PONDOK Pesantren Ar-Riyadh didirikan oleh Habib Abdurahman Abdullah Al-Habsyi, lulusan Rubath Siwoon, Hadramaut, tahun 1908. Beliau adalah ulama yang berada dalam rantai panjang keturunan Arab di kota Palembang – khususnya daerah 13 Ulu - yang sudah beranak pinak sejak ratusan tahun lalu dan membaur dalam masyarakat Palembang secara luas. Kawasan 13 Ulu memang unik, kerana di sinilah hidup beberapa keturunan Hadramaut [sekarang masuk daerah Yaman], semisal Al-Munawar, Al-Habsyi, Al-Kaf dan lain sebagainya. Tidak hairan jika kawasan ini terkait dengan banyak ulama penyebar Islam, baik dalam konteks ulama tempatan kota Palembang, mahupun jaringan ulama keturunan Arab dalam peringkat nasional. Mantan menteri agama Indonesia, Said Aqil Hussein Al-Munawar juga berasal dari daerah ini. Sebelum Habib Abdurahman kembali ke Palembang selepas menuntut ilmu, gurunya berpesan agar ia membangun tempat pendidikan di Indonesia untuk mendidik umat agar menjadi lebih baik. Pesan ini menjadi doa. Setelah Habib Abdurahman berusaha dengan berdagang terkumpullah modal untuk membangun pondok pesantren yang dinamai Ar-Riyadh pada 1973.
“Penamaan pesantren ini terkait hadis Nabi Muhammad s.a.w. tentang taman syurga yang tak lain adalah majlis ilmu. Maka Ar-Riyadh adalah majlis ilmu yang tak lain adalah taman syurga. Ar-Riyadh juga merupakan nama masjid di Hadramaut tempat Habib Abdurahman belajar,” jelas Ustaz Hamid Umar Al-Habsyi, Mudir Pondok Pesantren [Ponpes] Ar-Riyadh yang merupakan cucu pengasasnya Habib Abdurahman. Pada awalnya, Ar-Riyadh mengambil model pendidikan salafi [klasik-tradisional]. Seiring perkembangan zaman, pesantren menerap sistem pendidikan moden, hingga ada dua mata pelajaran di Ar-Riyadh, yakni mata pelajaran tempatan pesantren dan nasional. Walaupun didirikan oleh ulama keturunan Hadramaut dan terletak di perkampungan Arab, Ar-Riyadh didirikan untuk semua golongan, tak hanya bagi golongan keturunan Arab saja. Siapapun boleh masuk dan belajar di tempat ini. “Saat ini, sekitar 35 peratus pelajar merupakan keturunan Arab dan bakinya adalah pelajar yang berasal dari berbagai wilayah; Palembang sendiri, Medan, Jawa dan lain sebagainya,” ujar Ustaz Hamid lagi. Ciri khas yang menonjol dari Ar-Riyadh adalah sisi dakwahnya. Ini terbukti dengan banyaknya alumni Ar-Riyadh yang menjadi dai ulung. Contohnya adalah Ustaz Ahmad Al-Habsyi, dai muda yang sudah terkenal peringkat nasional. Pendidikan Ustaz Ahmad dipupuk di Ar-Riyadh. Kita juga boleh menyebut nama Habib Hamid Nagib bin Syeikh Abu Bakar yang merupakan dai yang cukup terkenal terutama di daerah Bekasi (Jakarata) dan sekitarnya. “Kami memang memiliki program kekhususan dakwah. Setiap pelajar akan menerima pelatihan intensif mengenai dakwah oleh lembaga khusus dan ilmu yang di dapati dan dipraktikkan dalam muhadharah dan kemudian kami akan mempastikan pelajar-pelajar langsung untuk berdakwah ke tengah masyarakat,” ujar Ustaz Hamid. Pelajar-pelajar yang di‘terjun’kan ke masyarakat ini akan berceramah ke masjid dan surau-surau yang ada di kota Palembang. Semua pelajar-pelajar pondok mendapat giliran yang biasanya dilakukan pada hari Jumaat atau Sabtu. Setelah program dalam kota Palembang, para pelajar juga akan diterjunkan ke daerah yang lebih jauh seperti Jambi, Lampung dan daerah lain sekitar Sumatera Selatan.
“Tak hanya itu, jika ada kesempatan kami juga membawa pelajar untuk berceramah ke luar negeri seperti ke Malaysia,” ujar Ustaz Hamid. Kesenian Islam dan Arab juga menjadi kegiatan ilmu tambahan yang cukup khas dimiliki Ar-Riyadh. Kegiatan itu adalah seni marawis, gambus dan lain sebagainya. Kegiatan ini sangat berguna pula bagi mengeratkan pelajar ke tengah masyarakat sebab pasukan kesenian Ar-Riyadh kerap mengisi acara-acara hari besar Islam dalam skala kecil sampai besar. Ini juga, menurut Ustaz Hamid, guna menghadirkan dinamika bagi para pelajar agar mereka tak merasa bosan dan memiliki modal dakwah yang kaya untuk terjun ke tengah masyarakat. Program dakwah Ar-Riyadh ini juga dilengkapi dengan program pengajaran al-Quran yang cukup lengkap. Selain tilawah juga ada program tahfiz. Para lulusan ar-Riyadh diwajibkan menghafal al-Quran sesuai tingkatannya. Bagi lulusan Tsanawiyah ditetapkan menghafal al-Quran sebanyak 3 juz dan bagi tingkat Aliyah ditetapkan 5 juz. “Dengan segala program ini kami hanya ingin para pelajar itu menjadi pelajar yang baik. Yang boleh menyumbang bakti dan menyinari umat, bukan yang membuat fitnah umat. Alhamdulillah sudah banyak alumni Ar-Riyadh yang berkecimpung dan berperanan di masyarakat,” ujar Ustaz Hamid lagi.
Selanjutnya dapatkan Hidayah Jun 2011 di pasaran...
Monday, June 6, 2011
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment