ASMA’ memang tidak popular berbanding saudaranya Aisyah r.a. dalam banyak hal. Tapi puteri Khalifah Abu Bakar yang seorang ini tak kalah memiliki keistimewaan peribadi yang membuat banyak orang berasa kagum.
Dia dikurniai umur yang cukup panjang oleh Allah dan kecerdasan berfikir, sehingga dia mampu mewarnai corak hidup para generasi tabi’in dengan citarasa kehidupan di zaman Rasulullah. Asma’ adalah saudara seayah dengan Aisyah r.a., bersuamikan Zubair bin Awwam, puteri ibu saudara Rasulullah s.a.w. Dr. Yusuf Qardhawi dalam Wanita Beriman menuliskan bahawa Asma’ masuk Islam pada usia 18 tahun. Dia sentiasa berjuang di jalan Allah serta merasakan pahit getirnya perjuangan bersama kaum muslimin lainnya di Makkah hingga datangnya peristiwa hijrah ke Madinah. Saat peristiwa hijrah berlangsung, Asma’ punya peranan cukup bererti, sebab dia dengan berani mengirim bekalan makanan dan minuman untuk Rasulullah dan ayahnya. Sedikitpun Asma’ tidak dijalari rasa takut. Bekalan makanan dan minuman yang dibawanya saat itu sebetulnya cukup menyulitkan. Dia harus mengikatkannya dengan kuat, namun sayangnya Asma’ tidak punya tali. Sesaat menyedari ia memiliki ikat pinggang, Asma’ pun segera memotongnya menjadi dua; satu untuk mengikat karung makanan, dan satunya lagi untuk mengikat tempat air minum. Rasulullah rupanya terkesan dengan usaha Asma’ ini hingga ia diberi gelar dzatin nithaqain (wanita yang memiliki dua ikat pinggang). Rasul pun mendoakannya semoga Allah mengganti ikat pinggang Asma dengan dua ikat pinggang yang lebih baik dan indah di syurga. Asma’ juga dikenal sebagai puteri pemberani. Ini dibuktikannya saat serombongan kaum kafir Quraisy yang dipimpin Abu Jahal bin Hisyam mendatangi rumahnya. Ketika rombongan itu berhenti bertepatan di depan pintu, Asma’ langsung keluar, dan dia pun langsung menjadi sasaran mereka. Dengan kasar dan bengis serta penuh kebencian, mereka membentak-bentak menanyakan Abu Bakar. Tapi Asma’ tegas mengatakan tidak tahu tanpa sedikitpun menujukkan rasa takut. Sorot mata tajam Asma’ sempat membuat Abu Jahal naik pitam sehingga dengan kasar ia mengangkat tangannya dan melepaskan tamparannya di pipi Asma’ hingga anting-antingnya terjatuh. Pada peristiwa lain, Asma’ pun sekali lagi menunjukan peribadi luhur seorang puteri Abu Bakar. Saat itu, Nabi s.a.w. berangkat hijrah ke Madinah ditemani Abu Bakar. Dia membawa semua harta dan wang miliknya yang kira-kira berjumlah enam ribu dirham atau mungkin lebih tanpa meninggalkan sedikitpun untuk Asma’. Mengetahui apa yang dilakukan Abu Bakar, datuk Asma’ yang ketika itu telah menjadi buta terkejut dan marah: “Sungguh tak kusangka ayahmu akan berbuat demikian! Tergamak dia melakukannya terhadapmu, cucuku!” “Jangan begitu datuk, ayah telah meninggalkan banyak sekali kebaikan buatku,” tegas Asma’ sedikit ‘berbohong’. Dia pun lantas segera keluar rumah, mengambil beberapa batu dan meletakkannya di tempat yang biasa untuk menyimpan harta ayahnya, lalu ditutupinya dengan beberapa helai baju. Sambil menuntun tangan datuknya untuk meraba benda-benda tersebut ia berkata, “Ini buktinya!” “Baiklah, kalau begitu ayahmu masih bijaksana. Barang-barang itu boleh kau jadikan bekal.” Asma’ sangat terharu atas apa yang dilakukan ayahnya. Sebab itulah dia memaklumi tindakan Abu Bakar bahkan ikhlas menutupi keadaan tersebut sekalipun terhadap datuknya.
Berkat Perkahwinan
Perkahwinannya dengan Zubair bin Awwam berlangsung sebelum peristiwa hijrah ke Madinah. Asma’ berkahwin dengan Zubair bin Awwam, seorang pemuda dari kalangan biasa yang tak memiliki harta kecuali seekor kuda. Meski demikian, Asma’ tidak kecewa. Dia tetap setia melayani suaminya. Jika suaminya sedang sibuk melaksanakan tugas dari Rasulullah, Asma’ tak segan-segan merawat dan menumbuk biji-biji kurma untuk makanan kuda suaminya. Dia selalu menyokong apapun yang dilakukan suaminya. “Ketika Zubair menikahiku, dia tidak mempunyai apa-apa selain kuda satu-satunya. Akulah yang memenuhi segala keperluan rumahtangga, melayaninya, memelihara kudanya, memandikan dan memberi makan serta minum kudanya. Aku juga membantunya di kebun, membawa kurma di atas bahuku sejauh dua pertiga farsakh serta menyirami tanaman dan membawa air untuk keperluan itu dengan tanganku sendiri.” Akan tetapi tak lama waktu berselang, kaum muslim memenangkan peperangan dan Allah saat itu melimpahkan kurnia kepada Zubair seribu buruh yang sentiasa mengirimkan keuntungan padanya. Sejak itulah kehidupan perkahwinan mereka tak terlalu terbelit himpitan ekonomi. “Dan orang-orang yang hijrah kerana Allah setelah mereka dianiaya pasti Kami akan memberi mereka tempat yang bagus di dunia dan bagi mereka sesungguhnya pahala di akhirat lebih besar kalau mereka mengetahui.” (QS. An-nahl: 41)
Menjadi Ibu Sejati
Sejak hijrahnya kaum muslim dari Makkah ke Madinah, tak seorang pun dari wanita Islam yang melahirkan anak. Situasi itu tak hairan dimanfaatkan kaum Yahudi untuk mengejek dan memfitnah habis-habisan kaum muslim. Wanita muslim dikatakan mandul akibat sihir. Tapi di tengah semaraknya fitnah tersebut, Asma’ melahirkan bayi lelaki, Abdullah bin Zubair. Berikutnya lalu Urwah dan Al Mundir. Dari ketiganya, Abdullah-lah yang paling dikenang dalam catatan tinta sejarah. Setelah Yazid bin Muawiyah meningal dunia, Abdullah bin Zubair diangkat menjadi khalifah dimana saat itu Islam telah tersebar mencapai Hijaz, Yaman, Iraq dan Khurasan. Dia berkuasa selama sembilan tahun sampai pupusnya Bani Umayyah di Hijaz. Tetapi Bani Umayyah sendiri tidak rela dengan kepemimpinan Abdullah bin Zubair. Mereka menyiapkan tentara yang lebih besar untuk menggulingkan kekuasaan Abdullah bin Zubair. Para pembangkang itu diketuai panglima Hajjaj bin Yusuf Ats-Tsaqafi. Perang antara dua kekuatan itu pun tak dapat dihindari. Abdullah bin Zubair turun ke medan tempur memimpin langsung pasukannya. Tapi, para perwira bawahan dan perajuritnya banyak yang melakukan pembelotan ke pihak Bani Umayyah. Hajjaj bersama bala tenteranya berhasil mengepung dari Syam yang berjalan sampai berhari-hari. Suasana semakin genting.
Selanjutnya dapatkan Hidayah April 2011 di pasaran...
Thursday, April 7, 2011
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment