Saturday, August 16, 2014

Hikayat Pelacur Dan Pemuda Yang Takut Seksa

Hasan Basri bercerita: Di sebuah kampung, ada seorang wanita jalang yang kecantikannya luar biasa, mengalahkan perempuan-perempuan lain seusianya. Parasnya yang ayu, menawan, sudah terkenal dimana-mana. Perempuan ini jadi primadona banyak orang, terutama mereka yang berduit. Siapa saja asal punya wang minima 100 dinar, boleh menikmati kemolekan tubuhnya. Sampai suatu hari, ada seorang pemuda melihat kecantikan parasnya. Pemuda ini kagum akan kecantikannya, hingga terbetiklah hasratnya untuk mendekati.  Namun apa daya, wang di kantongnya tak cukup. Kerana itu, ia bekerja membanting tulang dengan tangannya sendiri. Ia ingin mengumpulkan wang 100 dinar sesuai yang disyaratkan perempuan itu. Singkat kemudian, kerja kerasnya membuahkan hasil. 100 dinar diperolehinya. Kemudian dengan penuh semangat, ia mendatangi perempuan cantik itu di kediamannya. “Sungguh engkau telah membuatku terlalu kagum. Untuk itulah, aku bekerja keras supaya dapat mengumpulkan 100 dinar,” kata pemuda itu bangga. “Bayarkan saja wang itu pada ketua pelayan agar dinilai keaslian dan ditimbang beratnya,” sahut si perempuan cantik itu. Setelah beres semua pembayarannya, si perempuan berkata lagi, “Masuklah!” sambil isyaratkan dengan telunjuk tangannya.  Rumah perempuan ini nampak sangat indah, bersih dan mewah. Setiap sisi ruangannya mengeluarkan aroma wangi, sehingga membuat nyaman mereka yang berada di tempat itu. Pemuda itu pun masuk. Kini, ia tiba di sebuah bilik yang ranjangnya berhiaskan emas. Jelas kelihatan sangat istimewa. Ia berdecak kagum akan segala keindahan yang terpampang di hadapannya. Ketika sudah masuk di bilik yang bagaikan kamar pengantin itu, “Marilah!” wanita itu memanggilnya. Wanita itu tersenyum manis. Pipinya merona. Tak berapa lama lagi, ia bersiap menjalankan tugasnya. Ia berfikir, pastilah pemuda ini sama saja dengan pemuda-pemuda lain yang ingin memuaskan hasrat biologisnya dengan dirinya. Sebelumnya, pemuda ini menggebu-gebu dan terus membayangkan syahwatnya  yang sudah lama ia pendam dengan perempuan di hadapannya ini bakal dilampiaskan, namun keinginan itu tiba-tiba meredup. Justeru yang terjadi tubuhnya gementar. Jantungnya berdegup keras. Keringat dinginnya mengucur dari pori-pori tubuhnya. Entahlah kenapa perasaan tak menentu ini mendadak menghinggapi dirinya. Hatinya gelisah luar biasa. Seketika keinginan liarnya sirna. Syahwatnya yang tadinya membuncah, seketika lenyap, terbunuh oleh ketakutan yang luar biasa. Yang muncul dalam kepalanya justeru bayangan dosa sekaligus seksaan yang amat pedih; kobaran api yang siap melalap dirinya dan rasa sakit yang tiada tara dirasakannya.
Ia gemetaran mengingat bagaimana akibatnya nanti ia akan mempertanggungjawabkan perbuatannya di hadapan Allah s.w.t. jika benar-benar melakukan maksiat yang sudah direncanakan sebelumnya.
“Tidak... tidak... tidak... Aku tak mahu!” hatinya memberontak. Setelah berfikir matang-matang, ternyata lebih banyak mudharat yang akan menimpanya jika melakukan maksiat, ia pun mengambil keputusan mengurungkan niat buruknya. “Biarlah aku pergi! Ambil saja wang 100 dinar itu!” ucapnya.
Dengan penuh perasaan hairan, sang wanita yang ada di atas ranjang tadi bertanya, “Ada apa denganmu? Katanya, engkau sudah pernah melihatku dan mengagumiku. Kemudian engkau juga menginginkan diriku. Bahkan terlalu berhasratnya dengan diriku, engkau rela bekerja membanting tulang agar dapat mengumpulkan wang 100 dinar. Setelah engkau mendapatkan wang itu dan menginginkan diriku, lantas kenapa engkau jadi begini?”

Selanjutnya dapatkan Hidayah Ogos 2014 di pasaran...

No comments: