Monday, January 13, 2014

Solat Dan Cinta

MAAF, sebelumnya. Agar anda tidak terlanjur, sejak awal, saya perlu tegaskan: tulisan ini bukan ehwal cinta yang aduhai tertib dalam imajinasi anda: dua sejoli yang asyik-masyuk, kemudian menikah, lalu beranak-pinak dan kemudian menua hingga ajalnya. Atau: sepasang kekasih yang saling mencintai, lalu berpisah, dan kemudian kesepian di akhir hayatnya. Bukan, saudaraku. Ini bukan tentang cinta itu. Ini cinta yang lain yang saya pun ragu dapat melakoninya;  cinta teramat halus, yang begitu indah dan mempesona ke dalam jiwa, cinta yang setiap desir dan hembusannya, yang saya masygul mampu meraihnya. Ini cinta yang terjadi di dalam ibadah anda: solat. Semoga tidak menjadi klise kerana ia laku prinsipal yang wajib ditunaikan setiap hari. Syahdan, dalam satu hadis, Rasulullah s.a.w. pernah bersabda: “Jika seorang hamba berdiri di dalam solatnya, Allah s.w.t. mengangkat tirai yang menghalangi antara Dia dan hambaNya itu, lalu Dia pun menghadapinya dengan “Wajah”Nya. Malaikat berbaris, mulai dari kedua bahunya sampai ke langit, bersolat mengikuti solatnya dan mengucapkan amin atas doanya. Dan sesungguhnya, seorang yang sedang bersolat ditaburi segala kebajikan dari puncak langit sampai garis pembatas rambut di kepalanya. Di saat itu, bahkan terdengar suara: “Sekiranya hamba yang sedang bermunajat ini menyadari siapa yang diajaknya bermunajat, nescaya ia tidak akan menoleh ke arah mana pun.” Dan sesungguhnya, pintu-pintu langit terbuka bagi orang-orang yang bersolat. Sedangkan Allah s.w.t. menunjukkan kebanggaanNya di antara para malaikat berkenaan dengan hambaNya yang sedang bersolat.” Sungguh, siapa yang dapat menampik anugerah dahsyat dari Allah tersebut? Ketersingkapan DiriNya untuk sang hamba. Berlimpahnya kebajikan untuk hambaNya. Meluapnya kasihNya untuk mereka yang tengah sembahyang. Bahkan, yang luarbiasa, ia bangga-banggakan hambaNya yang solat itu di hadapan para malaikatNya. Persoalanya, berapa banyak di antara kita yang mengkhidmati solat dengan kesedaran demikian? Berapa banyak di antara kita yang memperlakukan solat sebagai medan pertemuan antara sang abid dengan Tuhannya? Berapa peratus jumlah muslim yang menjadikan solat sebagai laku cinta selayaknya sang kekasih bertemu pujaan hatinya?
Solat kita adalah solat yang - acapkali terburu-buru. Solat kita ialah solat yang sentiasa menunda-nunda. Solat kita adalah solat yang “kurang peduli” akan cinta Ilahi. Betapa tidak? Bukankah ketergesa-gesaan dan menunda-nunda dalam solat itu senarai buktinya. Solat kita adalah solat yang membiarkan kecamuk benak dengan hal-hal duniawi. Bukankah urusan ini-itu di luar ibadah kerap terbawa ketika kita menunaikan solat? Bibir boleh mengucap AsmaNya, tapi sanubari luput mengingat NamaNya. Bukankah yang demikian laku “munafik” seorang hamba  yang katanya selalu merindukan nikmat dan KasihNya?

Selanjutnya dapatkan Hidayah Januari 2014 di pasaran...

No comments: