Friday, July 18, 2014

Membentuk Diri Menjadi Menantu Yang Ideal

SERINGKALI banyak orang beranggapan bahawa keluarga sakinah tercermin dari harmonisnya hubungan suami isteri serta anak-anak yang dimilikinya. Pandangan seperti ini memang tidaklah salah. Akan tetapi, sakinah, mawaddah dan rahmah juga semestinya meliputi seluruh aspek. Harmonisasi dalam rumahtangga sakinah juga mencakup orang-orang di luar lingkaran tersebut. Sebab cinta kasih pada hakikatnya akan selalu menebarkan aroma kehangatan kepada siapapun yang menghirupnya. Ayah, ibu dan anak sebagai anggota keluarga inti pada dasarnya bukanlah tolok ukur sempurna dalam menentukan apakah sebuah rumahtangga dikatakan sakinah ataukah tidak. Sebab suatu saat boleh saja banyak orang lain yang secara disedari ataukah tidak masuk dalam lingkaran keluarga inti, seperti mentua, pak cik, mak cik, kakak, adik dan seterusnya sampai dengan kehadiran pembantu rumah. Kehadiran mentua seringkali menjadi persoalan penting yang harus diperhatikan bagi pasangan suami isteri. Hubungan ini bukanlah sekadar hubungan kekeluargaan biasa. Menantu-mentua menyiratkan hubungan kekeluargaan yang terjadi akibat pernikahan, namun sangat berbeda dalam perlakuannya. Menantu-mentua harus membuang sekat-sekatan status yang menghalangi agar keduanya boleh melebur dalam satu kesatuan. Sebab ikatan pernikahan adalah untuk memadukan sesuatu yang semulanya terpisah. Maka seorang perempuan yang dinikahi oleh seorang laki-laki menjadikan dirinya menjadi bahagian dalam kehidupan suaminya, baik secara peribadi mahupun dalam kehidupan keluarga besar suami. Isteri menjadi anak, kakak, adik, mak cik, dan seterusnya sebagaimana status kekeluargaan yang di sandang suami dalam keluarga besarnya. Demikian pula sebaliknya bagi seorang suami kepada keluarga besar sebelah isterinya. Oleh kerana itu, perlakuan terhadap keluarga besar suami pun hendaknya tidak patut dibeda-bedakan. Untuk menyempurnakan peranan tersebut, menurut Sudarmadi Putra, M.Ud, ada lima hal pokok yang perlu diperhatikan dalam menjaga pola hubungan dengan mentua. Hal ini demi memperoleh hubungan harmonis antara menantu dan mentua. Kelima hal pokok tersebut adalah:

1. Menghormatinya.
Islam mengajarkan kepada umatnya agar menghormati orang yang lebih tua dan menyayangi orang yang lebih muda. Menghormati dalam hal berkata santun dan ramah ketika berkomunikasi dengannya, menggunakan bahasa yang layak saat menjawab pertanyaan darinya, mendahulukannya saat makan bersama, mengutarakan pendapat, dan semua hal yang menjadi tata susila adab sopan; bak seorang anak dengan ibu bapanya sendiri. Diterangkan dalam sebuah hadis dari Ibnu al-Sarh, Nabi s.a.w.: “Siapa yang tidak menyayangi orang yang kecil di antara kami dan tidak mengerti hak orang yang lebih besar di antara kami, maka ia bukan dari golongan kami.” (HR. Abu Daud). Menantu menghormati mentua dan mentuapun menyayangi menantu. Hubungan timbal balik semacam ini akan melahirkan mahabbah (kecintaan dan sayang) diantara mereka.

2. Menyayanginya.
Seorang Muslim itu adalah peribadi penyayang. Kerana sikap berkasih sayang adalah buah dari taatnya seorang hamba dalam mengamalkan perintah Allah dan RasulNya. Ia menjadi tanda jiwa yang bening dan hati yang bersih. Dalam mengerjakan kebaikan, mengerjakan amal salih, menjauhi keburukan, dan menghindari kerosakan, seorang muslim selalu berada dalam keadaan hati yang bersih dan jiwa yang baik. Barangsiapa keadaannya seperti itu, maka sifat kasih sayang tidak berpisah dengan hatinya.
Maka sudah selayaknya mentua kita sayangi seperti sayangnya seorang anak kepada ibu bapa kandungnya sendiri. Allah s.w.t. berfirman, “Dan dia termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang. Mereka adalah golongan kanan.” (QS. Al-Balad: 17-18) Sementara Rasulullah s.a.w. bersabda, “Para penyayang akan disayangi oleh Ar Rahman. Sayangilah penduduk bumi maka kalian akan disayangi oleh siapa saja yang di langit.” (HR. Abu Daud)
Dalam sabda yang lain, “Sesungguhnya Allah hanya menyayangi hamba-hambaNya yang penyayang.” (HR. Al-Bukhari)

Selanjutnya dapatkan Hidayah Julai 2014 di pasaran...

No comments: