Monday, July 8, 2013

Apabila Perempuan Memandu Kenderaan

Perempuan memandu kereta kini menjadi pemandangan yang sangat lumrah. Di balik fizik perempuan yang umumnya lebih lemah dari laki-laki, bukan alasan untuk tidak menghendaki melajukan kendaraannya di jalan, kendati kadang mereka sering mengalami perubahan hormon. Di setiap sudut jalananan, cukup mudah menjumpai perempuan mengemudikan roda dua mahupun beroda empat ini. Pemandangan yang tentu saja sangat berbeda di tahun-tahun yang lampau. Seiring dengan itu, bahkan laju pertumbuhan otomotif kini sudah banyak dikemas lebih stylish, termasuk sejumlah perlengkapan kereta yang memang dikhususkan bagi mereka. Fenomena ini, di banyak segi, sangat menguntungkan perempuan sendiri. Betapa tidak? Aktiviti sehari-hari yang cukup padat tentulah memerlukan gerak yang lebih cepat. Seperti perempuan yang berkerjaya di luar rumah, para mahasiswi, bahkan ibu rumah tangga sekalipun. Kendati para ibu lebih banyak menghabiskan waktu di dalam rumah, namun untuk kegiatan menghantar dan mengambil anak ke sekolah, ke pasar, mengaji, serta kegiatan-kegiatan lain di luar rumah tentu akan sangat terbantu bila mereka mampu memandu sendiri. ‘Beban’ suami atau saudara yang biasa dimintai tolong untuk menemani mereka, alhasil jadi berkurang. Bahkan, dari sisi ekonominya pun lebih hemat. Anggaran menghantar dan menjemput anak-anak ke sekolah dapat diselamatkan untuk kos rumah tangga yang lainnya. Dan mereka pun semakin berdikari dalam banyak hal. Fenomena perempuan berkereta ini sebenarnya bukanlah hal baru, utamanya dalam sejarah Islam. Sejak zaman Rasulullah s.a.w. sudah banyak para sahabat perempuan yang mahir menunggang kuda, sebagai satu-satunya kendaraan yang paling hebat di zamannya. Rasulullah bahkan telah memberi pesanan pada ibu bapa agar anak-anaknya sedari kecil, tanpa membedakan jenis kelamin, untuk diajarkan berkuda, memanah dan renang. Tiga aktiviti fizik ini diyakini kaya manfaat dalam membentuk keperibadian seorang anak.

Kisah Khaulah binti Azur
Dikisahkan bahawa ada salah satu sahabat perempuan yang paling dikenal mahir menunggang kuda saat itu, diantaranya adalah Khaulah binti Azur. Seorang muslimah yang kuat jiwa dan raga. Sosok tubuhnya tinggi langsing dan tegap. Sejak kecil, Khaulah suka dan pandai bermain pedang dan tombak, dan terus berlatih sampai tiba waktunya menggunakan keterampilannya itu untuk membela Islam bersama para mujahidah lainnya. Diriwayatkan betapa dalam salah satu peperangan melawan pasukan Rom di bawah kepemimpinan Khalid bin Walid, tiba-tiba saja muncul seorang penunggang kuda berbalut pakaian serba hitam yang dengan tangkas memacu kudanya ke tengah-tengah medan pertempuran. Seperti singa lapar yang siap menerkam, sosok berkuda itu mengibas-ngibaskan pedangnya dan dalam waktu singkat menumbangkan tiga orang musuh. Di saat yang sama, pasukan muslim penasaran, siapakah sosok di balik cadar tersebut? Khalid bin Walid yang memimpin tentara Islam pun tidak mengenalinya. Untuk menjawab rasa penasarannya, di tengah medan perang, kuda Khalid diikuti pejuang yang lain diarahkan mendekati posisi Khaulah. “Demi Allah yang telah melindungi seorang pejuang yang berani membela agamaNya dan menentang kaum musyrik. Tolong buka wajahmu!” teriak Khalid. Khaulah belum mahu menjawab pertanyaan pimpinan perang kerana masih banyak musuh yang harus dihadapinya. Khalid mengejar, lalu mengulangi pertanyaannya. Dan akhirnya Khaulah pun menjawab, “Aku Khaulah binti Azur. Aku melihat abangku, Dhirara, tertangkap. Aku datang untuk menolongnya, membebaskan abangku yang berperang di jalan Allah.”  Para pejuang Islam terkejut mengetahui pejuang misteri berkuda itu ternyata seorang perempuan. Keberanian Khaulah teruji ketika dia dan beberapa mujahidah tertawan musuh dalam peperangan Sahura. Mereka dikurung dan dikawal ketat selama beberapa hari. Walaupun agak mustahil untuk melepaskan diri, namun Khaulah tidak mahu menyerah dan terus menyemangati sahabat-sahabatnya. “Kalian yang berjuang di jalan Allah, apakah kalian mahu menjadi tukang urut orang-orang Rom? Mahukah menjadi hamba-hamba orang-orang kafir? Dimana harga diri kalian sebagai pejuang yang ingin mendapatkan syurga Allah? Dimana kehormatan kalian sebagai muslimah? Lebih baik kita mati daripada menjadi “hamba” orang-orang Romawi!” serunya menyemangati.
Demikianlah Khaulah terus membakar semangat para muslimah sampai mereka pun bulat tekad melawan tentera musuh yang mengawal mereka. Rela mereka mati syahid jika gagal melarikan diri. “Janganlah saudari sekali-kali gentar dan takut. Patahkan tombak mereka, hancurkan pedang mereka, perbanyak takbir serta kuatkan hati. InsyaAllah pertolongan Allah sudah dekat.” Dan akhirnya, kerana keyakinan mereka, Khaulah dan kawan-kawannya berhasil melarikan diri dari kurungan musuh!

Selanjutnya dapatkan Hidayah Julai 2013 di pasaran...

No comments: