Wednesday, March 13, 2013

Kisah Air Mata Di Janggut Raja

SEMAKIN nyata kebenaran Islam, semakin keras pula perlawanan dan ujian yang dihadapi. Sekalipun sudah mulai banyak tokoh-tokoh di Makkah yang menjadi muslim, tetap saja mereka tertekan kerana mereka golongan minoriti. Kaum Quraisy sendiri seperti harimau yang terluka melihat perkembangan Islam. Mereka gusar dan makin tak menggunakan fikiran yang sihat. Menekan, menindas, mengancam, menyeksa dan melakukan banyak hal buruk lainnya. Inilah yang memunculkan idea di benak Nabi s.a.w. agar kaum muslim hidup berpencar (berpisah-pisah pergi). Nabi s.a.w. menyarankan mereka pergi dulu ke satu tempat yang dirasakan beroleh perlindungan dan aman. Tercetuslah nama Abisinia atau Ethiopia. Negeri ini dipimpin Raja Najasyi yang terkenal adil. Raja itu seorang Nasrani yang memiliki hubungan baik dengan orang Arab Makkah. “Tak ada orang dianiaya di sana. Itu bumi yang jujur. Pergilah ke sana sampai nanti Allah memberi kita jalan keluar,” ujar Nabi s.a.w. kepada para sahabatnya. Maka berangkatlah satu rombongan pertama berjumlah 15 orang, sebelas lelaki dan empat wanita. Mereka pergi dengan sembunyi. Rombongan ini lalu diberitakan kembali lagi beberapa waktu setelah dirasa Makkah aman. Tapi saat gejolak kembali terjadi rombongan ini berangkat lagi dengan jumlah lebih besar yakni 80 orang. Ikut dalam rombongan ini Uthman bin Affan r.a. dan isterinya Ruqayah, puteri Nabi. Ikut pula Mush’ab bin Abd al-Dar, seorang pemuda cerdas.  Rombongan itu sendiri dipimpin Ja’far bin Abu Thalib. Orang-orang ini, terutama Ja’far, menjadi tonggak kelompok muslim di pengasingan. Ja’far terkenal salih dan ia cukup baik berdiplomasi. Nabi s.a.w. sendiri pernah memujinya, “Kau sepertiku dalam penampilan dan kelakuan,”ujar Nabi s.a.w. kepada Ja’far. Rombongan ini diterima baik oleh Raja Najasyi. Mereka hidup aman dan terlindungi. Tapi Quraisy tak senang melihat itu. Mereka takut komuniti itu menjadi besar dan kelak jadi bahaya. Mereka lalu mengutus seseorang untuk meminta Raja Najasyi memulangkan kaum muslim itu ke Makkah. Siasat disusun, diplomasi diatur, dan seorang ahli strategi dipersiapkan. Dialah Amr bin ‘Ash dibantu Abdullah bin Abi Rabi’ah.

Air Mata Raja
Kepada Najasyi dan kepada para pembesar istana mereka mempersembahkan hadiah-hadiah dengan maksud supaya mereka sudi mencabut hak perlindungan dan mengembalikan orang-orang yang hijrah dari Makkah itu kepada kaum Quraisy. “Paduka Raja, mereka ini adalah orang-orang kami yang tak punya malu. Mereka meninggalkan agama bangsanya dan tidak pula menganut agama paduka. Mereka membawa agama yang mereka ciptakan sendiri, yang tidak kami kenal dan tidak juga paduka kenal. Kami diutus oleh para pemimpin orang-orang itu, ibu bapa dan bapa-bapa saudara mereka, supaya paduka sudi mengembalikan orang-orang itu kepada kami. Mereka adalah orang-orang cemar,” ujar Amr bin ‘Ash. Saat itu boleh dikatakan, ganjalan misi Amr bin ‘Ash memang hanya raja. Beberapa pembesar sudah dilobi dan diberi hadiah agar membantu memuluskan misi Amr bin ‘Ash ini. Para pembesar itu sepakat dan sudah mencuba berbicara kepada Raja Najasyi agar mengabulkan permintaan Amr bin ‘Ash. Tapi Raja Najasyi memang peribadi yang luhur. Ia menolak dengan tegas kerana ia sudah mengikat perjanjian melindungi siapapun yang meminta suaka ke negerinya. Namun, demi mendengar perkhabaran Amr tadi, ia termenung. Dia lalu memerintahkan memanggil kaum muslimin.

Selanjutnya dapatkan Hidayah Mac 2013 di pasaran...

No comments: