Monday, June 10, 2013

Lubang Kubur Penuh Ular

SETIAP manusia di dunia ini ingin hidup berkecukupan. Hal itu sah saja. Yang menjadi masalahnya adalah bagaimana dia mendapatkan harta yang berkecukupan itu. Kalau harta itu didapatkan melalui cara-cara yang halal, tentu tidak menjadi masalah. Allah s.w.t. sendiri melalui ajaran Islam telah menunjukkan kepada manusia usaha-usaha halal yang boleh dilakukan oleh manusia. Meskipun demikian, banyak manusia yang sengaja memilih jalan yang dilarang Allah dalam memenuhi keperluan hidupnya, seperti dengan meminta bantuan syaitan, jin atau memuja makhluk halus yang boleh mendatangkan kekayaan baginya. Inilah yang terjadi pada sebuah keluarga di Magelang. Untuk menjaga nama baiknya, penulis sengaja menyamarkan namanya. Semoga cerita di bawah ini dapat menjadi pengajaran bagi kita semua. Selama hidupnya, Maryoto dan isterinya, Karni, selalu hidup serba kekurangan. Kemiskinan sudah menjadi sebahagian dari hidup mereka. Menurut salah seorang tetangganya, hal ini kerana Maryoto tidak pernah bekerja keras untuk mendapatkan hasil yang maksima. Sebagai petani, penghasilan keluarga ini jauh dari mencukupi. Karni sering mengeluh kerana suaminya tidak mendapatkan hasil sebagaimana yang diharapkan. Sayangnya, kehidupan yang serba kekurangan ini tidak diimbangi dengan hidup berhemat. Sebagai isteri, Karni terkenal boros. Kalau suaminya mendapat hasil saat menuai tiba, Karni langsung menghabiskan wangnya untuk berbelanja ke pasar. Jika beras yang diterima Maryoto sebagai upah kerja, Karni langsung saja menggadaikannya dengan menukar dengan perabutan rumah tangga. Makanya mereka selalu saja tampak kekurangan, padahal hampir sebahagian besar tetangga Karni memiliki pekerjaan yang sama. Kebanyakan orang kampung kerjanya ialah bertani. Tapi, memang, dibandingkan yang lain, keluarga Maryoto tampak lebih kekurangan dibandingkan dengan yang lain. Entah fikiran apa yang terlintas di hati Karni, tiba–tiba saja dia berhasrat menjadi orang kaya dengan cara pintas, yakni mencari ‘pesugihan’. Mulanya suaminya mengingatkan Karni akan bahayanya bila mencari kekayaan dengan cara itu, tapi Karni bertegas, akan pergi ke gunung Kawi, sebuah wilayah yang dikenal sebagai tempat pesugihan. Maryoto akhirnya memilih diam, dan membiarkan isterinya melakukan niat itu sendiri. Para tetangga yang sangat mengenal keluarga itu, tak tahu persis keluarga Maryoto hingga suatu hari Karni mendapat sedikit warisan dari ayahnya. Warisan itu berupa wang yang kemudian  dibelikan ayam untuk diternakkan. Tak disangka-sangka, ternakan ayam Karni membuahkan hasil. Ayam–ayam yang dibuatkan kandang di dekat dapur  rumahnya itu bertelur sepanjang hari. Lebih dari dua kilo telur dihasilkannya.  Sementara usaha ternakan Karni semakin maju. Kini, jumlahnya mencapai ratusan ekor ayam. Karni pun tidak lagi menjajakan telurnya di pasar. Dia mulai menjualnya sendiri di rumah. Bahkan para tetangga yang melihat kejayaan Karni, ikut berternak ayam dan menjual hasilnya ke warung Karni. Anehnya, banyak tetangga Karni yang tidak berjaya seperti dirinya. Di saat Karni terus mendulang kekayaan, tetangganya banyak yang gulung tikar. Ternyata menternak ayam tidak semudah yang mereka bayangkan.

Selanjutnya dapatkan Hidayah Jun 2013 di pasaran...

No comments: