Wednesday, June 11, 2014

Rahsia Besi Dalam Al-Quran

CUBA anda tengok bangunan masa kini (rumah, gedung, jembatan dan sebagainya), pasti tidak lepas dari zat yang bernama besi. Mengapa?  Sebab, besi adalah salah satu zat yang sangat kuat hingga membuat sebuah bangunan terlihat lebih kukuh dan bertahan lama. Selain itu, ia juga tidak sulit didapatkan. Hampir semua asas bangunan, menyediakan benda yang satu ini. Kerana itu, ia sangat sesuai sebagai salah satu pelengkap (bahkan utama) sebuah bangunan. Sebagai sebuah benda yang kuat, besi ternyata memiliki sejarah yang sangat erat dengan kenabian. Ya, sejak masa Nabi Daud a.s. besi mulai digunakan sebagai peralatan perang, seperti perisai (baju perang), pisau, pedang dan sebagainya. Jadi, besi punya sejarah yang kuat dalam proses penyebaran agama tauhid yang dibawa oleh Nabi Daud a.s. Mengapa dimulai pada masa Nabi Daud a.s.? Sebab, beliau adalah orang pertama kali yang mampu mengolah besi sesuai keinginannya dengan kedua tangan beliau. Mengenai kelebihan beliau ini telah jelas digambarkan oleh Allah s.w.t. dalam Kitab SuciNya. Allah berfirman, “Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Daud kurnia dari Kami. (Kami berfirman): ‘Hai gunung-gunung dan burung-burung bertasbihlah berulang-ulang bersama Daud’, dan Kami telah melunakkan besi untuknya. (Iaitu) buatlah baju besi yang besar-besar dan ukurlah anyamannya; dan kerjakanlah amalan yang salih. Sesungguhnya Aku melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. Saba [34]: 10-11) Dalam menafsirkan ayat di atas, Ibnu Katsir, seraya mengutip Hasan Bashri, mengatakan anugerah yang diberikan Allah kepada Nabi Daud a.s. salah satunya adalah memiliki kemampuan yang luar biasa dalam menipiskan atau memipihkan besi tanpa harus membakarnya terlebih dahulu. Dengan kuatnya, tangan-tangan Nabi Daud a.s. mampu melipat besi-besi itu dengan mudahnya. Lebih lanjut, Ibnu Katsir menyatakan bahawa Daud merupakan orang yang pertama kali dalam membuat baju besi. Sebelum itu, hanya berupa lempengan tameng atau perisai. Sami al-Maghluts mengatakan, pada awalnya manusia menggunakan batu yang ditempa untuk melakukan perburuan atau peperangan, baik untuk membuat pedang, panah, atau pisau. Tapi, pada masa Nabi Daud a.s., manusia boleh membuat baju-baju besi yakni berupa lembaran-lembaran. Jadi, Daud merupakan manusia pertama yang memperkenalkan dan menjalinkan besi menjadi sebuah bentuk baju besi. Setelah itu, besi terus digunakan dalam berbagai bentuk. Dalam dunia keislaman, Kota Damaskus (Syria) pernah menjadi pusat pengolahan besi. Kualitinya telah diakui berbagai kalangan. Bahkan pada masa awal keIslaman, besi-besi Damaskus dijadikan sebagai alat utama pembuatan senjata seperti pedang, pisau, tombak dan anak panah. Ketika Damaskus dalam kekuasaan Ayyubiyah, kota ini menjadi pusat pembuatan pedang yang sangat terkenal. Selain kuat dan tajam, pedang buatan Damaskus juga sangat berkualiti dengan rekabentuk yang indah dan menarik. Kerana itu, ketika terjadi Perang Salib, banyak tentara musuh yang terperanjat terperangah melawan pasukan muslim. Sebab, tentara Islam mampu menembus baju besi musuh dengan sekali tebas. Saat Perang Salib itulah peradaban Barat mulai mencari rahsia teknologi tempa baja yang dikuasai dunia Islam. Tentara Perang Salib menyebut baja yang hebat dari Damaskus itu dengan sebutan ‘Damascus Steel’. Teknologi pengolahan besi dan baja Damaskus mampu menempa dan mengeraskan besi wootz menjadi indah dan lentur. Profesor Ahmad Al-Hassan dalam tulisannya yang berjudul The Origin of Damascus Steel in Arabic Sources, mengungkapkan bahawa hampir semua pedang di dunia Islam terbuat dari besi Damaskus, dan salah satu cirinya dihiasi dengan pola hias (firind). Pada era kejayaan Islam,  pedang-pedang yang dibuat pandai besi di dunia Islam, besi dan bajanya berasal dari Khurasan, Basrah, Damaskus, Mesir dan Kufah. Juga ada yang diimport  dari Sarandib (kini wilayah Sri Lanka). Ilmuan muslim yang menguasai teknologi pembuatan pedang adalah Ya’qub Ibnu Ishaq Al-Kindi dan Abu Al-Raihan Al-Biruni (973 M – 1048 M). Bahkan, Al-Biruni secara khusus menulis kitab berjudul Al-Jamahir fi Ma’rifat al-Jawahir. Dalam karyanya itu, Al-Biruni menggambarkan proses karbonisasi besi tempa dan pembuatan baja dari besi tuang.

Selanjutnya dapatkan Hidayah Jun 2014 di pasaran...

No comments: