Tuesday, September 11, 2012

Langit, Laut Dan Doa

SETIAP memandang langit, hati saya selalu berharap: ‘Tuhan, luaskanlah kalbu hamba seperti ciptaanMu itu.’  Jika lanskapnya disepuh warna biru, selalu ada gumam lirih yang dengan perasaan malu ingin saya katakan: ‘Ilahi, cerahkan rumah jiwa hamba  serupa langitMu itu. Selalu. Pinjami hamba secuil cintaMu untuk sentiasa damai dan terbuka menerima kehidupan ini; memeluk orang-orang terdekat, menjadi sahabat manusia, menjadi sahabat segenap mahklukMu.” Dan saya mafhum, lazuardiNya tidak selamanya cerah. Ada masa ia kelabu, ada masa ia dirundung gulita. Tanda-tanda alam yang tak bersahabat. Itulah kuasaNya. Dan saya bukan sesiapa dalam semesta Sang Khalik. Hanya noktah kecil yang acapkali timbul-tenggelam dalam mengingatNya; manusia alpa, manusia yang lisan dan sanubarinya kadang selaras, kadang tidak.  “Kerana, Ilahi, selimuti hamba dengan setitik kasih dari sekian kasihMu yang tidak terpermenai itu, kasih yang tidak pernah jera menyelimuti bumi ini.” Setiap memandang laut, hati saya selalu berdenyar-denyar: “Tuhan, lapangkanlah dada hamba seperti samuderaMu itu.” Andai cuaca cerah dan ia terlihat tenang, selalu gumam itu yang muncul: “Rabb, limpahkan segenap batin hamba serupa lautMu itu. Kedamaian. Ketenangan. Ketidakpuasan dalam jagat pengetahuan, tak pernah lelah memahami kode-kode kehidupanMu yang misteri. Tak pernah entah.”

Selanjutnya dapatkan Hidayah September 2012 di pasaran...

No comments: