak 3 ekor (ini juga diberikan oleh kerajaan). Lembu-lembu itu dia urus dengan tekun. Di Kalimantan itu tak banyak gangguan bererti yang ia dapatkan. Tempat Sudrajat menetap merupakan daerah yang  masih sepi dan jarak dengan kota amat jauh. Jarak antara rumah ke rumah di kampung itu juga sangat jauh. Tapi keadaan itu memberi kesan positif, sebab Sudrajat fokus menggarap tanah dan memelihara lembu-lembunya.

Selanjutnya dapatkan Hidayah Mac 2013 di pasaran...

No comments: