Wednesday, June 6, 2012

Wanita Tua Itu Menangis

UNTUK kesekian kali, dia menangis. Perempuan senja itu. Dia mengaduh. Dia merintih ehwal dirinya yang serupa anak hilang ibu; kepada siapa harus mengadu, kepada apa dia harus menumpahkan senarai pilunya. Hidup bersama seorang anak dan menantu kerapkali menjadikannya tak ubahnya “pembantu”.
Ya, pembantu; bangun begitu awal-awal pagi dan istirahatnya begitu larut malam. Rutin. Selalu demikianlah setiap hari. Malam itu, kepada tetangganya, dia mengkhabarkan posisinya: mencuci pakaian dan menggosoknya, menanak nasi dan memasak lauk-lauknya, menyeka lantai setiap pagi, menyiapkan sarapan untuk ketiga cucunya yang akan ke sekolah, dan sejumlah tugas dalaman rumah lainnya. Air matanya berderai-derai meneriakkan kisahnya. Dia tak habis fikir, kenapa anak dan menantunya kerapkali bersekutu meremehkan bantuannya itu. Dia merasa tidak dihargai. Dia merasa gagal menjadi ibu. Dan tiba-tiba dia ingin sekali menyusul suaminya yang sudah pulang ke pelukan Ilahi terlebih dahulu. Sebenarnya, dia melapangkan hati untuk semua pekerjaan itu. Bukankah dia melakukannya demi kebaikan anak dan cucu-cucunya sendiri? Mereka bukan orang lain, darah dagingnya sendiri. Tapi, dia manusia. Dan manusia perlu harga diri dan mertabat. Hanya itu. Bukan yang lain. Dia memaklumi bahawa anak dan menantunya itu bekerja; namun, bukankah dia juga bekerja untuk urusan rumahtangga, untuk mengatur agar dapur rumah tetap berasap, agar lantai rumah tampak berkilau, agar cucu-cucunya terurus? Dan semuanya terasa menyesak di dada saat dia dianggap sekadar ‘penumpang’ yang tidak dihargai. Ah, sudahlah, Pembaca. Bukan tujuannya melengkapi kisah perempuan senja itu di kolom sederhana ini. Tapi, hikayat perempuan senja itu nyata dalam keseharian kita. Betapa banyak orangtua, khusus ibu,  menjadi “pembantu” untuk anaknya yang sudah berkeluarga. Alih-alih dirawat dan dimuliakan, dia malah “difungsikan”  serupa macam ‘kuli’ selepas dia menjanda; hidup seolah sebatang kara ketika suami dijemput maut lebih dahulu. Ya Allah. Semoaga saya dan anda bukan salah satunya.

Selanjutnya dapatkan Hidayah Jun 2012 di pasaran...

No comments: