AMIR SULIMA, tokoh muslim di Inuvic, daerah Kutub yang masuk wilayah Kanada, tak dapat menyembunyikan kebahagiaannya pada November tahun lalu. Sebabnya, pada saat itulah dia dan saudara muslimnya mendapatkan sesuatu yang dihajatkan dan bersejarah bagi kehidupan mereka. Sebuah masjid telah berdiri atau tepatnya di‘rakit’kan di daerahnya. Ya, itulah masjid pertama yang ada di Kutub Utara. “Ini adalah bangunan yang indah. Semua orang senang memiliki bangunan mungil untuk bersilaturahim dan sembahyang Begitu pun anak-anak, mereka dapat bermain di dalamnya,” kata Amir Sulima, sebagaimana dipetik CBC News. Masjid ini memang luar biasa unik. Ia dibawa dengan kapal tongkang dan menempuh perjalanan cukup panjang, 4,000 kilometer, dari Manitoba yang juga termasuk wilayah Kanada. Jadi, saat datang ia sudah berupa bangunan yang tinggal diletakkan dengan sedikit pekerjaan pemasangan. Masjid ini melalui dua wilayah dan menyusur aliran sungai Mackenzie sebelum sampai kepada masyarakat di utara Lingkaran Kutub Utara. Bangunan berwarna ‘krem’ ini memiliki luas 1,554 meter persegi dan akan memiliki peranan penting sebagai pusat komuniti muslim di Kutub Utara. Mereka selama ini sudah sangat merindukan adanya masjid, hingga kedatangan masjid yang belum diberi nama ini sangat membuat mereka terharu. Sebagaimana diberitakan CBC News setidaknya ada 40 muslim yang menyambut kedatangan masjid ini. Mereka langsung berpelukan dan bertepuk tangan saat kendaraan yang membawa masjid ini sampai di Inuvic. Adalah The Zubaidah Tallab Foundation, sebuah lembaga amal Islam di Manitoba, yang membiayai pembangunan masjid ini. Lembaga ini mengumpulkan wang untuk pembangunan masjid ini yang didedikasikan untuk membantu muslim Inuvic menjalankan dan mengembangkan Islam mereka. Kerananya, pihak yayasan dan juga warga muslim lain di daerah Kutub sangat berbangga dengan keberhasilan pembangunan masjid ini. Pengumpulan dana tidaklah mudah dan memerlukan waktu dua tahun. Belum lagi halangan membawa masjid ini sampai ke tujuan, membuat beberapa pengurus sempat mengalami ‘stres’. Biaya yang dihabiskan lebih kurang 300,000 Dollar, dimana hampir sepertiganya digunakan untuk biaya pengangkutan membawa masjid ini sampai ke tujuannya. Dimulai dengan perjalanan darat dengan kendaraan khusus, masjid ini mesti mencari jalan yang tepat, sebab banyak jalan raya yang tak memperbolehkan kendaraan yang ada di atasnya membawa bangunan separuh siap. Belum lagi jika harus melewati jembatan sempit dan menghadapi tiupan angin kencang. Berhasil dari jalan darat, separuh perjalanan kemudian dilakukan melalui air. Jadilah masjid ini dinaikkan ke atas tongkang dan menempuh 1,800 km, menyusuri Sungai Mackenzie sebelum sampai ke Inuvic. Sungguh sebuah perjuangan yang tak mudah. Wajar jika sebahagian muslim di Inuvic sampai menitiskan air mata. Mamdouh El-Haradi, seorang pemandu teksi yang berasal dari Sudan, mengaku sangat bahagia. Masjid adalah simbol terkuat bagi umat Islam dimana kaum muslim dapat datang untuk sembahyang dan beribadah. “Kami berencana untuk menggunakannya juga sebagai sebuah pusat komuniti, “ ujar El-Haradi, terharu. Ketiadaan tempat ibadah selama ini telah membuat puluhan keluarga muslim di Inuvic harus mengirim anak-anak mereka ke tempat lain di Kanada kerana belum ada pusat pendidikan Islam di kota itu. Sebelumnya, mereka sudah mencuba membangun namun gagal. Untuk kegiatan keagamaan, termasuk perayaan Ramadan dan Aidilfitri mereka menggunakan sebuah kontainer kecil yang tentu saja jauh dari memadai menampung jemaah. Kerananya, masjid ini tak hanya menjadi tonggak baru dalam sejarah namun juga menunjukkan betapa Kanada terbukti telah menjadi tempat bagi toleransi dan perkembangan bagi keragaman.
Lingkaran Kutub
Kisah Inuvic telah membuka mata kita bahawa ada komuniti muslim di Kutub Utara yang tetap setia dengan Islam mereka. Selama ini, kita hanya mengenal Kutub Utara sebagai daerah berbalut ais luas yang kini sering dikait-kaitkan dengan isu pemanasan global kerana banyaknya ais mencair di sana. Tak dinafikan, ternyata, di Kutub kita juga dapat mendengar tentang Islam. Kutub Utara sendiri termasuk dalam wilayah beberapa negara, yakni Kanada, Russia, Denmark, Amerika Syarikat, Norway, Sweden, Finland, dan Iceland. Umumnya daerah Kutub adalah lautan yang membeku dan tanpa pepohonan. Masyarakat dan haiwan yang hidup di sana adalah mereka yang sudah terbiasa mengatasi suhu dingin yang ekstrim. Suhu terendah boleh mencapai 68 darjah celcius. Beruang Kutub yang terkenal hidup di wilayah ini, juga beberapa kawanan burung, walrus dan ikan paus. Namun wilayah ini memiliki kandungan minyak, gas dan mineral yang melimpah. Beberapa negara memanfaatkannya untuk tujuan pelancongan selain tentu saja sebagai tempat penelitian. Ratusan ilmuan meneliti di wilayah ini setiap waktunya. Selain Inuvic di Kanada, kita juga dapat menjengah kehidupan komuniti muslim di Kota Norilsk yang berada di negara bahagian Krasnoyarsk Krai, Russia. Norilsk adalah kota paling utara di Siberia dan kota terbesar kedua di dunia setelah Murmansk Russia untuk wilayah di pesisir lingkaran Kutub Utara. Di kota ini terdapat sebuah masjid bernama Nurd Kamal yang dibangun pertama kali oleh Mukhtad Mekmeyev pada tahun 1998. Di kota ini juga terdapat komuniti muslim yang menamakan diri mereka Muslim Eskimos Community Center. Robin Paxton, wartawan Reuters, yang menulis mengenai komuniti ini dalam sebuah tulisannya menyebut kota Norilsk dihuni 50 ribu muslim, atau seperempat penduduk wilayah itu yang berjumlah 210 ribu jiwa. Maklumat ini berdasarkan pengakuan Sidikov, pengurus Masjid Nurd Kamal. Kalangan muslim di Norilsk umumnya berasal dari Azerbaijan dan Republik Dagestan, juga Rusia, dan bekerja sebagai pedagang atau pekerja bangunan. Namun kadar upah yang rendah, ditambah terbatasnya sumber rezeki bagi orang asing ke kota ini, menyebabkan pertumbuhan penduduk terus berkurangan yang juga berkesan pada kelompok muslim. Di Russia sendiri terdapat 20 juta warga muslim, sekitar 14 peratus dari jumlah 140 juta penduduk negeri itu. Warga muslim Asia Tengah dan Dagastan umumnya penganut Sunni, sementara lainnya yang dari Azerbaijan umumnya Syiah. Menurut Sidikov, warga muslim Norilsk telah berbaur secara baik dengan komuniti luas dan tidak mengalami banyak diskriminasi. Masjid Nurd Kamal yang beliau jaga, ianya dibuka hingga larut malam guna memberi kesempatan orang untuk datang atau sekadar membaca dan belajar al-Quran. Saat solat Jumaat dilangsungkan, jemaah ternyata cukup banyak kerana boleh mencapai 500 orang walau ini tentu hanya peratus kecil dari jumlah muslim keselurahan di Norilsk.
Selanjutnya dapatkan Hidayah Ogos 2011 di pasaran...
Monday, August 8, 2011
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment