Wednesday, September 17, 2014

Beli Kelengkapan Jenazah Menjelang Ajal

ORANG-ORANG yang menyedari bahawa ajalnya sudah dekat biasanya mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan orang-orang yang akan ditinggalkan. Ada yang mempersiapkan surat wasiat, ada yang meninggalkan pesan dan peninggalan-peninggalan lain yang dipandang membuat kematian mereka tidak meninggalkan masalah bagi orang yang ditinggalkannya. Tetapi ada juga orang yang menyedari bahawa dirinya sebentar lagi akan mati, tetapi dia tidak peduli dengan orang-orang yang akan ditinggalkannya, yang difi­kirkannya adalah menghadapi maut itu dan mempersiapkannya. Biasanya mereka adalah orang-orang salih yang tidak mahu terlalu disibukkan dengan urusan dunia. Berikut ini kisah nyata tentang orang salih di Yogyakarta yang sudah mempersiapkan berbagai pelengkapan mayat satu hari sebelum dia meninggal dunia.
Hari itu, Raden Mas (RM) Suryowinoto memberitahu kepada isterinya untuk pergi mengambil wang pencen di sebuah bank. Selain mengambil wang, datuk berusia 70 tahun itu meminta izin kepada isterinya untuk berjalan-jalan dulu sebelum pulang, ia berniat membeli makanan ringan atau ‘jajan’ kegemarannya di jalan Malioboro setelah mengambil wang pencen. Isterinya yang bernama Wasinah, tentu mengizinkannya
Sesuai seperti dirancang, selepas mengambil wang pencen, lelaki yang biasa dipanggil Suryo itu berjalan-jalan di jalan Malioboro untuk mencari makanan ringan guna berbuka puasa. Kebetulan hari itu adalah bulan Ramadan. Tetapi cukup lama Surya menyusuri jalan yang penuh para penjaja itu, ia belum juga menemukan makanan yang menurutnya enak. Bahkan ia sampai menyusuri dua sisi jalan secara bergantian (bolak-balik), namun tetap saja tidak menemukan makanan yang akan dibelinya. Anehnya, sepulang dari jalan Malioboro, ia malah masuk di sebuah kios yang menjual berbagai perlengkapan untuk orang mati dan membelinya. Ia membeli kain kafan, kapur barus, minyak wangi dan kapas. Semua barang itu dimasukkannya ke dalam karung plastik berwarna hitam. Setelah membeli barang-barang tersebut Suryo pulang dengan gembira seolah telah mendapatkan apa yang memang hendak dibeli sejak dari rumah.
Di rumahnya, Wasinah menunggu kepulangan suaminya dengan hati yang tertanya-tanya, kerana Suryo pergi sudah cukup lama belum juga kembali. Sekitar pukul dua petang Suryo baru pulang, ia pulang dengan menaiki beca. Wajah lelaki itu tampak gembira dan penuh senyum. Wasinah yang sejak tadi menunggu langsung menyambutnya. “Bagus, Bagus!” ujar Suryo sambil masuk ke dalam rumahnya dan duduk di kerusi ruang tamu. “Apanya yang bagus, bang haji?” tanya Warsinah yang ikut duduk di samping suaminya.
“Saya jalan-jalan di Malioboro, maksudnya ingin mencari kuih yang enak untuk berbuka puasa. Saya berjalan dari hujung utara sampai ke selatan, kemudian balik lagi dari selatan ke utara, tetapi anehnya tidak ada makanan yang enak. Memang agaknya sudah tidak ada makanan yang enak di Yogya,” kata Suryo.
“Kalau tidak ada makanan yang enak, lalu yang abang bawa itu apa?” tanya isterinya kehairanan sambil menunjuk karung plastik berwarna hitam yang dibawa Suryo. “Ya, adanya hanya ini,” jawab Suryo sambil menyerahkan karung plastik hitam pada isterinya. Perempuan itu mengambil karung plastik yang diberikan suaminya dengan rasa kehairanan dan hati dipenuhi tanda tanya. Kehairanannya semakin menjadi saat menyaksikan isi karung plastik itu bukanlah kuih-kuih yang enak, tetapi perlengkapan jenazah seperti kain kafan, kapor barus, minyak wangi dan kapas. “Kenapa bang Haji membeli barang-barang seperti ini?” tanya isterinya. “Sudahlah, simpan saja,” jawab Suryo. Biasanya kalau Suryo sudah berkata demikian isterinya tidak lagi berani bertanya. Ia mengikuti saja perintah suaminya meskipun hatinya terus bertanya-tanya.
Petang harinya Suryo merasa badannya demam. Anaknya, Siti Rahayu mengajaknya buat pemeriksaan kesihatan ke klinik terdekat. Tetapi Suryo tidak mahu. Malam ini rumah Suryo yang juga menjadi Taman Asuhan Anak-Anak, sangat ramai oleh anak-anak asuh dan juga cucu-cucu Suryo yang malam itu sedang menginap di rumah datuknya. Kerana sampai pukul sebelas malam anak-anak itu masih belum tidur, Suryo keluar dari bilik tidurnya.

Selanjutnya dapatkan Hidayah September 2014 di pasaran...

No comments: