Tuesday, September 11, 2012

Putera Mahkota Yang Memilih Menjadi 'Tukang Batu'

KHALIFAH Harun ar-Rasyid memiliki seorang putera berusia 18 tahun. Pemuda itu sering bersama orang-orang salih. Kebiasaannya berziarah di kuburan dan berucap, “Engkau telah menjalani kehidupan yang fana. Engkau telah meninggalkan dunia yang tidak memberikan kedamaian. Kerana engkau sekarang sudah mencapai kubur, aku hanya ingin mengetahui apa yang terjadi padamu dan pertanyaan-pertanyaan apa yang harus kalian jawab.” Suatu hari, dia mendatangi ayahandanya yang sedang duduk bersama para menteri dan pembantunya. Penampilan pemuda itu biasa-biasa saja, sama sekali tak mengesankan sebagai putera kepada khalifah. Pakaian yang dikenakan hanyalah kain kasar dengan serban di kepala. Sampai-sampai para pembantu berbisik-bisik bahawa pemuda itu sudah gila dan telah merendahkan khalifah. Mereka lalu meminta khalifah untuk menegur agar mengubah penampilannya. “Engkau benar-benar telah merendahkanku, anakku,” kata khalifah. Lelaki itu tak menjawab melainkan hanya menunjuk kepada seekor burung liar yang hinggap di dekat situ dan berkata, “Demi Allah, aku minta kamu datang dan hinggap di atas lenganku.”
Tanpa disangka, burung itu terbang dan hinggap di atas lengan pemuda itu. Lalu putera khalifah meminta burung itu pergi dan burung itu pun terbang kembali ke tempatnya. “Cara ayahanda mencintai dunia sungguh membuat aku malu. Kerana itu, mulai saat ini aku memutuskan untuk meninggalkan tempat ini,” kata pemuda itu kepada ayahnya. Pemuda itu pun mengembara. Dia membawa sebuah al-Quran dan sebuah cincin sangat berharga pemberian ibunya. Ia menuju Basrah dan mulai bekerja sebagai buruh. Namun ia hanya bekerja seminggu sekali dan harus menyukupkan diri dengan pendapatan satu hari selama satu minggu. Ia hanya meminta upah sewajarnya dan tidak meminta lebih dari itu. Meskipun sedikit, yang penting boleh mempertahankan hidup.

Menjadi Tukang Batu
Kebetulan salah satu dinding rumah Abu Amir Basri telah runtuh dan dia sedang mencari seorang tukang batu untuk membangunnya lagi. Saat itu Abu Amir melihat seorang pemuda tampan sedang duduk dan membaca al-Quran. “Mahukah kau bekerja untukku?” tanyanya kepada pemuda itu. “Ya, aku mahu. Apa yang dapat aku kerjakan untukmu?” “Aku ingin kau perbaiki dinding rumahku yang telah runtuh.” “Baiklah, aku hanya minta upah seperluku saja, dan aku tidak bekerja selama waktu solat.” Abu Amir menerima kedua syarat ini. Tetapi begitu melihat pekerjaan pemuda itu yang berat dan bahkan tidak mungkin dikerjakan oleh sepuluh orang, Abu Amir memberikan dua kali lebih banyak dari upah yang ditetapkan. Tapi pemuda itu malah menolak dan pergi sesudah mengambil jumlah yang telah disepakati saja. Pada hari berikutnya, Abu Amir mencari anak itu, tetapi tidak menemukannya. Dia bertanya kepada setiap orang yang dijumpainya.  “Pemuda itu hanya bekerja pada hari Sabtu, tuan,” seseorang memberitahunya. Hari Sabtu pun tiba, Abu Amir mencari pemuda itu lagi. Dilihatnya si pemuda sedang membaca al-Quran sama seperti sebelumnya ia bertemu. Abu Amir menyalami dan menawarkan pekerjaan kepadanya sesuai persyaratan yang disepakati. Kembali pemuda itu menyetujui. Tetapi kerana hairan dengan banyaknya pekerjaan yang diselesaikan pemuda itu, Abu Amir merasa teruja dengan cara kerjanya. Secara sembunyi, ia mengintip pemuda itu saat sedang bekerja. Abu Amir betul-betul tidak percaya dibuatnya, bagaimana saat pemuda itu merekatkan adukan di dinding, batu-batu yang ada di tanah menyusun begitu cepat. Dari situ, Abu Amir meyakini bahawa anak muda itu pastilah orang salih. Setelah anak muda itu menyelesaikan pekerjaannya, Abu Amir memberikan tiga kali ganda dari kesepakatan, tapi sekali lagi anak muda itu menolak sambil menegaskan kalau dia tidak memerlukan wang tambahan. Dia hanya mengambil wang sesuai kesepakatan. Setelah itu pergi. Minggu berikutnya, Abu Amir kembali mencari pemuda itu. Tetapi kali ini, jejak anak itu tidak ada. Beberapa orang yang ditanya tak tahu dimana dia berada, namun setelah bersusah payah mencari, ada seorang lelaki memberitahunya bahawa pemuda itu sedang terbaring sakit di dalam hutan. Abu Amir mengajak lelaki itu mencari si pemuda itu.

Selanjutnya dapatkan Hidayah September 2012 di pasaran...

No comments: