Tuesday, September 11, 2012

Menghayati Makna "Alhamdulillah"

SETELAH sekian waktu berjanji, sahabatku yang bernama Shudur, akhirnya, datang di kediamanku. Dia datang bersama isteri dan anaknya yang masih berumur empat tahun. Semua tak berubah. Ia tetap hangat dan akrab. Sejenak kami melepas rindu dengan membeberkan kisah dan peristiwa masa lalu. Shudur adalah seorang pemandu bas. Kerjayanya ia mula dari bas kota di Jakarta. Hal itu ia tempuh sejak ia meninggalkan kampung halamannya, ketika semangat sebagai anak muda masih menyala-nyala untuk menaklukkan Jakarta. Dalam rangkaian perjalanan hidupnya, saya melihat dirinya sebagai sosok tabah, meskipun sesekali ia mengeluh, tapi bukan bererti menyerah. Saat itu, ia pernah mengeluh bahawa menjadi pemandu di bas kota membuat ia susah menunaikan solatnya. Selama mengendarai bas yang sudah hampir tua itu, ia merasa semakin jauh dari Allah kerana tidak pernah lagi menunaikan kebaktian kepadaNya. Selama itu pula ia merasa menderita. Maka, betapa bahagia ketika dirinya menemukan pekerjaan baru. Meski masih menjadi pemandu, tapi kali ini menjadi pemandu peribadi seorang tokoh. Sejak itu, harapan menunaikan solat dengan tertib dapat tercapai. Tapi apakah ia tidak lagi menderita? Menurut pengakuannya, sejak menjadi pemandu peribadi ia bukan hanya dapat menunaikan shalat dengan tertib, tapi ia bahkan mendapat penghasilan lumayan. Sebagai suami yang saat itu baru mendapat tuah rezeki baru, penghasilan yang lumayan itu tentu saja cukup membahagiakan dirinya. Tapi, bukan hidup jika tak ada ujian dan cubaan. Entah dari mana asal-usulnya, sejak itu pula si isteri lebih sering marah-marah berbanding dulu ketika penghasilan masih sekadar cukup makan. Alasan-alasan sederhana, persoalan remeh-temeh seringkali menjadi pemicu pertengkaran dan perselisihan. Bahkan dalam ukuran tertentu penghasilan mereka yang sebenarnya lumayan, entah kenapa masih dianggap kurang dan kurang. Selang beberapa waktu, ia pindah lagi dari satu majikan ke majikan lain. Tetap dengan kerjaya yang sama: pemandu. Selama itu pula penderitaan demi penderitaan, setidaknya penderitaan menurut dirinya sendiri, selalu datang silih berganti. Ternyata, kegelisahan dirinya belum juga selesai.

Selanjutnya dapatkan Hidayah September 2012 di pasaran...

No comments: