Tuesday, May 14, 2013

Prof Dr Zakiyah Darajat: Pelopor Psikologi Islam Di Indonesia

DIA tenang dan lembut. Tapi dia juga tegas. Setidaknya, demikianlah kesan para pengikutnya saat mengiringi Allahyarham ke tanah perkuburan yang terakhir di Kompleks Pemakaman UIN di Ciputat. Guru besar Psikologi Islam Universiti Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta ini meninggal dunia di usia 83 tahun. Kepergiannya cukup memberi rasa kehilangan bagi kalangan ahli akademik UIN Jakarta. “Profesor Zakiyah Darajat merupakan salah satu dari sedikit orang hebat, akademik, dan sumbangan hebat yang mendedikasikan dirinya untuk anak-anak Indonesia. Memiliki perhatian yang sangat besar dalam pendidikan, psikologi anak, perkembangan kejiwaan Islam. KPAI dan segenap pemerhati anak Indonesia sangat kehilangan dengan kematiannya.” ungkap Wakil Ketua KPAI yang juga pengajar di UIN, Dr. Asrorun Niam.
Ketua Majlis Ulama Indonesia (MUI), KH. Amidhan, juga menuturkan bahawa Profesor Zakiyah Darajat adalah tokoh besar dan wanita yang sangat mengambil berat di bidang pendidikan. “Indonesia kehilangan tokoh besar wanita.” Pada hemat KH. Amidhan, Allahyarham adalah tokoh pendidik sekaligus pula psikologi agama. Allahyarham juga pernah duduk sebagai pengurus MUI pusat. “Dengan segala kelembutan yang dimilikinya, Allahyarham berhasil memberi solusi bagi setiap pesakit,” katanya, mengenang. Allahyarham adalah orang yang paling kental di bidang pendidikan. Kerana itu pula ia kerap dimintai pendapat tentang hukum Islam dan berbagai upaya memulihkan mengembalikan mental seseorang yang tengah tertekan. MUI, katanya, pernah meminta pendapatnya tentang musibah yang dialami warga Aceh tatkala terjadi tsunami. MUI bersama Allahyarham, menyusun buku dan kemudian dijadikan panduan untuk memulihkan mental warga yang terlibat. Pendek kata, Allahyarham adalah sosok intelektual muslimah yang banyak memberi sumbangan besar pada umat Islam dan khususnya untuk MUI. Dia juga pernah menjadi pengurus teras MUI Pusat. Sepulang pengajiannya dari luar negeri, ia mengabdikan diri pada Departemen Agama. Menteri Agama ketika itu, KH Saifuddin Zuhri, menyarankan ia membuka klinik konsultan di Depag. Sejak itu pekerjaan menasihati orang menjadi sebahagian hidupnya yang tak pernah lepas hingga kini. Terakhir, ia menjabat Pengarah Pembinaan Agama Islam hingga bersara pada 1984. Setelah bersara, dia malah dilantik menjadi anggota DPA hingga 1988. Bersamaan dengan keanggotaannya di DPA, ia mendirikan Yayasan Pendidikan Ruhama, lembaga pendidikan sejak TK hingga SMA yang berlokasi di Legoso, Cirendeu, Ciputat. Dalam dunia dakwahnya, sepertinya ia tak kenal lelah. Pada tahun 60-an dia mampu berceramah lima sampai enam kali sehari. Sering pula ia tampil di RRI, TVRI, dan kini di beberapa stesyen tv swasta. Pernah ia berceramah secara berantai di 10 tempat tanpa henti. Anehnya, dalam setiap ceramah ia menemui orang-orang yang sama. Ternyata, mereka - kebanyakan kaum ibu - adalah penggemar atau peminat setianya. Pendapatnya tentang wanita: “‘Saya senang mereka bekerja, tapi jangan sampai lupa pada kedudukannya sebagai ibu. Kasihan anak-anak mereka,’’ katanya, dalam satu komentarnya.

Selanjutnya dapatkan Hidayah Mei 2013 di pasaran...

No comments: