KITA sekarang berada di “tahap kedua” dalam kehidupan. Sebelum itu kita berada di alam “rahim” ibu kita. Dan manusia semuanya akan masuk alam “tahap kedua” ini tempat kita tinggal sekarang. Kecualilah sudah ditakdirkan kadang-kadang meninggal bersama ibunya di dalam rahimnya, tidak sempat melihat alam “tahap kedua” ini. Dalam Quran dalam surah An-Nahl ayat 78 Allah s.w.t. berfirman yang mafhumnya: “Demi Allah keluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, Dia memberimu pendengaran, penglihatan dan hati agar kamu bersyukur.” Semuanya ini mempunyai hikmah yang paling tinggi nilainya bagi manusia. Dan ini juga memperlihatkan betapa “Adilnya” Allah s.w.t. apabila dijadikan manusia disediakan atau pun dijadikan sekali dengan pendengaran, penglihatan dan hati nurani. Apabila semuanya ini berjalan mengikut proses yang sudah ditentukan oleh Allah, maka manusia itu akan tiba saatnya untuk meninggalkan dunia yang fana ini. Dalam kesempatan menempuh kehidupan pada tahap kedua ini, kita jangan terpedaya dengan kemewahan, kemegahan dan kesenangan dan kenikmatan dunia saja, sehingga kita melupakan Allah, dan tertipu rayuan dan pujukan syaitan. Gunakanlah tahap ini sebagai kesempatan untuk mengejar dan bersegera dalam memperbanyak amal salih sebagai bakal menghadap Allah. Dalam firman Allah dalam surah Luqman ayat 33 yang mafhumnya: “Sesungguhnya janji Allah itu benar, dan janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (syaitan) memperdayakan kamu dalam (mentaati) Allah.” Dalam surah an-Naazi’aat ayat 37-41 berfirman yang mafhumnya: “Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya). Dan, adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya syurgalah tempat tinggal(nya).” Setelah manusia mati, lalu dikuburkan, maka saat itu ia mengalami perpindahan alam, iaitu menempuh kehidupan di alam kubur (barzakh). Adapun sifat dan keadaan alam yang ketiga ini lebih luas lagi dari keadaan alam dunia sekarang. Sebagai perumpamaan, dapatlah dikatakan bahawa perbandingan antara alam barzakh dengan alam dunia adalah sebagaimana perbandingan antara alam dunia dengan awal sewaktu masih dalam kandungan ibu. Kehidupan di alam barzakh ini sifatnya juga sementara, sampai datangnya hari kiamat. Sebab, setelah datangnya hari kiamat nanti, tidak ada kehidupan lagi, kecuali kehidupan tahap terakhir, yakni kehidupan di alam akhirat. Alam akhirat ini adalah perjalanan terakhir yang ditempuh manusia. Alam akhirat adalah kehidupan kekal abadi untuk selama-lamanya. Manusia dibalas sesuai dengan amal perbuatannya, mendapat syurga atau neraka. Allah s.w.t. berfirman mafhumnya: “...Dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal.” (QS. al-Mu’min (40):39 Firman-firman Allah seterusnya: “Sedangkan kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.” (QS. al-A’laa (87): 17). “Negeri akhirat itu kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerosakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. al-Qashash (28): 83). “Apabila terjadi hari kiamat, tidak seorang pun dapat berdusta tentang kejadiannya. (kejadian itu) merendahkan (satu golongan) dan meninggalkan (golongan yang lain). Apabila bumi diguncang sedahsyat-dahsyatnya dan gunung-gunung dihancur luluhkan seluluh-luluhnya, maka jadilah ia debu yang berterbangan.” (QS. al-Waaqi’ah (56): 1-6). “Maka pada hari itu seseorang tidak akan dirugikan sedikit pun dan kamu tidak dibalas kecuali dengan apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. Yasin (36):54). Dari empat tahapan kehidupan manusia, alam kubur adalah tahapan yang paling mendebarkan. Kerana, alam kubur adalah alam pertama manusia mempertanggungjawabkan amal perbuatannya, sendirian dalam ruangan gelap tak berteman. Seksa dan nikmat adalah dua hal yang mengiringi manusia di alam kubur. Manusia tidak lepas dari salah satu dari dua hal tersebut. Oleh sebab itu, manusia harus selalu mengingat kematiannya yang tidak boleh diteka bila datangnya. Mengingat kematian dalam erti mempersiapkan diri secara maksima dengan memperbanyak amal salih. Nabi Muhammad s.a.w. bersabda yang ertinya: “Perbanyaklah mengingat sesuatu yang menghancurkan kenikmatan, iaitu kematian.” (HR. Termizi dan Nasa’i, yang dikatakan salih oleh Ibnu Hibban).
Selanjutnya dapatkan Hidayah November 2011 di pasaran...
Sunday, November 13, 2011
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment