Wednesday, September 17, 2014

Cerdaskan Batin Lewat Zikir

HATI setiap manusia pada dasarnya jernih, bening, dan bercahaya. Di dalamnya ada seberkas cahaya yang bersumber dari Sumber Cahaya Kehidupan ini: Allah. Al-Ghazali menggambarkan hati manusia sebagai sebuah kaca yang bening. Jika kita rajin membersihkannya, kaca itu akan menjadi bening dan jernih sehingga mampu menangkap kotor-kotor  yang tersembunyi. Tapi jika dibiarkan kotor, maka kebeningan kaca itu akan tercemar oleh noda-noda hitam dan lama-kelamaan berkarat dan akan menutupi beningnya hati manusia sehingga cahaya ilahi tidak lagi tertangkap oleh nurani manusia. Berzikir adalah satu cara untuk melancarkan kecerdasan kesedaran batin kita. Sebabnya, zikir merupakan salah satu terikat, jalan, metode atau cara yang dilakukan para sufi untuk menyucikan jiwa, mendekatkan diri, meningkatkan kesedaran dan merasakan kehadiran-Nya. Tapi zikir bukannya melafazkan nama Tuhan berulang kali seperti jampi, apalagi tanpa mengetahui makna yang dibaca. Selama ini ketika kita bercakap tentang zikir, sering kali hanya dikaitkan sengan caranya: sikap duduk, mata terpejam, mulut tertutup atau terkumat-kamit membaca doa. Padahal, dalam bahasa Al-Quran, zikir dilakukan dengan duduk, berdiri dan berbaring. Dengan kata lain, zikir dilakukan dalam segala keadaan. Dan, hanya berzikir hati menjadi tenang. Untuk itu, jika kita berzikir, haruslah zikir kita dapat membawa kesedaran, pengetahuan dan kesatuan dengan Tuhan. Zikir harus ditempatkan di dalam hati, seperti halnya, ketika sedang jatuh cinta. Kita harus membuktikannya tidak hanya dengan mengatakan “aku cinta kamu” berulang kali. Tetapi juga diiringi dengan berbagai tindakan, perasaan dan ungkapan-ungkapan rasa kasih sayang. Jadi, bagaimana agar zikir kita tidak terjebak pada sesuatu kelaziman sehingga tidak membeningkan kebeningan kesedaran kita? Menurut Ahmad Chojim, penulis buku, bestseller Meraih Hidup Bermakna, kita harus membezakan antara zikir dan cara berzikir. umumnya perhatian kita itu tertumpu pada caranya, bukan pada zikirnya. Rasulullah memang pernah mengajarkan tatacara dalam berzikir kepada Ali bin Abi Talib yang tercatat dalam hadis Qudsi, firman Tuhan yang dilafazkan oleh Nabi Muhammad. Ali bin Abi Thalib bertanya, “Wahai Nabi Allah! Bimbinglah aku dengan jalan yang paling singkat dan cepat menuju Tuhan, dan dengan jalan termudah bagi hamba-hamba Tuhan, serta bagi hamba-hamba pilihan.” Nabi s.a.w. menjawab, “Wahai Ali, jalan itu adalah zikir yang berterusan dan menyendiri kepada Allah.” Kemudian Ali bertanya, “Wahai Nabi Allah, kalau begitu tunjukkan kepadaku bagaimana caranya berzikir.” Nabi menjawab, “Pejamkan matamu, dan dengarlah.” Kemudian Nabi membacakan dengan kalimah tauhid “Tiada Tuhan Melainkan Allah” sebanyak tiga kali. Ali mendengarnya dan menyemaknya.

Selanjutnya dapatkan Hidayah September 2014 di pasaran...

No comments: