Monday, May 12, 2014

Mati Ketika Mengintip Alam Kubur

DARI sebuah kitab kuno diperolehi mantera dan tatacara ritual melihat alam kubur. Ilmu ini ternyata sangat ampuh, sekaligus mencabar dan mengasyikkan. Namun, siapa sangka kalau pelakunya kemudian mati dalam keadaan telanjang...Hanya orang-orang tertentu saja yang dikurniai kemampuan oleh Allah s.w.t. boleh melihat alam manusia yang telah mati. Mereka boleh menyaksikan ada komuniti di komplek perkuburan yang terlihat sunyi dan sepi itu.  Dan hanya sedikit orang yang tidak memiliki ilmu khusus, namun memiliki keberuntungan melihat alam ghaib itu. Beberapa orang juga mencuba membaca mantera-mantera (jampi serapah) tradisional untuk membuktikannya. Sebuah kisah nyata dialami oleh Sumantri, yang ketika itu tengah memasuki masa remaja. Ia memiliki dua sahabat karib sepermainan dan sekampung halaman. Di desa tempatnya tinggal kehidupan masyarakatnya masih bercorak tradisi begitu pekat, penuh larangan, pantangan dan hal-hal berbau mistik. Cerita mulut ke mulut yang klasik, pepatah-pepatih, adat istiadat dan norma menjadi semacam dogma. Semua mesti dipatuhi. Tidak boleh dilanggar atau ditawar. Namun kenakalan anak-anak remaja tentu saja tetap ada. Peristiwa dimulai ketika Nordin menemukan sebuah buku kuno di almari datuknya, beberapa hari setelah si datuk meninggal dan dikebumikan. Buku itu langsung diperlihatkan pada sahabatnya, Sumantri dan Mamat. Buku lusuh kumal itu berisi catatan mentera-mentera tulisan tangan. Kertasnya telah menguning, tinta biru atau hitam berubah jadi kecoklatan, dan sisi sampulnya dari kulit binatang yang retak-retak telah termakan usia. Mungkin sebuah buku yang sangat ‘istimewa’ di masa jayanya. Sebahagian besar isinya tidak bererti apa-apa bagi Nurdin, Sumantri dan Mamat. Bahasa yang dipakai teramat kuno dam sulit mereka fahami. Hanya beberapa kalimat yang menggunakan bahasa daerah setempat. Semua mantera menggunakan bahasa Jawa Kuno yang sulit dimengerti maknanya.
Nordin menunjuk halaman dimana tercantum petunjuk ritual yang terbilang aneh, iaitu untuk menengok orang mati. Pemuda ini begitu teruja dan terlihat ingin mencubanya. “Aku ingin sekali melihat almarhum datukku. Aku rindu sangat,” ucap Nurdin. Mendengar hal itu Sumantri tidak percaya begitu saja. Ia merasa petunjuk dan mantera dibuku itu terlalu sederhana. “Apa mungkin semudah itu menemui orang yang sudah meninggal,” kata Sumantri ragu-ragu. Namun Nurdin tetap berkeras mengatakan bahawa petunjuk di buku kuno itu benar adanya. Ia begitu sangat ingin mencubanya. Mamat mengusulkan agar mereka melakukan ujian dan cuba dulu. Persyaratan yang harus dilakukan tidak begitu rumit. Cuma terasa aneh dan ganjil. Mereka harus merangkak di tanah kuburan dengan tubuh telanjang pada tengah malam, dan harus menggunakan punggung terlebih dulu. Mereka juga tidak boleh bersuara sepatah katapun, dan cara melihatnya pun harus melalui bawah, di antara kedua kaki, atau menungging. Saat kembali pun harus tetap merangkak membelakangi arah yang tadi dituju. Akhirnya, pada tengah malam yang dingin itu ketiganya keluar rumah secara diam-diam berjalan kaki menyusuri jalan kecil menuju kawasan perkuburan di luar kampung. Seisi kampung telah terlelap dalam pelukan dinginnya malam.

Selanjutnya dapatkan Hidayah Mei 2014 di pasaran...

No comments: