Sunday, February 12, 2012

Tiga Lelaki Terperangkap Dalam Gua

CUACA saat itu sedang tidak baik. Angin bertiup cukup kencang hingga membuat debu-debu pasir berputar-putar bagai gasing. Ketiga lelaki itu mempercepat langkahnya, tetapi agaknya mereka tidak dapat lagi melanjutkan perjalanannya. Ketika mata mereka melihat ke atas, langit gelap penuh gumpalan mendung.
Hujan deras pun kemudian turun dengan lebatnya. Tiga lelaki itu tak dapat kemana-mana. Tak ada tempat berlindung kecuali sebuah gua yang berada di sekitar tempat itu. Lumayan, mereka dapat berteduh barang sejenak sambil menunggu keadaan cuaca lebih aman. Mereka masuk ke dalamnya. Namun malang bagi mereka. Mulut gua yang mereka masuki mendadak tertutup oleh reruntuhan batu besar di mulut gua yang datang tiba-tiba. Sungguh malang, tak ada sedikit pun celah bagi mereka untuk dapat keluar lagi. Mereka terjebak di dalamnya.
Gelap, sunyi serta bingung bercampur jadi satu. Tak ada jalan keluar bagi mereka. Kerana itu, perlahan-lahan, rasa putus asa mulai menghantui mereka. Namun, tiba-tiba, ada salah seorang di antara mereka yang berkata, “Ingat-ingatlah barangkali kita pernah melakukan suatu amal kebajikan, mungkin saja Allah yang Mulia lagi Maha Agung berkenan mengasihi kita dengan rahmat-Nya.”

Berkat Amal Baik
“Oh ya,” sokong salah seorang dari mereka. Sambil memegangi kepala sejenak, dia pun menghurai kisahnya.
Suatu kali aku pernah melakukan amal kebajikan. Aku memiliki beberapa orang pekerja. Mereka datang kepadaku, lalu masing-masing kuberikan upahnya dalam jumlah tertentu. Tiba-tiba, seseorang menemuiku, aku langsung mengupahnya separuh dari upah yang diterima oleh teman-temannya. Dia ikut bekerja seperti mereka sehingga aku pun memberikan tambahan upah separuh lagi. Namun, ada seorang di antara mereka yang protes. Dia berkata, “Bagaimana boleh tuan memberikan upah kepada orang itu sama seperti upah yang saya terima, padahal dia hanya bekerja separuh hari saja?” “Sedikit pun aku tidak merugikan kamu. Upah yang kuberikan padanya adalah hartaku sendiri yang kukumpulkan. Aku bebas memutuskan sekehendakku,” jawabku.
Dengan marah, lalu ia pergi dan tidak mahu mengambil upahnya. Kemudian upah yang menjadi haknya itu kugunakan untuk modal usaha. Setelah terkumpul cukup banyak, kugunakan untuk membeli seekor lembu dan atas kehendak Allah, terus berkembang sehingga menjadi banyak. Hingga suatu hari, aku bertemu dengan seorang datuk yang sudah sangat tua. Aku tidak mengenalnya sama sekali. Tetapi datuk itu rupanya mengenaliku dan berkata kepadaku, “Aku masih punya hak pada tuan. Cuba tuan ingat-ingat!” Dia menyuruhku untuk mengingat-ingatnya sehingga akhirnya aku pun mengenalnya. “Aku memang selalu mengharapkanmu,” begitu kataku. Akhirnya kuberikanlah semua yang menjadi haknya. “Maaf tuan, apakah tuan sengaja menghina saya. Berikan saja hak saya yang dulu!” jawab datuk tersebut seakan merasa terhina. Aku berkata, “Demi Allah, aku tidak sedang mengolok-olok anda. Semua itu memang hak anda dan saya sama sekali tidak berhak memilikinya.”
“Ya Allah, jika apa yang pernah kulakukan itu demi mengharap keredhoanMu, tolong berikan jalan keluar dari kesulitan yang tengah kami hadapi ini,” aku bersandar dengan doa setelah menyerahkan semua yang kukembangkan dari upah yang seharusnya kuberikan kepada lelaki itu. Tiba-tiba batu besar itu mulai bergeser sehingga ketiganya dapat memandang keluar. Memang batu yang menghalangi gua itu sedikit bergeser, namun ketiganya tetap belum dapat keluar. Dan lelaki kedua pun berganti menceritakan sebuah amal yang pernah dilakukannya di masa lalu. Suatu kali aku pernah melakukan amal kebajikan. Ketika orang-orang sedang mengalami kesulitan ekonomi, aku termasuk berkecukupan. Pada suatu hari, ada seorang wanita datang kepadaku untuk minta bantuan. “Baiklah, aku boleh membantumu. Tetapi, sebagai imbalannya, kamu harus menyerahkan dirimu. Mahukah?” Perempuan itu menolak keinginanku, lalu pergi begitu saja. Namun tak berselang lama, dia kembali lagi. Kali ini, dia bahkan memintaku untuk segera sadar mengingat Allah s.w.t.
Aku tetap buat tak kisah dan bertegas dengan tawaranku. “Aku mahu membantu kesulitanmu asalkan engkau mahu menyerahkan dirimu untukku,” kataku.

Selanjutnya dapatkan Hidayah Februari 2012 di pasaran...

No comments: