Monday, January 13, 2014

Mengingat Kembali Pesan Haji Nabi s.a.w.

KAUM muslim di seluruh dunia setiap tahun bertemu dengan bulan Zulhijjah atau yang dikenal dengan bulan haji. Haji adalah salah satu rukun Islam. Tetapi, ini hanya diwajibkan bagi orang yang sudah mampu dari segi kewangannya. Itu pun hanya diwajibkan satu kali dalam seumur hidup. Lebih dari sekadar kewajiban yang harus ditunaikan, haji sesungguhnya memberikan pesan-pesan penting bagi kehidupan kita saat ini dan seterusnya. Pesan-pesan ini antara lain disebutkan Rasulullah ketika baginda melaksanakan haji terakhir (haji Wada) pada tahun 10 H. Di padang Arafah, Rasulullah menyampaikan khutbah yang sangat terkenal kerana pesan-pesan penting di dalamnya. Khutbah tersebut diriwayatkan Bukhari dan Muslim, dan di antaranya berisi: “Wahai manusia, dengarkanlah apa yang akan aku sampaikan, kerana boleh jadi aku tidak bertemu lagi dengan kalian di tempat ini, setelah tahun ini, selamanya. Wahai manusia, sesungguhnya darah dan harta kalian adalah haram dizalimi oleh siapa saja di antara kalian, sebagaimana haramnya (dinodai) hari ini, pada bulan ini, di negeri kalian ini. Ketahuilah, sesungguhnya segala perkara jahiliyah berada di telapak kakiku (dibatalkan), dan darah jahiliyah juga dibatalkan. “Wahai manusia, sesungguhnya syaitan telah putus asa kerana tidak disembah lagi di bumi kalian ini, selamanya. Akan tetapi, jika ia ditaati pada perkara lainnya, maka ia akan membuat kalian rela terhadap perbuatan yang kalian anggap hina. Maka, berhati-hatilah kalian dengan syaitan dalam menjalankan agama kalian. “Wahai manusia, sesungguhnya riba nasiah itu adalah tambahan dalam kekafiran. Hal itulah yang telah membuat orang-orang kafir semakin sesat. Mereka menghalalkannya selama satu tahun, kemudian mengharamkannya selama satu tahun berikutnya. Mereka ingin menginjak-injak apa yang diharamkan Allah. Mereka menghalalkan apa yang diharamkan Allah dan mengharamkan apa yang dihalalkan olehNya. Dan sesungguhnya zaman itu telah berputar sebagaimana mestinya sejak Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun terdiri dari 12 bulan. “Bertakwalah kalian kepada Allah dalam memperlakukan kaum wanita. Kerana kalian telah mengambil mereka dengan jaminan dari Allah, dan kalian juga telah meminta kehalalan kemaluan mereka dengan menggunakan kalimat Allah. Sesungguhnya kalian memiliki hak atas mereka, dan mereka pun memiliki hak atas kalian. Mereka berkewajiban menjaga tempat tidur kalian dari orang-orang yang kalian tidak sukai. Jika mereka melanggarnya, maka pukullah mereka dengan pukulan yang tidak melukai. Mereka juga berhak mendapatkan rezeki dan pakaian dari kalian dengan cara yang baik. “Renungkanlah, wahai manusia, ungkapan yang telah aku sampaikan kepada kalian. Aku juga meninggalkan sesuatu buat kalian, di mana kalian tidak akan sesat selamanya sepanjang kalian berpegang teguh padanya: al-Quran dan sunah RasulNya. Wahai manusia, dengarkanlah dan taatilah, sekalipun yang memimpin kalian itu adalah seorang hamba sahaya yang cacat dari bangsa Habasyah, selama ia menegakkan al-Quran di tengah-tengah kalian.
“Wahai manusia, dengarkanlah perkataanku dan fahamilah. Ketahuilah bahawa setiap muslim itu bersaudara satu dengan yang lainnya. Bahawa sesama muslim itu saling bersaudara. Kerana itu, tidak halal bagi seorang pun mengambil milik saudaranya, kecuali dengan cara yang benar. Janganlah menzalimi diri kalian. Ya Allah, apakah aku telah menyampaikannya? Kalian pasti akan bertemu dengan Tuhan kalian, maka janganlah kalian kembali sesat (sepeninggalku) dengan saling menzalimi satu sama lain.” Inilah haji pertama dan terakhir Rasulullah. Kerana itu, haji ini disebut dengan haji Wada, yakni haji perpisahan. Pidato baginda di Arafah menunjukkan hal ini. Baginda tidak boleh menjamin apakah tahun depan baginda masih boleh ke Makkah lagi untuk berhaji. Sebagai haji perpisahan, ini momentum penting bagi kaum muslimin. Dan, itu tidak disia-siakan Rasulullah. Di padang Arafah, baginda menyampaikan pidato panjang tentang banyak hal, seperti disebutkan di atas, yang pada intinya adalah pesan kemanusiaan kepada segenap kaum muslim agar tetap dijaga. Rasulullah adalah pemersatu kaum muslimin yang tadinya berpecah-belah dalam sentimen dan fanatik kesukuan. Potensi perpecahan itu akan kembali muncul manakala baginda sudah tiada. Kerana itu, baginda mengingat dengan pesanan keras tentang hal ini. Masalah kezaliman juga sangat baginda tekankan, kerana watak manusia pada dasarnya mendorong dirinya untuk berbuat zalim, apalagi jika di lingkungan sosial berlaku pengkelas-kelasan sosial. Baginda menegaskan bahawa tidak ada kelas-kelas sosial, kerana manusia itu hakikatnya sama. Yang membedakan adalah takwa atau kualiti seseorang yang terlihat dalam peranan positif yang dimainkannya di lingkungan sosial.

Selanjutnya dapatkan Hidayah Januari 2014 di pasaran...

No comments: